04. Broken Family (1)

252 35 7
                                    

Senin, 31 Oktober 2022
09.10 PM

Pagi hari ini menjadi pagi yang paling buruk bagi Andra, pasalnya ia menabrak seorang wanita dengan mobil yang ia kendarai.

"Bangsat!" Andra menonjok setirnya sendiri sampai tangannya memerah. Sedangkan Gaga masih shock atas kejadian itu, ia mematung sampai-sampai tak bisa mendengar sekitaran dirinya.

Andra buru-buru menelpon ambulance lalu keluar dari mobilnya untuk memeriksa wanita yang ia tabrak tadi. Ia mendengar suara langkah kaki dari samping kirinya, dan ketika ia menoleh, Vano sudah datang dengan mata berkaca-kaca. Sedangkan Gio, ia diam di tempat seperti termenung dan terperangkap dalam pikirannya.

"Bang ...." lirih Vano dengan suara yang bergetar. Saat itulah Andra menyadari sesuatu, seketika rasa bersalah memenuhi dirinya ketika ia sadar akan hal itu. Wanita itu—Fania Tasya Manggala—adalah ibu Vano.

Andra langsung memeluk Vano saat itu juga, membiarkan adiknya itu mengeluarkan seluruh emosinya. Padahal Andra sangat tahu bahwa Vano membenci kedua orang tuanya sendiri. Ia tidak tahu apa yang Vano pikirkan saat itu, bagaimana bisa ia menangisi orang yang ia benci?

Namun Andra belum menyadari sesuatu, Gaga juga gak baik-baik saja sekarang. Ia juga sedikit trauma dengan kecelakaan setelah adiknya meninggal yang disebabkan oleh ayah Darel. Tetapi untungnya Gio berhasil keluar dari perangkap pikirannya sendiri, dan ia pun berlari ke arah Gaga, menariknya keluar, lalu memeluk abangnya itu.

Andra melepas pelukan Vano lalu berusaha agar para warga menjauh. Ia berteriak, "Kalian semua minggir! Ini tanggung jawab saya!"

Andra tak bisa melakukan apa-apa pada ibu Vano karena ia tak punya mempunyai pengetahuan tentang medis. Jika ia melakukan sesuatu tanpa arahan dokter, Andra malah akan memperparah kondisi ibu Vano. Andra tidak mau Vano menjadi sangat terpukul, ia tidak mau Vano bersedih lagi.

"Bang Andra!" Seru Shaka yang berlari ke luar Kafe 1117. Ketika Shaka melihat banyak sekali saudara-saudara yang ada di area kecelakaan, ia langsung berhenti dengan mata yang terbelalak dan ekspresi terkejut.

"Shaka! Tolong atur kerumunan!" Balas Andra, dan Shaka mengangguk.

"Gaga—" ia menoleh ke arah Gaga, ia beryukur Gio datang di saat yang tepat. Ia hanya tinggal mengatur suasana sekitar serta menunggu ambulance muncul.

.-.

Vano berlari bersamaan dengan brankar yang membawa ibunya, tetapi kemudian seorang ners sedikit mendorongnya menjauh agar Vano tak mengikuti mereka lagi. Vano menatap para perawat tersebut yang semakin lama semakin menjauh. Vano menatap tangan dirinya yang penuh dengan darah.

Gaga datang dari belakang untuk menghampiri Vano yang sedang mematung. Ia lalu menyentuh bahu Vano, Vano menoleh ke belakang.

"Bang?" Tanya Vano dengan lirih, selirih angin yang menyapa kulit mereka. Gaga tak tahu harus bagaimana selain mendengar seluruh perkataan Vano yang menyakitkan.

"Ini salah gue ya?" Vano membalikkan badannya agar mereka berdua saling berhadap-hadapan.

"Kenapa gue nangis? Padahal gue yang minta ke Tuhan buat matiin orang tua gue sendiri."

"Bang, ini salah gue, kan? Dari dulu emang gue yang salah, kan?" Vano menatap mata Gaga dengan lekat, sedangkan Gaga tak tahu harus menjawab bagaimana.

"Bang? Bang! Jawab bang! Jawab kalo gue yang salah!" Vano benar-benar mengeluarkan emosi pada Gaga sehingga ia menarik kerah bajunya. Gaga tersentak, tetapi lidahnya terasa kelu.

MAHESWARA | ATEEZ FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang