6 | Takut Didahului

1.3K 122 1
                                    

Usai shalat subuh, Dita segera beranjak dari kamar utama menuju keluar. Ia mulai kegiatan pagi itu dengan menyapu, mengepel, lalu segera memasak di dapur. Ponselnya beberapa kali berbunyi ketika dirinya baru saja menumis bumbu untuk membuat nasi goreng. Ia membuka ponselnya dan melihat bahwa dirinya baru saja dimasukkan menjadi anggota pada sebuah grup Whatsapp.


FANDI
Apaan nih? Pagi-pagi buta udah terdaftar menjadi anggota grup Whatsapp. Aku kira tadi ada pasien yang memasukkan aku ke grup untuk konsultasi.

RIRIS
Hm ... tiada lain, tiada bukan. Pasti kerjaan si Kiki, nih!

KIKI
Enggak usah su'udzon, Ris! Aku aja baru banget nyalain ponsel. Ini ponselku semalam lowbatt, makanya baru aku nyalain. Pas nyala, ternyata aku juga udah masuk jadi anggota di grup ini.

RIRIS
Enggak nanya!

KIKI
Aku cuma menjelaskan, Ris. Cuma mau konfirmasi biar kamu enggak salah paham.

DITA
Wih ... pagi-pagi buta begini aku udah bisa melihat calon-calon jodoh masa depan. Kiki dan Riris, siap-siap aja ya. Kalian akan aku bawa ke KUA pagi ini juga, kalau masih aja berantem terus. Udah kaya PASUTRI aja, pagi-pagi buta berantem di grup Whatsapp.

VITO
AWOKWOKWOKWOKWOKWOK!!! Si Kiki dicomblangin sama mantan pacarnya sendiri dong!!! Ngakak guling-guling aku pagi-pagi buta.

DITA
Vit, aku lagi bikin nasi goreng di rumah. Kamu mau enggak?

VITO
OTW, Dit!!!

DENIS
Woy, Dita!!! Tetangga kamu bukan si Vito doang, ya!!! Aku, Kiki, dan Seno juga tetangga kamu, loh!!!

DITA
Rumahmu dan rumahnya Kiki kejauhan, Den. Seno juga yang rumahnya dekat dengan rumahku nyatanya belum muncul di sini, makanya aku cuma menawarkan nasi goreng buat Vito.

Suara pintu yang diketuk membuat Dita segera berhenti menyajikan nasi goreng ke atas piring. Ia bergegas berlari ke depan dan membuka pintu.

"Assalamu'alaikum," sapa Seno.

"Wa'alaikumsalam. Loh kok jadi kamu yang muncul duluan, bukan Vito?" tanya Dita.

"Rumahku lebih dekat dari rumahnya Vito, Dit. Mana nasi gorengnya?" tagih Seno.

"Duduk dulu. Aku ambilin di dalam, sebentar."

Dita pun masuk ke dalam rumah dan mengambil nasi goreng yang sedang ia sajikan di dapur. Tak berapa lama ia kembali keluar dan segera memberikan sepiring nasi goreng untuk Seno yang sedang duduk di kursi teras. Tak lupa, Dita juga menyodorkan jus melon yang tadi dibuatnya kepada pria itu. Mereka kini duduk berdua di kursi teras sambil menikmati nasi goreng yang masih panas tersebut.

Vito muncul tak lama kemudian dan melihat dengan jelas kalau Seno sudah duluan berada di teras rumah Dita dan sedang sarapan. Pria itu langsung mengambil foto menggunakan ponselnya, lalu menyebarkannya ke grup Whatsapp.

VITO
Aku yang diundang, si Seno yang duluan muncul di rumahnya Dita. Gercep sekali dia!

Usai mengirim foto serta keterangan tersebut, Vito pun mendekat ke rumah Dita dan memamerkan senyum mempesonanya pada Seno dan Dita.

"Assalamu'alaikum, sahabat-sahabatku," sapa Vito.

"Wa'alaikumsalam," jawab Seno dan Dita, kompak.

"Duduk, Vit. Aku ambilin dulu nasi goreng dan jus melonnya," ujar Dita, yang kemudian masuk ke dalam rumah.

Vito memainkan alisnya naik dan turun saat menatap ke arah Seno.

"Apaan, sih?" tanya Seno.

"Di grup kamu enggak muncul. Eh ... tahu-tahunya kamu langsung muncul di sini duluan daripada aku," goda Vito.

"Sengaja," jelas Seno.

"Oh ... sengaja? Biar apa?" tanya Vito.

"Biar enggak keduluan sama Kiki," jawab Seno, kemudian kembali menyuap nasi goreng yang ada di piringnya.

Baru saja Vito akan bertanya lebih lanjut pada Seno, Dita sudah muncul di teras itu dan menyodorkan sepiring nasi goreng serta segelas jus melon kepada Vito. Vito sebenarnya masih kaget saat mendengar jawaban dari Seno soal tidak ingin keduluan oleh Kiki. Namun ia masih belum tahu, apakah yang Seno maksud adalah takut keduluan Kiki memakan nasi goreng buatan Dita atau takut keduluan Kiki menemui Dita di pagi hari. Vito benar-benar tidak sabar ingin menanyakan hal itu pada Seno, karena selama ini Seno sama sekali tidak pernah tertarik untuk berkomunikasi atau bertemu dengan wanita manapun. Seno selalu dingin jika sudah berhadapan dengan wanita dan akan menjadi lebih pendiam daripada biasanya. Namun dengan Dita, Seno justru terlihat sangat berbeda dan seperti tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang biasa dia tunjukkan pada wanita lain di luar sana.

"Eh ... aku boleh nanya, enggak?" pinta Dita.

"Boleh, Dit. Tanya aja. Kamu mau tanya apa?" sahut Vito.

"Semalam yang akhirnya mengganjal pintu dapur pakai batu asahan itu, siapa ya?" tanya Dita.

"Yang mengganjal pintu dapur?" Seno terlihat tertarik dengan apa yang Dita bicarakan.

"Kalau enggak salah sih, semalam yang akhirnya mengganjal pintu dapur kamu itu Denis. Itu pun setelah pintunya dipegangi oleh Fandi, karena Denis juga takut pintunya kembali terbanting dan membuat terlempar seperti yang terjadi pada Seno. Memangnya kenapa, Dit?" tanya Vito, setelah memberi Dita jawaban.

"Semalam, itu pintu dapur terbanting sendiri lagi waktu aku mau masuk ke kamar. Aku batal mau tutup pintu kamarku dan aku pergi cek pintunya sekali lagi. Nah, di situ aku ingat kalau sebelumnya pintu itu sudah diganjal memakai batu asahan dan aku pun sama sekali enggak memindahkan batu asahan itu dari posisinya. Tapi waktu aku cek itu, batu asahannya udah pindah agak jauh dari pintu, Vit. Makanya aku mau tanya sama yang mengganjal pintu itu, apakah semalam dia kembali menyingkirkan batu asahan itu dari bagian bawah pintu?" jelas Dita.

"Kayanya enggak mungkin deh, kalau Denis memindahkan batu asahan itu dari posisinya. Semalam aku pergi cuci tangan setelah makan itu bersama dengan Denis, di wastafel dapur," ujar Seno. "Denis keluar duluan dan aku menyusul setelahnya. Sama sekali tidak ada yang memindahkan batu asahan itu, Dit. Batu asahannya masih ada di tempat ketika kami akan pulang."

"Tapi masalahnya aku juga ingat, bahwa aku sama sekali enggak memindahkan batu asahan itu meskipun semalam aku menyapu dan mengepel lantai setelah kalian semua pulang. Aneh, 'kan? Masa iya sih, batu asahannya bisa pindah sendiri?"

"Jelas enggak mungkinlah. Mustahil banget kalau sampai batu asahan itu bisa pindah sendiri, Dit," sanggah Vito, sambil menikmati nasi goreng di piringnya.

Seno menatap Dita yang tampak sedang memikirkan peristiwa berpindahnya batu asahan dari bawah pintu dapur. Hal itu membuat pria itu langsung mengusap-usap puncak kepala Dita, agar wanita itu bisa kembali tenang seperti biasanya. Vito jelas bisa melihat hal itu dan hanya berusaha menahan senyum sebisa mungkin. Entah kenapa Vito berharap kalau Kiki tidak akan muncul, agar Seno punya banyak kesempatan untuk berada di dekat Dita.

* * *

KONTRAKAN D-13 (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang