Bab 1

16.1K 1K 157
                                    

"Kau yakin Bibi Andin tidak mencari kita nanti, Kak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin Bibi Andin tidak mencari kita nanti, Kak?"

Salisha mengangkat telunjuknya ke bibir dan menarik lengan Vania, adiknya, pergi dari tempat itu. "Jangan khawatirkan masalah itu. Malam ini ulang tahunmu. Kakak macam apa aku tidak memberimu hadiah?"

"Aku terlalu besar untuk hadiah. Apalagi kau bekerja siang malam untuk kita berdua. Aku tidak se-kurang ajar itu. Satu lagi, umurku 14 bukan empat tahun!" ucap Vania. Namun, Salisha terkekeh mendengar jawaban Vania. Dia melepaskan lengannya dan sebagai gantinya menepuk puncak kepala Vania.

"Sepertinya bertambah umur membuatmu lumayan baik, dek. Baru saja kemarin, bajuku kau pakai dan dikembalikan tanpa dicuci."

"Jangan begitu, Kak." Salisha melirik Vania dari sudut matanya. Suara Vania merendah hampir berbisik, tetapi dia masih bisa melihat sudut bibir Vania naik.

"Kalau kau memulai drama, hadiahmu hangus malam ini. Kudengar di situ ada kios buku."

"Apa novel kedua Lady Marmoris di sana?" Kening Salisha berkerut mendengar permintaan Vania. "Setahuku, Cassia belum mengatakan apa-apa di website tentang terbitan keduanya."

Salisha menengok ke belakang, memastikan Risa tidak mengikuti mereka. Anak itu paling tidak suka kalau Salisha memanjakan Vania dibandingkan dia. Sebenarnya bukan karena Salisha sering mengabaikan Risa, gadis itu selalu mementingkan dirinya sendiri, main tangan ketika Vania menyinggung perasaannya, bahkan mengadu ke Bibi Andin apa pun itu ketika Salisha dan Vania melakukan sesuatu tanpa dia. Untungnya mereka berbelok dan Salisha menghembuskan napas lega.

"Padahal aku penasaran bagaimana mereka berusaha menarik perhatian Natalie. Sayangnya dia tidak hanya memilih Pangeran Cyrus," ungkit Vania lagi, sembari menggenggam tas selempangnya. Salisha menduga dia akan terus membicarakan novel itu sampai tiba di pasar malam.

"Kau tahu ending mereka di buku pertama jadi jangan mengeluh. Lihat sana, kita mau sampai."

Benar saja, gerbang pasar malam sudah terlihat di ujung jalan. Jarak rumah dan lokasi pasar malam memang tidak begitu jauh dari tanah lapang. Di depan gerbang sudah ada beberapa penjual makanan yang menjajakan jualan mereka. Salisha harus menarik Vania lagi sebelum kaki adiknya itu lari ke salah satu kios.

"Kita beli di dalam saja. Antrean semakin panjang kalau tidak masuk sekarang," serunya. Salisha hampir tertawa dengan anggukan Vania terlihat tidak ikhlas.

Salisha tahu, liburan kecil seperti ini sudah dianggap mewah untuk Vania. Semenjak orang tua mereka meninggal empat tahun yang lalu, Bibi Andin menjaga mereka. Namun, adik dari mendiang ayahnya, memperlakukan Salisha dan Vania seperti pembantu dibandingkan keponakan. Bibi Andin jarang memberi mereka uang, karena itu Salisha melamar kerja paruh waktu di supermarket yang tidak jauh dari rumah. Gajinya cukup untuk keperluan Salisha dan Vania sehari-hari, tetapi Bibi Andin selalu merebut paksa hasil kerja kerasnya itu.

Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang