21.Kagami Hiiro part 2 ෆ.

73 3 0
                                    

Dear diary….

Apakah kau tahu?.

Tadi pagi ketika aku datang ke sekolah.

Aku tidak mengetahui jika teman sebangkuku mengirimkan sebuah list barang yang di perlukan untuk tugas, karena aku tidak lihat ponselku seharian jadinya aku tidak baca pesan darinya hehehe….

Hey diary apakah kau mengetahui kejadian setelahnya?.

Yaps! Benar sekali dia marah.

Dia mendiamkan aku... saat aku bertanya apa yang bisa aku bantu dia hanya menyuruhku untuk diam tapi ketika aku diam dia malah mengomel karena aku tidak membantu sama sekali.

Jadi apa yang harus aku lakukan?.

Oh dan lagi! Tadi saat aku ingin pulang aku melihat sebuah kecelakaan. Jantungku hampir saja putus, aku melihatnya dengan mataku sendiri dan lagi jaraknya juga tidak jauh dari tempatku berdiri mungkin tiga meter di sampingku?.

Aku melihatnya.

Suara decitan rem dan aspal yang nyaring dan membuat linu, semuanya terjadi begitu cepat sehingga aku tidak bisa berkutik.

Aku baru sadar ketika orang-orang mulai mengerumuni.

Seorang nenek bertanya padaku 'apakah kau baik-baik saja?' memang itu adalah kalimat yang sederhana tapi bagiku itu adalah kalimat yang memiliki makna tersendiri.

Biasanya tidak ada seorangpun yang perduli saat aku pulang dengan keadaan luka-luka karena terus menerus dibully di sekolah, bahkan Kaa-san dan Tou-san langsung memarahiku mereka mengira aku yang memulai duluan makanya mereka menghukumku dengan beberapa coretan di punggungku.

Kadang aku berpikir apakah aku bukan anak kandung mereka? Kenapa Kaa-san dan Tou-san menganggap ku seolah tidak pernah ada?.

Sudah segitu saja ya diary hehehe… jika aku lanjutkan ceritanya mungkin aku akan menangis hehehe. Aku cengeng sekali ya? Tapi memang begitulah kenyataannya.

...

Hiiro menutup sebuah buku diary bersampul hitam tersebut dengan pandangan sendu.

Dia memeluknya dengan erat dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangisnya saat ia menceritakan semua perasaannya pada sebuah buku yang sudah selama ini menemaninya.

Anak itu mengigit telapak tangannya sampai berdarah karena saking kuatnya, berharap rasa sakit yang dihasilkan dapat menghilangkan sakit di hatinya.

Tanpa di perintahkan likuid bening hangat meluncur bebas pada pipinya, pertahanannya telah hancur kini Hiiro tengah menangis dalam diam.

Menangis dalam diam itu tidak enak.

Apalagi dengan sesak nafas yang mendera membuatnya semakin tersiksa.

"Someone...kill me please...i m tired." Hiiro meracau dengan suara yang bergetar lirih karena menahan tangis.

"This hurts but…it's ok aku bisa menahannya untuk sekarang… mungkin?."

Hiiro terus menahan suaranya agar tidak ada seorangpun yang mendengar suaranya. Ini sudah gelap dan Hiiro tidak ingin ada orang yang datang karena mendengar suara isakan tangisnya dan melihatnya dalam keadaan yang menyediakan seperti ini.

Walaupun sangat menyiksa tapi Hiiro harus menahannya.

Dia terus menangis sampai kelelahan dan berakhir tertidur dengan keadaan terduduk dengan tangan yang memeluk lutut dan sebuah buku yang terselip pada perut dan pahanya.

Pemuda cantik itu sudah biasa tertidur dengan posisi tersebut walaupun saat bangun di pagi harinya lehernya terasa sakit.

Sedangkan kelima kepribadian yang lain hanya menyaksikan Hiiro yang tengah menangis dalam diam dengan kasihan.

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang