Elora mengerjap beberapa kali. Kedua matanya membulat, menyadari jarak mereka terlalu dekat, hampir terkesan intim. Ia mengangkat kedua tangan ke dada Azael, mendorong pria itu setidaknya memberi jarak. Hanya saja, Azael sekarang tidak lagi mau membiarkan tangan-tangan itu menghalangi mereka berdua. Diambilnya lengan Elora, menarik keduanya tertahan di atas kepala gadis itu.
“Tunggu ... tunggu dulu. Aku tidak bermaksud mengatakan itu tadi.” Azael tetap abai saat mendengar ada nada panik di suara Elora.
“Tapi aku memang tidak bercanda dengan cemburuku, Ela,” bisik Azael. Elora hampir tidak bisa bernapas normal kala merasa dahinya dan Azael bersentuhan. Dia bahkan tidak sanggup menatap mata emas yang tertuju lurus ke dirinya. Karena itu, ia menutup matanya. Elora juga tidak sanggup menggerakkan badan.
Tubuhnya jelas ditekan bersandar ke batang pohon. Kedua kaki Elora dipaksa terbuka dengan lutut Azael, menekan titik lemah gadis itu. “Mengapa matamu ditutup?” Sekarang giliran Azael terkekeh, tepat di bawah telinga Elora.
Elora yang sekarang ingin mau menggeliat, tetapi posisi lutut Azael akan semakin menekannya atau diam saja dan membiarkan pria itu gencar menggodanya, jadi serba salah. Gadis itu meringis, mungkin sekarang harusnya disebut pelecehan. Mungkin, karena Elora merasa ada keinginan liar terus berada tetap di posisi itu, entah datang dari mana.
“Aku salah ... aku salah. Seharusnya aku tidak menertawakanmu,” ucapnya hampir terkesan serak.
Elora sendiri kaget dengan suara yang ia keluarkan. Ia baru mau ingin membersihkan tenggorokannya, kedua tangan Elora di atas kepala bebas begitu saja. Lutut pria itu juga tidak menekannya lagi dan ia merasa hawa panas dari tubuh Azael tadinya ikut menyerang Elora, seperti menjauh.
Elora tidak kaget dengan kebebasan yang ia dapat begitu mudah. Justru ia tidak menyangka, ada perasaan tidak puas mengendap di dadanya.
Kenapa aku kecewa? Gusarnya.
Elora perlahan membuka mata, mengintip dari kelopak, takut-takut ia keluar dari kungkungan Azael hanya ilusi.
Ia melihat Azael kembali ke posisi duduknya tadi, tersenyum samar. Gadis itu akhirnya bisa bernapas puas dan membenarkan tubuhnya agar bersandar dengan benar. Akan tetapi, seperti tipuan cahaya, Azael menangkap kedua lengan Elora, menarik dan juga membawa tubuh mungil itu, yang akhirnya kembali terperangkap dalam pelukan Azael. Seketika, hawa panas dari badan pria itu ikut memeluk Elora, bau musk Azael juga mengusik pikirannya.
Pria itu memperbaiki cara duduk Elora, membuat kedua kaki jenjangnya melingkari pinggang Azael. Atau kasarnya, dia duduk mengangkangi Azael. Elora benar-benar malu dengan posisinya sekarang. Ia jelas memberontak, tetapi gerakan Azael lebih gesit.
Ditekannya punggung gadis itu lebih dekat ke Azael, dan tangan lain menahan rahang Elora tetap tertuju melihat dirinya. “Bagaimana dengan waktumu untuk laki-laki itu?” Lirihnya, tepat berhadapan dengan bibir Elora. Jarak antara mereka berdua hampir tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)
Fantasy○○○ Fantasy - Isekai ●●● Buku 1 : Kerajaan Arden Salisha bertransmigrasi menjadi figuran Elora Chantela dalam novel harem favoritnya, usai mengalami insiden pengeboman. Salisha bisa kembali ke dunia asal, dengan syarat tidak mengganggu alur plot as...