23

14.3K 962 13
                                    

Hello.....
Jangan lupa follow Lembayunsenj, vote and comment yaaaa

Kalo part ini rame aku langsung update lagi, tinggal edit ini.

Ini ngedit sambil pijet, bukan pijet plus plus tapiiii 😂




Long Distance Relationship nyatanya tidak semudah yang dibayangkan, ini yang Leon pikirkan setelah menjalani hubungan berpacaran hampir satu tahun dengan Kelana. Namun yang membuat Leon tambah campur aduk adalah, Kelana yang tampaknya santai santai saja.

Leon merasa berat menahan rindu, yang hanya dapat disalurkan dengan chat, telepon, atau pun video call. Sebulan sekali atau dua kali mereka akan bertemu, entah Leon yang menyempatkan diri ke Jogja ataupun Kelana yang ke Jakarta sekalian mengurus perusahaan almarhum papanya yang sedang terguncang.

Kelana jarang mengeluh kangen, wanita itu cenderung cuek. Namun bukan berarti wanita itu tidak peduli, pacarnya itu memiiki caranya sendiri dalam mengungkapkan rasa sayangnya.

Seperti halnya sore ini, Leon baru tiba di apartemen Kelana. Pria itu memang merencanakan kejutan kedatangannya kali ini.

"Kenapa engga bilang sih, kan bisa aku jemput di bandara." Kelana meletakkan air putih yang baru saja ia ambil ke meja.

"Kamu bilang hari ini ada kerjaan nyiapin gudeg yang mau diekspor ke  Belanda" Leon memang tidak mau merepotkan Kelana.

"Iya kan kalo sore aku udah kelar. Kamu bukannya tadi pagi ada promo film ya? Berangkat dari Soetta?" Kelana duduk di samping kekasihnya, wanita itu masih menggunakan sport bra dan legging karena sebelumnya ia berniat untuk yoga. Bahkan di depan televisi Kelana sudah menggelar matrasnya.

"Iya, habis kelar acara langsung ke bandara. Seminggu ke depan aku free, capek syuting film berbulan-bulan. Aku nginep sini yaa,"

Kelana berdecak, bukannya ia pelit atau tidak mau membiarkan kekasihnya sendiri tinggal di apartementnya. Namun wanita itu takut mereka berdua terbawa suasana hingga melanggar kesepakatan mereka berdua satu tahun yang lalu.

Ya, setelah Leon menyatakan perasaannya dan memintanya menjadi kekasihnya Leon juga mengajukan proposal. Setelah membaca proposal dari Leon, Kelana memberikan beberapa syarat, salah satunya adalah tidak melakukan seks sebelum menikah. Dan yang membuat Kelana kaget adalah ketika Leon menyetujuinya.

"Iya udah tidur sini aja. Tapi aku pulang ke rumah Mama."

"Loh aku mau tidur di sini kan biar bisa sama kamu. Kalo kamu pulang enga ada bedanya sama aku tidur di hotel dong." protes Leon.

"Kan besok pagi aku ke sini lagi, nanti kita jalan jalan."

Leon menutup matanya lalu menarik napas panjang, badannya sudah lelah pria itu tidak ingin cek cok dengan Kelana saat ini. Leon tau Kelana masih belum sepenuhnya mempercayainya, kadang ia merasa Kelana sedikit was was ketika mereka sedang berdekatan seperti saat berpelukan atau berciuman.

"Kamu takut aku bakal kebablasan? Aku ngapa-ngapain kamu? Satu tahun engga cukup buat kamu percaya sama aku? Selama kita pacaran emang aku pernah maksa kamu having seks? Engga pernah kan? Aku harus gimana sih Na biar kamu bisa percaya sama aku." mungkin karena terlalu lelah, Leon mengeluarkan semuanya.

"Aku bukannya engga percaya sama janji kamu, cuma aku jaga jaga aja. Bisa aja nanti kita berdua kebablasan kan."

Leon bangkit dari tempat sofa, "aku nginep di hotel. Kalo besok kamu ada waktu kabarin aja, tapi kalo kamu sibuk engga usah dipaksain buat jalan."

"Leon, jangan gini dong!" Kelana menahan lengan Leon saat pria itu sudah berjalan menuju pintu apartement.

"Gini gimana sih Na?"

