9.Sama tapi berbeda? ⁠¤.

111 11 1
                                    

"Hiks hiks hiks…."

"Sudah sudah jangan menangis."

"Hiks hiks… ughh… apa hiks kau membawa hiks obatku?." Tanya Hiiro sesenggukan.

"Ah itu…aku tidak membawanya karena terlalu panik."

Taiga terlalu panik saat mendapati Hiiro yang terendam pada bak mandi dengan keadaan yang memprihatinkan, salahnya juga yang meninggalkan Hiiro sendirian di rumah. Teman-temannya yang lain sudah pulang sejak tadi pagi jadi tidak ada seorangpun yang dapat menebak kejadian apa saat mereka semua tidak ada.

"Aku membutuhkannya untuk saat ini."

"Aku memiliki penggantinya." Taiga tersenyum miring.

"Ap-mnghh!?." Hiiro memberontak tapi Taiga menciumnya semakin menuntut.

Mereka berciuman tanpa mengetahui jika ada seorang gadis asing yang bersandar pada dinding  memperlihatkan mereka berdua sedari tadi.

"Ekhem!."

Seketika itu juga Hiiro mendorong Taiga menjauh, nafasnya sedikit memburu dengan wajah yang bersemu merah.

"Ck! Kau menganggu saja Nico!." Taiga berdecak kesal.

"Berterima kasihlah padaku sudah mencegah dirimu yang akan memakan anak orang hidup-hidup!."

"Hmm."

"Taiga kau…kanibal??." Pertanyaan polos Hiiro berikan.

Taiga dan Nico tercengang, apa ini? Apa mereka tidak salah mendengar?.

Orang dengan otak polos dan jujur itu sangat jarang sekali, hampir tidak ada. Bahkan anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar saja sudah mengerti dengan hal yang berbau dewasa.

Jadi bagaimana bisa?.

Salahkan otak Hiiro yang dipenuhi oleh imajinasi liar dari berbagai novel fantasi maupun trailer yang ia baca, Hiiro tidak tertarik dengan novel yang bergenre romansa.

Jangan lupakan kehidupan Hiiro yang penuh dengan drama jadi ia tidak sempat mencari tahu tentang hal-hal yang tidak penting seperti itu.

Yang ia inginkan adalah bagaimana caranya agar kedua orangtuanya memperhatikan dirinya.

Itu saja kok! Tapi kenapa sulit sekali?.

"Bagaimana rasanya? Apakah enak?." Hiiro semakin penasaran.

Hiiro pernah membacanya di salah satu novel yang didalamnya terdapat seorang sosiopat yang membunuh dan memasak daging manusia untuk dijadikan sup dan itu membuatnya penasaran.

Dari definisi sang penulis.

Daging manusia terasa seperti daging babi. Hiiro tidak mengetahui rasanya seperti apa, karena dia tidak pernah memakan daging babi seumur hidupnya.

"Err…oh iya ini makanan yang kau pesan." Nico segera mengalihkan topik pembicaraan.

"Huh? Memangnya apa yang aku pesan?."

"Yang ini Beef Teriyaki, Tempura, Gyoza sama katsu."

"Dan yang ini ada Dango, Yokan, Namagashi, Dorayaki, Manju dan ice Cream Hmmm apakah ada yang aku lupakan?." Nico menaruhnya di atas meja sambil mengabsen satu-persatu.

"Serius kau membeli semuanya? Padahal aku hanya bercanda." Hiiro merasa tidak enak.

"Tidak masalah tapi kau kenapa?." Ucap Nico yang menampilkan wajah penasarannya.

"Aku jatuh di kamar mandi."

"Oh aku kira Taiga melakukan sesuatu padamu." Nico menatap Taiga sinis.

"Maaf saya bukan pria brengsek seperti yang kau tuduh nona Saiba." Tatapan Taiga tidak kalah sinis.

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang