24

13.1K 822 21
                                    

Setelah menghabiskan dua hari di Jogja bermalas-malasan dan keluar hotel hanya untuk makan karena Kelana yang masih sibuk mengurus ekspor product bisnisnya. Wanita itu akan datang di malam hari dan pulang sebelum pukul sepuluh malam.

Hari Minggu, mereka berdua sepakat untuk ibadah Minggu Pagi di Gereja Santo Antonius Kota Baru. Sebelum pukul enam pagi, Leon sudah berada di apartemen Kelana untuk menjemput wanita itu.

"Kok udah dateng?" Kelana membukakan pintu masih menggunakan kaos over size tanpa menggunakan bawahan.

"Kan mau ke Gereja, kamu belum mandi ya?"

Kelana meringis, "baru bangun, tadi baru tidur jam 3."

Kedua kelopak mata Kelana masih terasa lengket, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Saat Leon sudah duduk di sofa, wanita itu malah menggunakan paha Leon sebagai bantal dan bersiap kembali menutup matanya.

"Katanya mau ibadah, ini kok malah tidur lagi?" meskipun begitu Leon mengusap kepala Kelana.

"Bentar, lima menit lagi."

Leon mengerang pelan, saat kaos over size yang dikenakan Kelana tersingkap sehingga celana dalam berenda itu terlihat. Pria itu meneguk ludahnya, lalu menggelengkan kepala berusaha menyadarkan dirinya agar tetap waras.

Namun Leon mengeluh dalam hati, mereka sudah sepakat untuk tidak melakukan seks sebelum nikah, tapi bagaimana Leon bisa tahan jika kekasihnya itu selalu menguji imannya.

"Kenapa engga pakai celana sih?" gerutu Leon yang bisa di dengar Kelana dengan jelas.

"Nyamanan gini." gumana Kelana masih memejamkan matanya.

"Iya kamu nyaman, tapi aku yang kamu uji kalo kayak gini. Lagian kita ini mau ibadah lho."

Kelana berdecak, akhirnya bangkit dan menuju kamar mandi. Wanita itu memang tadi tidak sadar jika membuka pintu hanya menggunakan pakaian tidurnya. Namun karena sudah terlanjur, tentu ia terlalu malas untuk berganti pakaian hanya untuk membukakan pintu untuk Leon.

Kelana bergegas mandi dan beganti baju, wanita itu hanya menggunakan skincare termasuk sunscreen dan lipstick saja. Ia baru malas menggunakan full make up. 

o0o

Kelana dan Leon berjalan ke parkiran setelah selesai ibadah. Entah sudah berapa lama Leon absen ibadah minggu karena kesibukannya. Sedangkan Kelana rutin beribadah di gereja.

Leon tersenyum senang, untuk pertama kalinya ia beribadah ke gereja bersama pacar. Mantan mantannya mana ada yang kepikiran untuk mengajak beribadah bersama. Semakin hari Leon semakin dibuat kagum oleh sosok Kelana.

"Gereja Katolik Santo Antonius dirintis oleh Pastor Fransiscus Xaverius Strater yang merupakan seorang misionaris Jesuit yang tiba di Yogyakarta pada tahun 1918. Nah, untuk mengawali karya misinya, Pastor Fransiscus Xaverius Strater ini mendirikan Kolese Santo Ignatius (Kolsani) pada 18 Agustus 1922 dan Seminari Tinggi pada tahun 1924. Nah Gereja ini diresmikan pada 26 September 1926, jadi emang punya sejarah yang panjang."

"Wah bangunan bersejarah dong ya?"

"Iya, masuk bangunan cagar budaya." jawab Kelana, mereka berdua berjalan santai sembari mengobrol.

"Aku perhatiin di kawasan ini masih banyak rumah rumah gaya arsitektur Belanda. Emang jaman dulu kawasan ini tempat apa?" tanya Leon penasaran.

"Memang Kotabaru penuh sama peninggalan bangunan bersejarah dengan arsitektur Eropa. Pada tahun 1917-1920 an dibangun kota dengan nama Kotabaru yang ditempati orang-orang Eropa terutama orang-orang Belanda, ini berkaitan dengan adanya kolonialisme atau penjajahan yaa. Nah kota ini didirikan dengan konsep kota taman atau garden city dibuat mirip kota kota di Belanda, kawasan elit lah pokoknya kalo jaman dulu."

Leon mendengarkan dengan serius, pria itu memang baru pertama kali mendengar cerita yang baru saja Kelana sampaikan. Tidak terasa kini mereka sudah berada di dekat motor Leon parkir. Lebih tepatnya motor teman Leon yang pria itu gunakan selama di Jogja.

"Hmm mau kemana kita habis ini?"

Kelana tampak berpikir sejenak, "ayok aku ajak ke tempat makan khas. Deket banget kok dari sini."

Leon pun setuju, mereka berdua berkendara menuju tempat yang Kelana maksud. Tidak sampai sepuluh menit mereka tiba di tempat makan khas. Salah satu alis Leon terangkat, menatap Kelana yang saat ini sudah menyemburkan tawanya.

"Katanya mau ke tempat makan khas?"

"Loh emang iya kan, Coto makanan khas kan?"

"Iya, tapi makanan khas Makassar. Aku kira kamu bakal ngajakin ke tempat makan yang Jogja banget. Lah ini masak ke Jogja, tapi malah makan makanan khas Makassar."

"Di sini engga cuma jual Coto tau, ada makanan khas Makassar lainnya. Lagian engga ada salahnya kan nyoba makanan lain. Aku biasa makan di sini sama keluarga. Aku dari dulu suka banget sama Es Pisang Ijo nya."

Leon menatap Kelana datar. Namun pria itu juga mengikuti wanita itu masuk ke dalam warung dan memesan Coto dan Es pisang ijo dan air putih yang biasa Kelana pesan setiap ke tempat makan itu. Tempat makan yang berupa warung di pinggir jalan ini memang sudah terkenal di Jogja.

Kelana memilih tempat tepat agak jauh dari pelanggan lain, bisa berabe jika orang-orang mengenali Leon. Pria itu memang sejak tadi masih menggunakan maskernya.

"Aduh aku lupa malah bawa kamu makan di tempat ramai kayak gini." sesal Kelana.

"Emang kenapa?" tanya Leon bingung.

"Ya, nanti kalo ada yang ngenalin kamu gimana?" bisik Kelana karena tidak igin ada yang mendengar, terdengar nada khawatir dalam suaranya.

"Kamu malu kalo sampai orang-orang tau kalo kita pacaran?"

Salah satu syarat Kelana saat menerima Leon adalah, wanita itu tidak ingin hubungan mereka diketahui publik. Sebenarnya Leon juga bukan tipe artis yang suka mengumbar kehidupan pribadinya.

"Bukannya malu, tapi nanti pasti kamu bakal langsung dikerubungin. Apalagi film kamu lagi tayang begini."

"Udah tenang aja, engga bakal ada yang tau. Lagian siapa juga yang mau ngeliatin aku sebegitunya" jawab Leon santai.

Kelana mencibir dalam hati, jelas Leon itu meskipun berdandan biasa-biasa saja tapi tinggi badannya yang menjulang tinggi begitu menonjol diantara krumunan. Apalagi wajahnya yang kadang membuat Kelana khilaf itu, tentu akan banyak orang yang memperhatikan.

"Atau dibungkus aja yaa?" Kelana menimang nimang keputusan untuk membungkus pesanan mereka dan memakannya di apartemen atau di kamar hotel Leon.

"Nanti udah engga enak lah Coto sama Pisang Ijo nya. Udah santai aja."

Wajah santai Leon tidak membuat kekhawatiran Kelana menghilang. Leon malah mengambil sate usus dan hati yang ada di meja untuk ia makan, sembari menunggu pesanan mereka datang.








Btw beneran di kawasan Kotabaru agak masuk ke gang-gang gitu ada Coto Makassar yang enak.

Tapi lupa nama warung makannya apa😭

Yang wajib dicoba kalo pas main ke Jogja salah satunya Bubur Hayam, di daerah Kotabaru juga.

Dulu suka sama bubur ketan hitamnya . Tapi sekarang lebih suka bubur ayamnya.





















Sumber foto : http://wiki.jogjasiana.net/doku.php?id=gereja_st_antonius_kotabaru_yogyakarta


KELANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang