Elora menggapai tangan yang menjadi penyebab pandangannya menggelap. Ia tahu seseorang yang bermain dengannya sekarang begitu bau musk menguar tercium olehnya. Gadis itu hampir menjengit merasa ada uluran lengan memeluk leher Elora.
“Kamu ini sebenarnya umur berapa? Lepaskan,” bisik Elora. Namun si pemilik sepasang tangan itu tidak bergerak sama sekali bahkan sekedar mengendur saja tidak. Akhirnya karena tak kunjung ada reaksi, Elora menggunakan cubitan maut di lengan yang memeluk lehernya. Gadis itu hampir tidak merasakan daging lunak, semuanya keras karena otot.
Meski begitu, cubitan Elora dengan kuku yang sudah diasah tidak bisa dianggap enteng. Ia mendengar kekehan bercampur ringis saat bekapan mendadak tadi terlepas. “Kasarnya. Apa benar kamu seorang Lady? Cubitanmu menyakitkan.”
Elora mengerjap beberapa kali, menoleh ke pelaku tadi yang tak lain Azael. Pria itu memakai baju formal sebagai seorang Duke. Jarang-jarang Elora melihatnya, mengingat Azael selalu memakai jubah penyihir.
“Kenapa kamu di sini?” Tanya Elora, meraih cangkir sudah diisi lagi.
“Pertanyaan apa itu? Justru aneh aku tidak menemuimu menjelang perburuan.” Azael menggeser kursi ke samping Elora sebelum mengibaskan tangan ke peralatan set cangkir teh dan membuat teh sendiri. “Jadi Lady Elora, bagaimana kabarmu setelah sebulan berlalu kita tidak bertemu?”
Elora tidak menjawab Azael. Kata-kata pria itu tak lebih hanya sindiran. “Mengapa kamu tidak bersiap-siap saja?” Dia mencoba mengalihkan topik yang sengaja Azael ungkit, padahal keberadaan Jonathan dan Leo tidak ada di dekat mereka.
“Untuk apa? Alba sudah mengurusnya,” ucapnya.
Ia melihat Azael berpaling dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka. Pria itu mengabaikan banyak pasang mata menyelidik ke mereka berdua, Azael lebih fokus mencari seseorang.
“Apa perempuan Colin itu menemuimu?”
“Samantha?”
“Kamu masih sudi memanggil nama kelahirannya?” Azael kembali menoleh ke Elora. Gadis itu ternyata sudah menaruh perhatiannya ke satu objek dan ia mengikuti garis pandang Elora.
“Yang mencari perkara itu dia.”
Elora melirik Samantha yang ternyata sudah melayangkan pandangan marah, hampir cemburu mungkin. ‘Apa dia menyukai Azael?’ Ia merasakan tangannya di bawah meja, diraih Azael lalu meremasnya.
Ketika Elora kembali menengok Azael, gadis itu baru menyadari jarak mereka terlalu dekat. Semenjak satu bulan direcoki Azael, Elora jadi terbiasa dengan sedikitnya jarak setiap mereka hanya berdua. Namun, ia tidak pernah mengalami ini di publik.
“Tidak pernahkah kamu ingin membalasnya?” Bisik Azael. Ia mengangkat jalinan tangan mereka berdua ke pangkuan. Azael hampir tertawa begitu melihat mata biru Elora mencurigainya.
“Atau, kamu mau aku membereskannya?”
“Tidak usah. Biarkan saja dia,” kata Elora segera. Berada di daftar hitam Azael sama sekali bukan nasib baik. “Jangan juga kamu buat dia berada di situasi jelek,” tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)
Fantasy○○○ Fantasy - Isekai ●●● Buku 1 : Kerajaan Arden Salisha bertransmigrasi menjadi figuran Elora Chantela dalam novel harem favoritnya, usai mengalami insiden pengeboman. Salisha bisa kembali ke dunia asal, dengan syarat tidak mengganggu alur plot as...