18 | Yang Sesungguhnya

1K 96 5
                                    

"Tu--tunggu dulu. Gimana? Maksudnya ... kamu dulu nembak dan jadian sama Kiki tanpa ada perasaan apa pun? Begitu, Dit?" tanya Denis, tampak masih mencoba mencerna kata-kata Dita.


Riris menyentuh lengan Denis dan membuatnya segera berbalik menatap wanita itu.

"Den, sebaiknya biarkan Dita menjelaskan dulu. Kalau Dita dipaksa menjawab pertanyaan dari kamu, takutnya Kiki justru akan salah paham pada Dita," saran Riris.

Dita pun bangkit dari permadani dan berjalan menuju kamar kedua untuk mengambil sesuatu. Seno sebenarnya juga ikut merasa penasaran, karena baru kali itu ia mendengar bahwa Dita sebenarnya tidak pernah punya perasaan terhadap Kiki saat masih SMP dulu. Vito bahkan menatap ke arah Seno dan memberikan kode untuk tetap tenang, mengenai apa pun yang akan diungkapkan oleh Dita malam itu.

Dita kembali ke ruang tamu dan terlihat membawa laptop serta handycam lama miliknya yang masih terawat dengan baik. Wanita itu meletakkan laptop di atas meja ruang tamu dan menyalakannya. Setelah laptop itu menyala, Dita segera menyambungkan handycam lamanya menggunakan kabel data ke laptop tersebut. Dita segera memutarkan sebuah video dan membiarkan Kiki melihatnya sendiri, bersama Denis, Seno, dan Vito. Riris dan Fandi yang sudah tahu mengenai video itu tidak lagi ingin ikut melihat. Mereka pun memilih menyingkir dari permadani untuk memberi ruang pada Kiki, Seno, Vito, dan Denis.

Rekaman berawal dari wajah Fandi dan Riris yang tengah direkam oleh Dita saat jam istirahat berlangsung. Namun setelah itu, rekaman tampak lebih fokus ke arah para pemuda yang ada di belakang Fandi dan Riris.

"Jujur, aku enggak suka sama Kiki. Dia itu benar-benar pengacau di tengah ekskul yang kita ikuti. Kenapa sih, dia harus jadi pusat perhatian banyak orang saat kita lagi latihan? Kita kurang kerja keras apa selama ini? Kok malah dia yang jadi pusat perhatian, padahal kerjanya cuma tebar pesona bukan bersungguh-sungguh latihan," umpat Amir--salah satu anggota paskibraka.

"Tahu tuh. Aku juga kesal sama dia. Masa cewek yang aku suka malah memilih suka sama dia. Aku udah susah-susah berusaha mengejar, eh, malah gagal gara-gara si Kiki hobi tebar pesona," tambah Yatna.

"Pokoknya kita harus melakukan sesuatu sama si Kiki. Kita harus bikin dia terlihat buruk dimatanya cewek-cewek yang ada di sekolah kita. Sekarang 'kan si Kiki masih belum punya pacar tuh. Gimana kalau kita suruh si Intan buat mendekati si Kiki, terus si Intan nantinya biar menyebar berita kalau si Kiki itu ikut ekskul paskibra cuma untuk main-main dan untuk menarik perhatian cewek-cewek. Nanti si Intan juga kita suruh buat ngasih tahu, kalau si Kiki udah merasa puas sama satu cewek, maka cewek itu akan dibuang sama dia," Jaka mencetuskan ide di hadapan yang lainnya.

"Ide kamu bagus. Cuma tingkat keberhasilannya aja yang meragukan. Lagian, si Intan mau dibayar pakai apa untuk menyebarkan berita bohong begitu?" tanya Marwan.

"Gampang. Si Intan mah dibayar pakai ajakan mabok bersama juga pasti mau. Tahu sendiri 'kan, si Intan itu cewek paling gampangan dari yang gampangan," balas Jaka.

Keempat pemuda dalam rekaman itu pun tampak pergi dari tempat mereka berkumpul. Video itu akhirnya berakhir setelah mereka benar-benar pergi.

Kiki sekarang menatap ke arah Dita, Riris, dan Fandi, namun masih tidak mengatakan apa-apa.

"Maka dari itu aku langsung ke kelas dan nembak kamu. Aku hanya bisa memikirkan cara itu, untuk mencegah mereka merusak nama baik kamu di sekolah. Kamu pasti akan terjebak oleh Intan, karena saat itu kamu memang belum punya pacar. Semua orang akan percaya bahwa kamu adalah 'pemain', yang akan membuang perempuan manapun yang sudah tidak menarik dimata kamu. Kalau kamu masih enggak percaya bahwa aku memang enggak punya perasaan apa-apa sama kamu saat aku nembak kamu hari itu, kamu boleh lihat video yang ini," ujar Dita.

Dita memutarkan video lainnya, di mana keempat pemuda tadi tampak sangat kecewa saat tahu kalau Kiki baru saja memiliki pacar dan pacarnya adalah Dita--sang juara satu di sekolah. Perasaan Kiki menjadi campur aduk saat melihat semua itu. Sementara Seno kini menatap ke arah Dita dan kembali memikirkan semua hal yang ia ingat sejak kembali bertemu dengan Dita beberapa hari terakhir.

"Aku harap kamu udah benar-benar paham, Ki. Aku enggak pernah punya perasaan apa-apa sama kamu selama ini dan memutuskan untuk memiliki hubungan sama kamu adalah hanya karena aku enggak mau nama baik kamu hancur. Aku melakukan itu, karena kamu adalah sepupunya Denis. Denis adalah sahabatku dan aku enggak mau dia merasa kepikiran sama kamu setiap saat di sekolah, jika sampai terjadi apa-apa sama diri kamu. Itu aja. Aku harap kamu bisa terima kenyataan yang sebenarnya sekarang. Aku minta maaf kalau pernah membohongi kamu. Aku harap kamu akan memaafkan aku, meskipun itu sulit," ungkap Dita, dengan jujur.

Dita pun memilih segera bangkit dari posisinya dan menyusun piring-piring kotor untuk dibawa ke dapur. Seno mengikuti langkahnya, sementara Kiki sedang berusaha ditenangkan oleh Vito dan Denis. Dita tak mengatakan apa pun, meski tahu kalau Seno kini ada di sampingnya. Hal itu membuat Seno segera mengusap-usap puncak kepala Dita seperti biasanya, hingga Dita kini berhenti mencuci piring.

"Kamu tahu banyak tentang aku sejak SMP, karena aku duduk satu barisan dengan kamu. Kamu ingat makanan favoritku, kamu ingat bahwa aku alergi terhadap sesuatu yang mengandung dairy product, kamu bahkan ingat kalau dulu kedua pipiku lebih berisi daripada yang saat ini kamu lihat. Orang yang kamu suka saat SMP itu ... aku, 'kan? Tapi kamu mengorbankan rasa sukamu terhadapku dan memilih memiliki hubungan dengan Kiki untuk menjaga nama baiknya. Benar begitu, Dit?" tanya Seno.

Kedua mata Dita pun mulai berkaca-kaca, namun sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

"Dan itukah juga alasannya, kenapa kamu tidak menolak ketika aku memberimu pernyataan dan pertanyaan tadi siang? Jawab, Dit. Tolong jawab," pinta Seno, begitu lembut.

Dita berupaya tersenyum.

"Aku bodoh, 'kan? Menurutmu aku ini bodoh, 'kan?" Dita bertanya balik.

Seno langsung menggelengkan kepala dan membawa Dita ke dalam dekapannya. Dita menangis pelan dan hampir tak bersuara saat akhirnya Seno tahu semua hal yang ia sembunyikan. Seno membiarkannya menangis untuk menumpahkan semua sesal yang mungkin telah lama dipendam.

Di ruang tamu, Kiki kini sedang menatap ke arah Riris dan Fandi.

"Katakan, apa yang kalian tahu soal Intan," pinta Kiki.

"Duh ... kalau yang itu kita enggak berani spill, Ki. Soalnya kita enggak ada bukti. Kita waktu itu cuma lihat dan lupa rekam gitu, kejadiannya," jelas Fandi.

"Udah, spill aja. Biar si Kiki lega selega-leganya deh soal perkara kebusukan si Intan and the gank, itu," saran Denis.

Fandi dan Riris pun saling menatap satu sama lain. Dita dan Seno kini kembali keluar dari dapur.

"Enggak usah ada yang spill, karena memang enggak ada bukti," ujar Dita. "Sebaiknya besok kita kasih lihat Kiki aja secara langsung. Besok kalian semua libur, 'kan?"

* * *

KONTRAKAN D-13 (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang