Bab 3

10.5K 883 89
                                    

Kali kedua Salisha terbangun, ia melihat langit-langit berwarna jingga dan putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali kedua Salisha terbangun, ia melihat langit-langit berwarna jingga dan putih. Kedua matanya mengerjap berusaha membiasakan cahaya lampu. Hidungnya menangkap bau bunga yang familiar. Salisha bergerak sedikit dan menoleh ke sebelah kiri. Ada Sebuah vas berukuran sedang dari balik kelambu, berada di atas meja dengan beberapa bunga lavender yang tampak segar.

'Ini di mana lagi?'

Salisha memijat kening ketika merasa kepalanya terasa pusing. Ia menyadari berada di tempat tidur seseorang. Sembari mengurut kepala, dia menoleh ke kanan dan kiri tetapi tidak menemukan siapa pun. Salisha bergeser lagi, menarik kelambu sedikit dan menyadari saat itu sedang malam. Dia kembali ke tempat tidur berniat mengistirahatkan dirinya sebentar ketika merasa pusing semakin memenuhi pikiran.

Saat Salisha membuka mata lagi, ketika merasa sinar cahaya menembus kelambu, ia menyadari semua dia kira sebelumnya adalah mimpi adalah nyata. Ia mengira terbangun di tempat tidur mewah yang bahkan memiliki kelambu sehalus sutra. Salisha mencoba mengingat bagaimana dia terbawa ke tempat ini.

Dia mengingat sekilas suara tanpa wujud, namun Salisha ragu. 'Apa tadi hanya mimpi?' pikirnya. Namun baru saja akan bangun, ia merasa rambutnya yang seharusnya sebahu, mengintip dari balik bahunya. Salisha merasa bingung dan menarik beberapa helai, tetapi bukannya menemukan warna rambut hitam, dia menemukan rambutnya menjadi pirang hampir keemasan .

Gadis itu masih terkejut dengan kondisi rambut pirangnya. Buru-buru ia menarik kain kelambu meski kepalanya masih terasa berat.

"Nona? Nona ... sudah bangun?"

Salisha menoleh ke sebelahnya dan menyadari ada seorang perempuan yang mungkin seusia dirinya dengan gaun panjang sederhana setinggi mata kaki. Gaun itu sepenuhnya berwarna hitam sebagai dasar tetapi ada campuran putih. Salisha tidak menjawab pertanyaan perempuan berpakaian seperti pelayan itu. Dia hanya mengangguk meski lehernya terasa kaku.

Perempuan itu setengah berlari ke Salisha dan berdiri di depannya dengan wajah menunduk. Ia mendengar sesenggukan pendek dan berbicara terbata-bata.

"Nona Elora, saya senang Nona baik-baik saja. Tidak bukan hanya saya, semua orang akan senang Nona kembali sadar. Apa ... apa Nona haus? Saya bisa mengambilkan air."

Ucapan perempuan itu terus berlanjut dan tidak memperhatikan raut terkejut Salisha. Dia mengangkat tangan menyuruhnya berhenti bicara.

"Nona ... Elora? Maksudmu aku?" Salisha mencoba memperhatikan dengan jelas raut wajah perempuan itu, bisa saja Salisha sedang di prank, tidak ada yang tahu. Diam-diam ia terkejut mendengar suaranya sendiri. Suara Salisha lebih ringan dan jelas, sedangkan saat ini dia merasa suaranya menjadi anggun nan lembut.

Sayangnya, perempuan itu mengangguk dan Salisha tidak menemukan jejak bercanda di wajahnya. " Nona Elora?" Sekali lagi Salisha dipanggil dengan nama itu.

"Nona baik-baik saja?"

'Tidak! Sama sekali tidak baik! Siapa yang kau panggil Nona Elora?' Jeritnya dalam hati. Salisha memijat kepala lagi. Entah karena panggilan dari perempuan itu atau penyebab dia terbangun semalam.

Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang