30.Anak rubah yang malang ε.

73 5 0
                                    

Malam harinya para siswa maupun siswi sedang menyiapkan makan malam di depan tenda kelompok masing-masing.

Para panitia hanya menyediakan nasi sedangkan untuk lauk walaupun bahan-bahannya sudah disediakan oleh pembina namun mereka harus memasaknya sendiri.

Semuanya sibuk dengan masakan masing-masing bahkan kebanyakan siswa memasak bersama dengan tenda sebelah yang satu sekolah dengan mereka, sedangkan dengan siswa sekolah lain yang letak tendanya bertetangga tidak dipedulikan malah sibuk dengan bestie masing-masing.

"Wah kalian kompak sekali." Kata salahnya seorang dari 2 orang panitia yang kebetulan melewati tenda Emu dan kawan-kawan.

"Eh iya pak kebetulan tenda kami bersebelahan dan mereka juga teman kami." Kata Sento ramah.

"Bagus-bagus."

"Kalian masak apa?."

"Kita membuat Onion cream soup bapak mau?." Tawar Kiriya.

"Tidak terimakasih." Keduanya pergi berkeliling mengecek tenda yang lain .

"Eh ini sudah dikasih garam belum?." Tanya Kiriya yang masih mengaduk sup yang mereka buat.

"Coba icip dulu mungkin ada yang kelewat." Saran Emu.

"Ada yang kurang tapi apa ya?." Tanya Kiriya meletakkan sendok pada piringnya kembali.

"Coba sini." Hiiro menyendok sup kemudian menyicipinya.

"Apa yang kurang?." Kiriya kembali bertanya.

"Tambahkan merica bubuk kemudian peterseli cincang juga garamnya sedikit lagi." Jawab Hiiro setelah mengecap rasa sup yang belum sempurna.

"Oh iya peterseli dimana ya tadi." Emu mencari dimana dia meletakkan daun tersebut.

"Ini bukan?." Ucap Kuroto yang memperlihatkan daun hijau di sebuah wadah kecil.

"Bukan itu daun ketumbar." Hiiro menjawab dengan santainya.

"Ini?." Kali ini Taiga yang angkat bicara sambil memperlihatkan daun hijau yang hampir serupa dengan yang ditunjukkan Kuroto sebelumnya.

"Itu seledri."

"Kalau yang ini?." Parad juga ikut menyerahkan daun hijau yang lain.

"Benar yang ini." Hiiro dengan cepat mencincangnya kemudian memasukkannya ke dalam sup.

"Lah memang apa bedanya? Menurutku ketiganya terlihat sama." Bingung Kuroto.

"Ya jelas bedalah dari bentuk sama aroma saja beda." Celetuk Kiriya.

"Apa bedanya?."

"Cari sendiri di internet." Kiriya memutar bola matanya malas.

"Supnya sudah jadi~ ayo cepat makan 30 menit lagi acara selanjutnya akan dimulai." Potong Sento menengahi perdebatan ringan mereka agar berhenti.

"Acara apa yang mulainya malam-malam seperti ini?." Kiriya memakan makanannya dengan tenang namun matanya langsung melotot ketika Hiiro membisikkan sesuatu padanya.

"Serius? Kalau begitu aku tidak ikutan deh." Suara Kiriya terdengar bergetar tapi tidak terlalu kentara karena tertutupi sifatnya yang 'berani.'

"Itu wajib jadi kau tidak bisa menghindar." Bisik Hiiro menakut-nakuti.

"Aku tinggal pura-pura sakit saja bereskan?." Kiriya ikut berbisik.

"Ah payah jika seperti itu tidak seru namanya!." Seru Hiiro dengan wajah cemberutnya.

"Jangan kira aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan." Celetuk Kiriya sambil memutar bola matanya malas.

"Bilang saja kalau kau takut."

Mivuldahapav! (Hĭatuš)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang