Bab 23

3K 367 41
                                    

Ketika Elora memutar tubuh ke belakang, ia mengira dirinya tidak akan selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Elora memutar tubuh ke belakang, ia mengira dirinya tidak akan selamat. Jarak Elora dengan kereta yang melaju cepat, terlalu dekat untuk gadis itu tersadar dari kebekuannya. Rasa trauma Elora saat menjadi Salisha diputar ulang, ia bahkan merasa seperti mendengar teriakan Vania lagi sebelum kematian merenggutnya.

Elora tidak bisa fokus dengan kecepatan kereta kuda siap menabrak tubuhnya. Kedua matanya terbuka tetapi terlihat kosong. Telinganya terasa dipasang sumbat, membuat Elora tidak mendengar seruan panik orang-orang menyuruhnya minggir.

'Kalau kau mati, kesempatanmu hilang,' Suara misterius yang pernah Elora dengar di alam roh tanpa diduga tedengar berbisik di telinganya. Saat itu pula kesadaran gadis itu didorong keluar. Begitu mata birunya mendapat binar kembali, ia baru menyadari sekelilingnya. Kereta kuda yang Elora kira akan menabrak dirinya, tiba-tiba posisinya terangkat melayang tak jauh di dekatnya, mungkin ada dua meter.

"Nona, apa kau baik-baik saja? Mengapa tidak pindah dari tempatmu?" Elora hanya menggeleng ketika seorang ibu-ibu tidak ia kenal menghampirinya. "Apa ...yang terjadi?" Suaranya terdengar serak, Elora kira dirinya seakan terbangun dari mimpi sesaat.

Dia menunduk sambil memijat kening, 'Aneh, jelas aku tahu kereta itu datang. Rasanya tubuhku membeku di sana bukan karena trauma. Mirip hipnotis.' Elora mengerjap beberapa kali. Pikiran itu sebenarnya seperti angin lewat di kepalanya, tetapi saat Elora benar-benar memikirkannya lagi, gadis itu mulai yakin ada seseorang ingin mencelakainya.

"Kamu tidak apa-apa?" Elora mengangkat wajah, mendapati Azael berdiri dihadapnya. Ia hanya mengangguk, melarikan matanya ke arah lain. 'Hipnotis? Siapa lagi kalau bukan Azael yang bisa melakukannya?' Dia melirik pria itu lagi yang masih menatap Elora bercampur aduk. Ia melihat ada kekhawatiran jelas di wajah Azael, dan kemarahan di sepasang mata emasnya.

'Kenapa kamu menjebakku? Kenapa kamu menargetkanku, padahal aku yakin tidak ada masalah denganmu? Kenapa kamu marah dan khawatir?!'

Kata-kata kenapa, kenapa, dan kenapa terus terngiang di kepala Elora. Matanya memerah, ia juga menggosok pergelangan lengan berulang kali. Gadis itu ingin pergi, khawatir Azael melakukan manipulasinya lagi.

Namun tangannya digenggam Azael lagi, bahkan pria itu meremas berkali-kali telapak tangan Elora. Ia memberanikan diri menoleh ke Azael yang ternyata mengarahkan perhatiannya ke kereta melayang tadi untuk turun. "Kamu ... kamu apakan kereta itu?"

"Membuatnya keluar dari jalur sebelum membunuhmu." Nada muram Azael membuat Elora tidak bertanya lagi, hanya memperhatikan pekerjaan Azael sampai kereta dan sepasang kudanya mendarat di tanah lagi. Ketika kereta itu kembali ke daratan, kusirnya buru-buru turun dan menunduk maaf.

"Tuan ... Nona ... maafkan saya. Saya tidak becus menghentikan kendaraan dan hampir mengenai Nona."

Elora menggeleng. Ia berusaha tersenyum ke kusir yang Elora yakin sama sekali tidak tahu apa-apa. "Aku tidak terluka, jangan khawatirkan itu." Namun sepertinya Azael memiliki pikiran berbeda dengan Elora.

Figuran Hanya Ingin Menonton! (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang