05. Broken Family (2)

237 38 9
                                    

Rabu, 11 Juni 2003
15.34 PM.

Seorang pria melangkah ke arah sang nenek yang sedang duduk di sebuah kursi. Mata hazel itu terus menatap sang nenek dengan tatapan yang bertanya-tanya. Ketika ia menemui nenek, ia berlutut di depannya untuk menghormati sang keluarga satu-satunya itu.

Pria itu bernama Edgar, laki-laki yang sangat menghormati neneknya itu kini memenuhi permintaan neneknya untuk bertemu di halaman depan rumah.

"Nak." Sang nenek memanggil Edgar.

"Ada apa, nek?" Tanya Edgar.

"Usia kamu kayaknya udah mateng buat nikah." Neneknya menghirup secangkir teh lalu melanjutkan pembicaraannya.

"Kamu harus nikah sekarang."

Edgar mengerti, ia mengangguk untuk mengiyakan perintah sang nenek. Tetapi sebagai orang yang pintar, ekonomi untuk membangun rumah tangga harus disiapkan terlebih dahulu sebelum siap. Dan juga, ia harus siap mental. Tapi bagaimana caranya untuk memberitahu sang nenek?

"Tapi aku gak bisa nikah sekarang nek," ucap Edgar.

"Gak nak, kamu harus nikah sekarang. Nenek pengen liat kamu punya anak, dan ibu kamu pasti bangga di sana kalau dia udah punya cucu," ungkap neneknya. Edgar bungkam tak bisa melawan nenek, sorot matanya memperlihatkan ketidaksiapan dirinya.

"Saya masih gak sanggup, nek."

Neneknya hanya diam, ia menghela nafas lalu mengatakan, "Atau nenek jodohin kamu aja?"

Mata Edgar terbelalak, jantungnya berdegup kencang karena perkataan neneknya itu. Jika ia menolak, neneknya pasti akan marah dan menganggap kalau dirinya tidak menyayangi sang nenek. Tetapi jika ia menerima tawaran itu, apakah akan berjalan lancar nantinya?

"Ada gadis umur dua puluh tahun di kampung sebelah. Dia cantik, kamu harus nikahin dia sebelum ada laki-laki lain ambil dia," sambung nenek itu.

"Namanya Fania."

Fania, ya, dia mengenal wanita itu. Seorang wanita cantika yang disegani banyak orang. Sebagai laki-laki biasa, ia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan hatinya.

"Aku bakal berusaha, nek," ucapnya dengan terpaksa.

Kedua orang tua Edgar sudah meninggal dunia karena penyakit, ia pun harus tinggal bersama sang nenek. Ia sangat menyayanginya karena neneknya adalah satu-satunya keluarga yang menemani dirinya di rumah. Perintah neneknya tadi pun ia turuti demi kebahagiaannya.

Tetapi apakah semuanya berjalan lancar? Ia berumur 25 tahun, dan umur itu bukan targetnya untuk menikah. Ia takut, sangat takut. Apalagi ketika egonya memuncak karena ekonomi yang kian memburuk.

Ia tak sekaya itu.

.

.

.

Dua bulan setelahnya, ia dan Fania benar-benar menikah usai dipaksa melalui perjodohan. Keduanya tidak saling mempunyai perasaan satu sama lain, mereka tidak mencintai satu sama lain. Tetapi berkat paksaan dari kedua belah pihak, mereka pun menikah.

Ketika acara pernikahan telah usai, mereka yang seharusnya malam pertama menjadi malam kesedihan bagi Fania karena keterpaksaannya itu.

"Aku pengennya kuliah, bukannya nikah," isaknya. Bayangkan saja, 20 tahun bukannya menempuh pendidikan tinggi malah menikah di usia muda.

Edgar terdiam, di dalam hatinya ia terus berharap bisa mendapat kelancaran dalam berumah tangga di masa depan. Setelah tangisan Fania reda, mereka berdua memulai malam pertama mereka walaupun dengan suasana yang canggung.

MAHESWARA | ATEEZ FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang