Keluar dari Star Cafe, Kiki langsung menghentikan langkah Seno sebelum pria itu sampai ke mobilnya. Vito, Denis, Fandi, dan Riris yang melihat hal itu segera mendekat. Mereka menduga akan terjadi sesuatu hal yang tidak beres.
"Aku mau tanya satu hal sama kamu, Sen. Apakah kamu sekarang punya niat untuk mendekati Dita?" tanya Kiki, cukup tajam.Riris ingin sekali buka mulut, namun Fandi dan Vito menghentikannya sejenak. Mereka tidak benar-benar muncul di hadapan kedua pria itu, meskipun sangat ingin.
"Kenapa kamu bertanya begitu, Ki?" Seno bertanya balik.
"Menurut kamu kenapa, Sen? Kamu tahu sendiri kalau Dita itu adalah mantan pacarku. Dan sekarang setelah kita bertemu lagi dengan dia, mendadak kamu ingin mendekatinya? Sebenarnya kamu mikirin perasaan aku atau enggak?" cecar Kiki.
"Kenapa aku harus memikirkan perasaanmu? Dulu waktu kita masih SMP, kamu sendiri yang bilang kalau menjadikan Dita sebagai pacar adalah hanya untuk membuktikan bahwa kamu memang sangat populer di sekolah kita. Sehingga kamu menjadikan Dita sebagai bingkai atas kepopuleran kamu, agar semua orang mengakui bahwa kamu bahkan dikejar oleh sang juara satu. Kamu masih ingat dengan pernyataanmu sendiri, 'kan? Pernyataan yang artinya adalah, kamu sebenarnya tidak pernah benar-benar punya perasaan terhadap Dita. Saat itu cuma Dita yang punya perasaan sama kamu, tapi kamu enggak punya perasaan sama sekali terhadapnya," Seno membeberkan kebenaran di masa lalu.
Riris dan Fandi ternganga usai mendengar hal itu. Bahkan Denis dan Vito pun tampak ikut terkejut, karena mereka sendiri baru tahu tentang hal itu.
"Jadi sebaiknya kamu tidak usah merasa sok tersakiti, kalau aku memang sedang berusaha mendekati Dita. Masih bagus loh, aku enggak pernah kasih tahu Dita soal itu. Kalau aku mau membuat kamu semakin buruk dimata Dita, aku jelas bisa melakukannya dengan mudah. Tapi kamu sahabatku, Ki. Aku enggak mungkin membuat kamu terlihat buruk dimata orang lain, termasuk Dita, wanita yang notabene pernah kamu hancurkan hatinya."
Seno pun berbalik meninggalkan Kiki dan berjalan menuju ke arah mobilnya. Baru saja ia akan membuka pintu mobil, ia memutuskan untuk berbalik sesaat dan kembali menatap Kiki.
"Atau mungkin ... saat ini kamu bukan sedang merasa cemburu terhadapku, Ki. Kamu hanya sedang merasa tertantang seperti biasanya," ujar Seno. "Selama kita bersahabat, kamu selalu mengincar wanita yang menyukai aku. Kamu mencari tahu banyak hal tentang wanita-wanita itu, lalu kamu berusaha menggoda mereka sehingga mereka tergoda padamu. Dan setelah mereka memutuskan untuk masuk ke dalam dekapanmu, kamu akan meninggalkan mereka dalam rasa sesal setelah dihancurkan. Kamu tidak mau aku mendapat perhatian dari wanita manapun, sehingga kamu tertantang untuk membuat wanita-wanita itu berpaling ke arahmu."
Kiki pun tertawa pelan.
"Kalau memang kamu tahu tentang semua tingkah dan niatanku, lalu kenapa kamu tidak berusaha membuatku berhenti?" ejeknya.
"Untuk apa? Kalau aku menghentikanmu, maka aku tidak akan tahu sifat aslimu dan aku tidak akan tahu apakah wanita yang mendekatiku punya sifat setia atau tidak," balas Seno.
"Dan sekarang kamu sudah tahu kalau aku merasa tertantang untuk membuat Dita kembali berpaling kepadaku. Jadi sebaiknya kamu bersiap-siap untuk merasa kecewa," saran Kiki.
Seno pun tertawa pelan, sambil membuka lebar pintu mobilnya.
"Kamu tidak akan berhasil. Bukan karena di sisi Dita ada Riris dan Fandi yang akan selalu membuatmu menjauh darinya. Tapi karena aku yakin seratus persen pada Dita, bahwa dia adalah batu karang yang tidak akan pernah hancur meski setiap detik diterjang oleh ombak," balas Seno.
Mobil milik Seno pun berlalu dari parkiran samping Star Cafe, meninggalkan Kiki yang tampak masih begitu marah. Kiki menendang mobilnya sendiri beberapa kali, untuk melampiaskan rasa marahnya. Vito mengajak Denis, Riris, dan Fandi untuk meninggalkannya juga. Mereka tidak boleh ketahuan menguping, atau Kiki nantinya akan berbuat hal yang jauh lebih menyebalkan kepada Seno.
"Aku akan menjadikan Dita sebagai milikku. Aku akan pastikan hal itu!" tegas Kiki, membatin.
* * *
VITO
Dit, Cafe udah tutup?Dita membuka ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk ke grup Whatsapp. Ia segera mengetik balasan agar Vito tidak menunggu terlalu lama.
DITA
Belum, Vit. Cafe tutup seperti biasa, tepat jam tujuh. Ada apa, Vit?VITO
Aku mau ke situ. Mau beli kopi sama beli cemilan buat orang di rumah.DITA
Oke. Aku tunggu.Dita kembali menyimpan ponselnya dan menyambut pelanggan yang baru saja datang. Ponsel Dita kembali berbunyi tak lama kemudian dan ternyata itu adalah telepon yang masuk dari Seno. Usai mengurus pesanan pelanggan, Dita pun segera meminta Herman untuk menggantikannya. Ia menelepon balik pada Seno, karena tadi teleponnya tidak sempat terangkat.
"Halo, assalamu'alaikum Dit," sapa Seno ketika mengangkat telepon di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam, Sen. Kamu tadi telepon aku, 'kan? Atau hanya salah tekan?" tanya Dita, ingin memastikan.
"Iya, tadi aku telepon kamu. Bukan salah tekan, kok," jawab Seno.
"Kalau begitu maaf, ya. Tadi tidak bisa aku angkat telepon dari kamu, karena aku sedang mengurus pelanggan yang memesan makanan dan minuman," jelas Dita.
"Iya, Dit. Enggak apa-apa, kok. Aku paham dengan pekerjaan kamu. Uhm ... Cafemu benar-benar tutup jam tujuh, seperti yang kamu bilang pada Vito?" tanya Seno.
"Iya, Sen. Benar," jawab Dita.
"Aku juga mau ke sana setelah pulang kerja. Aku mau beli makanan untuk kubawa pulang. Biar aku enggak perlu repot memasak lagi saat tiba di rumah," jelas Seno.
Dita terdiam selama beberapa saat.
"Kalau kamu lagi malas masak makan malam, enggak usah beli. Nanti aku masakin di rumah dan aku akan biarkan kamu ambil ke rumahku. Jangan boros, meskipun aku tahu kamu anak orang kaya. Setidaknya, berhemat juga tetap penting untuk masa depan kamu," ujar Dita.
Seno juga terdiam selama beberapa saat di seberang sana. Pria itu diam-diam tersenyum ketika mendengar apa yang Dita katakan padanya.
"Kalau boleh jujur ... ini tuh pertama kalinya bagiku, ada orang yang punya usaha makanan tapi pas makanannya mau dibeli, orangnya malah menyarankan aku untuk tidak membeli makanannya. Kamu itu terkadang ... agak complicated untuk bisa dimengerti oleh orang lain secara cepat. Jangan marah, ya. Aku cuma mengutarakan yang aku rasakan tentang kamu, bukan karena aku ingin menilai kamu," ujar Seno, apa adanya.
"Ya, aku enggak akan marah," tanggap Dita, santai. "Lagi pula, kamu benar kok soal aku yang complicated. Aku memang dari kecil udah sangat complicated. Entah itu diriku ataupun hidupku. Tapi aku serius saat bilang sebaiknya kamu datang ke rumahku dan ambil makanan yang aku masak. Aku juga serius ingin kamu berhemat. Hidup ini ada pasang surutnya, Sen, dan kita harus selalu siap untuk menghadapi keadaan yang tidak tertebak."
"Oke, kalau itu memang benar-benar saran darimu untukku. Aku akan ikuti. Nanti malam aku akan datang ke rumahmu dan mengambil makanan yang kamu masak."
"Oke. Insya Allah nanti malam aku akan kabari kamu kalau masakan aku udah jadi," janji Dita.
"Oke. Aku tutup dulu teleponnya. Assalamu'alaikum," pamit Seno, terdengar enggan mengakhiri sambungan telepon itu.
"Wa'alaikumsalam," balas Dita, seadanya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KONTRAKAN D-13 (SUDAH TERBIT)
Horror[COMPLETED] Memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan baru ternyata tidak berjalan lancar bagi kehidupan Dita. Rencana awalnya, ia ingin pindah agar pekerjaannya lancar karena rumah berdekatan dengan tempat kerja. Namun nyatanya rencana itu justru...