03.Datang dan pergi ๑.

331 26 2
                                    

"Hiiro! Kenapa kau sendirian disini?."

Seorang laki-laki kisaran umur 20-an duduk tepat di samping Hiiro. Suara yang lembut itu berhasil mengagetkan Hiiro yang sedari tadi melamun di bawah salah satu pohon rindang yang berada di salah satu bagian taman.

"Ah! Kau mengagetkanku Shuji-nii!."

"Tidak baik anak kecil sepertimu sendirian di taman. Nanti bisa kena culik loh." Pria itu mencoba menakut-nakuti bocah yang hanya duduk diam disebelahnya.

"Mereka tidak akan berani."

"Kenapa tidak berani? Kau itu imut, tentu saja mereka akan membawamu." Shuji mencubit pipi Hiiro gemas.

"Aku tidak imut! Tapi tampan." Anak itu jelas membantah.

"Iya iya kau tampan tapi kenapa kau sendirian di sini? Tidak bermain dengan Akihiko?."

"Aku jarang bertemu Akihiko akhir-akhir ini." Nada suara Hiiro berubah lirih.

Anak itu bahkan menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

Terlihat sangat menggemaskan!.

"Bukankah kau masih memiliki diriku? Aku akan selalu bersamamu!." Pria itu memeluk Hiiro erat.

"Kau sudah memiliki suami tapi kenapa sifatmu masih kekanakan seperti itu aku jadi heran." Hiiro benar-benar heran.

Apa jiwa mereka berdua tertukar?.

Beberapa bulan setelah pembicaraan mereka hari itu, kini Shuji sudah berpulang pada pangkuan kami-sama.

Teman pertamanya sudah pergi.

Sekarang dia juga tidak pernah bertemu dengan Akihiko maupun Kazuki. Padahal dia dan Akihiko adalah tetangga tapi mereka hampir tidak pernah  bertemu.

Apalagi Kazuki, dia sudah pindah rumah.

Waktu berjalan dengan cepat. Sekarang Hiiro sudah bersekolah di sekolah menengah pertama.

Hiiro juga bertemu dengan Akihiko dan Kazuki lagi, namun mereka sudah berubah.

Mereka berdua melihat Hiiro seperti orang asing, padahal mereka bertiga dulu sangat dekat! Hiiro adalah yang termuda di antara mereka bertiga.

Saat melihat tatapan Akihiko dan Kazuki, Hiiro segera mengurungkan niatnya untuk menyapa mereka.


Mengingat itu Hiiro hanya menghela nafas kasar.

Seorang remaja yang mendapati teman sebangkunya melamun sambil menghela nafas gusar, Emu segera saja menghentikan makannya.

Dia bahkan hampir tersedak karena terkejut.

"Hey Hiiro!." Panggil anak itu.

Lamunan Hiiro seketika saja langsung buyar begitu mendengar nada suara penuh kekhawatiran dari temannya itu.

"Kau dari tadi hanya melamun…ada masalah apa?." Emu kembali menyuap makanannya.

Hiiro menatap temannya itu sebentar lalu kembali menatap makanannya yang masih utuh belum tersentuh sedikitpun.

"Tidak ada."

"Kau berbohong Hiiro." Emu melihat anak itu penuh selidik.

"Dimana Kiriya?." Tanya Hiiro yang tidak melihat temannya yang satu itu disampingnya.

"Ah! Tadi Kiriya bilang ingin ke toilet . Dia pergi ketika kau masih melamun." Emu berujar sambil melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Kedua remaja manis itu memakan makanan mereka dengan tenang, tidak lama kemudian Kiriya ikut bergabung bersamanya keduanya.

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang