5.I'm not being the Joker so...what's so funny?? ⁠ꈊ.

184 21 7
                                    

PRANG!.

Hiiro tersentak kaget. Vas bunga itu hampir saja mengenai kepala ibunya, mereka bertengkar lagi.

Saat keduanya meninggalkan rumah mereka terlihat baik-baik saja tapi kenapa pulangnya mereka bertengkar? Apa terjadi sesuatu sampai-sampai membuat tuan Kagami marah besar begitu?.

Hiiro hanya mengintip dibalik pintu.

Tidak tahu harus berbuat apa. Menghentikan mereka? Itu tidak akan bisa terjadi yang ada ayah akan semakin murka.

Jika ia biarkan saja bisa-bisa ibunya terluka. Apa yang harus ia lakukan! Setelah beberapa menit rumah menjadi hening.

Anak manis itu kembali berbaring di ranjangnya, tadi ia sempat ketiduran karena bosan disuruh menjaga rumah sendirian.

Dia terbangun karena suara berisik diluar kamar, Hiiro yang penasaran akhirnya mengintip keluar kamar dan ia mendapati ayahnya melemparkan vas bunga pada ibunya.

Pemuda manis itu termenung, entah mengapa ia menginat kata-kata ayahnya waktu itu.

"Dasar anak tidak berguna!."

Berhenti!.

"Anak tidak tahu di untung!."

Berhenti!.

"Apa kau tidak punya otak?!! Dasar tidak waras!!."

Hentikan!! Kumohon hentikan!!!.

Hiiro menutup telinganya rapat-rapat, kepalanya terasa pusing, nafas yang memburu jantungnya juga berdetak kencang.

PLAK!.

"Aku tidak mempunyai anak seperti dirimu! Dasar anak sialan!."

Hentikan hiks…kumohon hiks… hentikan hiks hiks….

Anak itu terisak. Sakit, padahal kejadian waktu itu bukan salahnya tapi kenapa ayahnya menghajarnya?.

Padahal Hiiro adalah anak kandungnya tapi kenapa…kenapa Hiiro merasa diperlakukan seperti anak tiri?.

Jika Hiiro adalah anak tiri apakah ayahnya akan menyayanginya? Atau perlakuan ayahnya akan lebih dari ini.

Hiiro iri melihat anak-anak seumurannya yang dimanjakan ayah mereka, iri dengan kakaknya yang selalu disayang ayah padahal mereka tidak berada di rumah yang sama.

Ayahnya bahkan sedari kecil tidak pernah sekalipun memeluknya, menanyakan kabar dan yang lainnya.

Kadang Hiiro tertawa sampai keluar air mata saat mengingat kejadian-kejadian di masa lalu.

"Aku mau bunuh diri."

"Silahkan, palingan ayah dan ibumu membuat yang baru." Jawaban seseorang siswa penuh nada jenaka.

"Mungkin…." Hiiro tersenyum kecut.

'kalian tidak akan bisa mengerti.'

Mereka pasti menganggapnya hal yang sepele ya… jadi Hiiro tidak perlu menjelaskannya panjang lebar jika mereka sama sekali tidak merasakan apa yang ia rasakan sebelum mereka merasakan sendiri.

Mereka bahkan tidak akan pernah mengetahui seberapa susah payahnya kau saat menjahit dan membalut semua luka-luka itu sendiri dengan mengabaikan semua rasa sakit akibat luka baru maupun lama.

Bukannya sembuh malahan tambah parah.

Percuma jika kau mengatakan perasaanmu tentang sesuatu yang membuatmu terpuruk pada mereka yang selalu mendapatkan semua yang selalu ingin kau dapatkan dari keluargamu.

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang