08. Pesta Malam

191 28 4
                                    

Senin, 31 Oktober 2022
20.20 PM.

Darel sudah ada di halaman belakang dengan sarung tangan dan grill yang ada di depannya, api pada grill itu berkobar menutupi daging yang dimasak. Tak lupa Darel membolak-balikkan dagingnya agar tidak overcook sehingga menghasilkan kematangan yang sempurna. Sebenarnya para abang-abangnya itu tidak menyangka kalau adik mereka memiliki bakat ini, mengingat Darel sangat lembut dibanding yang lain membuat mereka berpikir kalau Darel memiliki ketakuta terhadap api.

Ia mematikan kompornya lalu meletakkan daging itu di sebuah plate yang sudah disediakan. Oh, ini akan menjadi sebuah pertunjukan yang indah. Darel akan menunggu Vano untuk melanjutkan pertunjukan ini lagi dan berencana untuk membuat Vano kagum terhadapnya. Yah, bungsu tetaplah bungsu.

"Bang Vano kapan bangunnya?" Tanya Darel pada Andra yang saat itu sedang menikmati soda gembira buatan Gaga.

"Gio sama Ezra lagi bangunin," jawab Andra.

Disisi lain Gio dan Ezra sudah ada di samping ranjang Vano untuk membangunkannya. Sebenarnya cara untuk membangunkan Vano cukup mudah, tinggal tutupi tubuhnya pakai selimut karena anak itu nanti akan merasa panas.

Tetapi ide jahil dari Gio datang tiba-tiba. Pemuda dengan otak aneh itu tiba-tiba berpikir untuk menjahili Vano pada saat baru bangun. Ezra sebagai orang yang sejalan dengan Gio langsung terkekeh lalu mengacungkan jempol untuknya.

"Lo bisa gitu juga ternyata," bisik Ezra pada Gio. Sebenarnya sebelum menjadi sad boy seperti sekarang Gio 11 12 seperti Ezra yang sekarang, mungkin Gio harus sering-sering menunjukan sifatnya yang asli di hadapan saudara-saudaranya.

Gio mematikan lampu kamar, dan Ezra menutupi tubuh Vano dengan selimut, setelah itu mereka hanya tinggal menunggu Vano untuk bangun dari tidurnya.

Dan seperti yang disangka, Vano terbangun. Ia mengucek-ngucek matanya lalu mengumpulkan semua kesadarannya sebelum pada akhirnya ia baru sadar kalau lampu kamarnya tidak menyala sama sekali.

"Woy! Jangan nakutin gue!" Seru Vano. Ia beranjak dari tidurnya untuk mencari ponselnya terlebih dahulu untuk menyalakan flash. Karena tak terlihat apa-apa, Vano terpaksa berjalan sambil meraba-raba udara.

Ketika Vano sedang berjalan, Gio memajukan kaki kanannya agar Vano bisa tersandung oleh kaki itu. Dan seperti yang Gio mau, Vano benar-benar tersandung. Bahkan suara Vano terjatuh sangat terdengar di telinga ketiganya.

"Duh, anjir." Vano mengumpat setelah dahinya menyentuh lantai dengan posisi tengkurap, untungnya kedua tangan Vano digunakan sebagai tumpuan.

Vano membalikkan badan. Ketika ia berhasil membalikan badan, ia dikejutkan dengan kedua wajah menyeramkan yang menyala dengan seringai yang menakutkan.

"Anjing!" Latahnya pun keluar. Ezra menyalakan lampu kamar Vano kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Lagian lo tidur lama banget sih, udah jam delapan noh," ujar Gio sambil melirik ke arah jam.

"Tetep aja ini namanya pembunuhan berencana," tutur Vano.

"Lo kan penakut," imbuh Ezra.

"Diem lo."

Mereka pun keluar dari sarang Vano. Vano mengerutkan keningnya karena sedikit curiga karena ia mencium bau panggangan, kedua tangannya digenggam oleh Gio dan Ezra, kakinya hanya bisa mengikuti arah kedua saudaranya itu. Entah apa yang mereka berdua rencanakan, tetapi Vano tahu, ada sesuatu dibalik netranya yang dipaksa untuk bangun.

Pintu halaman belakang terbuka, mereka tak mengucapkan apa-apa, mereka hanya fokus pada pekerjaan mereka saat ini. Biarlah mata Vano yang mengejutkan hatinya, dan biarkan pula otak Vano yang merangsang semuanya. Gio dan Ezra menghadap ke arah Vano dengan Ezra yang mengucapkan, "Gimana? Kaget gak?"

MAHESWARA | ATEEZ FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang