"Emma!!!!." Suara cempreng tersebut berhasil mengagetkan Emma yang tengah membuat kue di dapur rumah Hiiro.
Dari kejauhan terdengar suara derap langkah kaki yang sangat cepat kearahnya sesekali juga terdengar bunyi lain yang mengiringi.
Hiiro datang dengan wajah yang bersinar ceria sesekali juga melompat-lompat kecil seperti anak kecil yang bahagia setelah dibelikan permen oleh ibunya karena sudah berperilaku baik seharian.
"Hiiro hentikan itu nanti kau ja-."
Bruk.
"Aduh!!." Emma belum menyelesaikan kalimatnya namun Hiiro sudah jatuh duluan. Anak itu bangun dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tuh... Nah kan apa yang aku bilang haduh..." Emma tepuk jidat.
"Huweeeee jahat!."
Emma tidak habis pikir. Sebenarnya dia itu tengah menghadapi seorang remaja berusia 16 tahun atau anak kecil yang usianya dibawah 5 tahun? Benar-benar tidak ada bedanya sama sekali.
"Sudah sudah jangan nangis sini bantu aku membuat kue." Emma melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Hiiro menghentikan tangisnya lalu segera menghampiri Emma yang tengah sibuk mencampurkan beberapa bahan kedalam wadah.
"Emma! Emma sedang membuat apa?." Hiiro memiringkan kepalanya penasaran.
"Beberapa kue."
"Kenapa tidak beli saja?."
"Sudah jangan banyak tanya."
Mereka sibuk membuat kue. Mencampurkan beberapa bahan pada adonan lalu mengaduknya mengunakan mikser sampai adonan tercampur merata, semuanya berjalan seperti seharusnya.
Namun tidak untuk beberapa saat.
"Astaga Hiiro…." Emma yang melihat apa yang dilakukan anak itu sontak saja geleng-geleng kepala dan menghela nafasnya.
Bagaimana tidak!.
Emma melihat Hiiro yang anteng duduk di lantai tengah bermain dengan satu bungkus tepung yang semua isinya berserakan ke lantai dan hampir seluruh badan Hiiro terkena tepung!.
Anak ini benar-benar….
"Huh??." Hiiro memasang wajah polos tanpa dosanya.
"Kenapa tepungnya kau buat main?."
"Emma lihat! Salju turun!!." Hiiro melempar tepung ke udara dan tersenyum gembira.
"Hiiro berhenti bermain. Sekarang kau harus mandi."
"Yahhhh…." Nada yang Hiiro gunakan terdengar memelas karena dia masih belum puas bermain, anak itu melihat Emma dengan tatapan anak anjingnya.
"Mandi sekarang atau aku akan membuang semua cemilan mu." Ancam Emma.
"Iya…." jawab Hiiro lesu.
Beberapa menit kemudian Hiiro datang dan langsung melompat ke arah Emma dengan rambut yang masih basah.
"Ouch! Astaga Hiiro! Setidaknya keringkan dulu rambutmu dengan benar."
"Malas." Hiiro cemberut.
"Kau punya hairdryer?."
"Ada tapi milik Kaa-san aku tidak pernah memakainya."
"Dimana?."
"Kamar mandi."
Emma pergi ke kamar mandi mengambil hairdryer lalu kembali ke tempat Hiiro berada.
"Duduk diam disini." Hiiro menurut dan duduk di kursi yang Emma suruh.
![](https://img.wattpad.com/cover/305577957-288-k825069.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mivuldahapav! (Hĭatuš)
FanfictionMivuldahapav adalah sosok yang terlahir dari tragedi yang menimpa ratusan hingga ribuan manusia. Sosok non-human yang tercipta dari genangan darah yang mengandung emosi negatif seperti kebencian, membawa kemalangan bagi orang-orang disekitarnya. Sos...