Kelana menggigit bibir dalamnya, merasa bersalah melihat wajah letih Leon. Pria itu sudah jauh-jauh ke Jogja untuk bertemu dengannya, bahkan di tengah kesibukannya Leon selalu menyempatkan diri untuk menghubunginya. Di hari liburnya Leon akan tidak sabar untuk menghampiri Kelana di Yogyakarta.

"Ya udah aku engga akan pulang, kamu tidur sini aja. Tapi jangan sampe kebablasan ya."

Leon tertawa lalu mendengus, sebegitu takutnya Kelana padanya.

"Engga usah. Aku tidur di hotel aja, dari pada aku tidur di sini kamu malah was was takut aku perkosa."

"Bukannya gitu!" dada Kelana nyeri melihat wajah kecewa Leon. Kelana mendekat, menggengam jemari Leon.

"Aku bukannya engga percaya sama kamu, tapi aku juga takut sama diri aku sendiri. Aku takut engga bisa mengendalikan diri, sampai nanti kebablasan."

o0o

Bel di kamarnya berbunyi, membuat Leon yang masih bergelung dengan selimut mengerang karena tidurnya terganggu. Pria itu berjalan gontai untuk membuka pintu hotel.

Ya pria itu memutuskan untuk menginap di hotel kemarin, ia merasa itu adalah pilihan terbaik. Setibanya di hotel kemarin bukannya langsung istirahat, Leon memilih untuk ke Bar yang berada di rooftop hotel yang ia tinggali untuk beberapa hari ke depan. Entah beberapa gelas ia minum sampai ia mengantuk dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

"Baru bangun yaa?" tanya Kelana saat Leon sudah membuka pintu.

"Loh, kok kamu pagi pagi udah di sini?" Leon heran, pria itu hanya menggunakan celana training tanpa atasan. Matanya masih belum terbuka sempurnya sepertinya.

"Nih aku bawain sarapan!" Kelana mengangkat box makanan yang dibawanya, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Leon mempersilahkan Kelana masuk. Sembari wanita itu mengeluarkan makanan yang ia bawa, Leon pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi dan mencuci wajahnya.

"Kok engga ngabarin kalo mau ke sini?" tanya Leon ketika sudah kembali dari kemar mandi.

"Aku udah chat kok, tapi belum kamu read. Aku bawain bubur ayam, masih anget tadi beli di dekat sini. Yuk makan!"

Mereka pun memakan sarapan pagi dengan hening. Leon fokus pada makannya, pria itu sejak kemarin siang belum sempat makan karena mengejak penerbangan, sedangkan malam hari ia tidak napsu untuk makan.

Bubur yang Kelana bawa terasa sangat enak. Melihat kerupuk Leon sudah habis, Kelana memberikan kerupuknyake piring kekasihnya.

"Hmm, kita udah baikan kan?" tanya Kelana dengan tatapan polosnya.

Leon menggigit bibirnya, tidak tahan dengan tatapan polos Kelana dan kelucuannya.

"Jadi ini bubur sama kerupuk buat sogokan biar kita baikan?"

"Ehh bukan gitu." jawab Kelana panik.

Leon sudah tidak bisa menahan tawanya, "emang kita lagi marahan ya?"

"Kemarin kan kamu marah."

Leon mengacak rambut Kelana gemas, "aku engga marah. Aku cuma sedih aja sampai sekarang kamu engga bisa percaya sama aku. Bahkan sering was was, aku takut kamu malah engga nyaman dengan hubungan ini kalo aku maksa buat deket atau nginep sama kamu."

"Kadang aku mikir, emang bisa ya cowok yang udah biasa having seks tiba tiba berhenti gitu aja?"

Leon menghembuskan napas, memegang dagu Kelana lalu mendongakkannya agar pria itu dapat menatap matanya.

"Ya memang berat, tapi aku udah komitmen dan aku sebisa mungkin menepati semua perjanjian kita. Aku juga semalam mikir, wajar kamu belum bisa percaya sama aku. Mungkin karena masa lalu aku, kamu nganggep aku buaya juga kan. Tapi itu masa lalu aku, dan sekarang aku udah berusaha untuk berubah."

Mendengar perkataan Leon, Kelana langsung mengalungkan tangannya di leher pria itu. Kelana memeluk Leon erat, dan Leon tertawa mendapatkan pelukan tiba-tiba dari kekasihnya.








KELANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang