Bab 5

8.4K 711 30
                                    

Elora sudah berusaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elora sudah berusaha.

Dia hampir mengabaikan semua topik yang diungkit Azael. Hampir di sini karena Elora hanya menjawab beberapa pertanyaan jika itu memang dituju ke dirinya. Entah berapa kali Elora memberi sinyal ke pria itu bahwa ia tidak tertarik mengobrol, tapi sepertinya Azael mengacuhkan kode tidak langsung dari Elora. Meski begitu, dia masih menjaga sikap sopan di depan pewaris keluarga Isander tersebut. Amelli, pelayannya duduk dengan kusir sedangkan dua orang penjaganya terpaksa pindah ke belakang kereta di atas bagasi.

"Nona benar-benar murah hati mengizinkanku menumpang." Azael duduk di kursi depan Elora yang menghadap ke arahnya. Senyum dan binar ramah di mata Azael masih ada sejak kereta kembali berjalan. Elora menatap langsung pria itu walau sesekali beberapa anak rambut silver menyentuh alis mata Azael.

Dia mengangguk, "Sudah seharusnya, Tuan Muda Isander." Elora menaruh kedua tangan ke pangkuan lalu menoleh ke jendela. Namun, Azael masih melanjutkan perkataannya.

"Jangan Tuan Muda. Azael saja. Kamu belajar di akademi 'kan?' Tanya Azael. Elora menoleh ke arahnya sebentar tapi mengangguk. Dia baru saja ingin kembali melihat jendela, pria itu kembali berbicara. "Apa kamu tahun pertama? Aku tidak pernah melihatmu di akademi."

'Justru bagus kau tidak menyadari aku ada di sana apalagi melihatku!' Elora menutup mata sejenak, mengatur napas agar menahan isi kepalanya keluar dari mulut.

"Sebentar, jadwal libur akademi masih tiga bulan lagi dan kamu kembali ke akademi hari ini. Kamu murid yang terlambat masuk?" Azael kembali memberinya rentetan pertanyaan yang bahkan Elora belum jawab perkataan pria itu sebelumnya.

Elora tahu Azael di novel adalah tokoh utama pria yang lebih ekspresif dibandingkan tokoh pria lainnya. Cyrus mungkin tidak irit bicara seperti Avery, tetapi bukan berarti se-aktif Azael. Walau begitu, Elora tidak pernah mengira pria itu dengan sifat ekspresifnya sedang ada di depannya sekarang.

"Tuan Muda Isander ..."

"Azael." Tegasnya dan ia bersedekap dada, menatap lurus ke Elora.

"Tuan Azael, saya murid tahun kedua dan tidak liburan. Akademi memberi waktu istirahat seminggu," jelas Elora, mengabaikan sorotan tidak setuju dari Azael.

"Kamu sakit?"

"Semacamnya." Dia hanya memberi jawaban sekilas, tidak ingin pria itu mengetahui yang sebenarnya.

"Semacamnya?" Alis mata Azael terangkat naik begitu mendengar ucapan Elora. "Kamu tidak mau memberitahuku?"

'Kenapa aku harus memberitahumu?'

Sekali lagi Elora menarik napasnya pelan lalu menjawab, "Itu sudah berlalu dan saya sudah sehat." Sebenarnya respon itu tidak bisa dianggap sopan, tetapi Azael sejak tadi menguji kesabaran Elora.

"Apa aku terlihat khawatir denganmu Nona ...." Elora menunggu kata-kata Azael dan menyadari sepertinya pria itu belum tahu namanya

" Saya dari keluarga Chantele."

Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang