CHAPTER 02

42.7K 4.4K 39
                                    

IZORA mencari barisan kelasnya diantara ramainya orang-orang dilapangan. Pada akhirnya dia menemukan barisan kelasnya yang untungnya berada ditempat lumayan teduh- izora berlarian kecil menuju kesana.

Duk!

"Luna"

Seolah sadar, Izora terdiam. Matanya menatap intens gadis yang tejatuh karna tabrakan tadi. Gadis itu berdiri dibantu oleh temannya yang sebelumnya memekik memanggil nama gadis itu.

"Ka kalo jalan liat-liat dong" Ujar teman gadis itu.

"Mel udah, tadi salah aku jalan liat kearah lain. Maaf ya kak" Sahut gadis bernama Luna itu.

Tanpa sadar izora menatap orang dihadapannya itu dari atas ke bawah seolah menilai. Mengangguk-- tanpa berbicara Izora berlalu dari tempat itu.

"Dih songong banget tu kakel"

Dilain sisi, Izora terhanyut dalam pikirannya sendiri karna melihat gadis itu- ga salah lagi, Izora tahu dia adalah pemeran utama wanita Qaluna Klandestina yang akan menjadi pasangan Kara.

"Zora! Lo dari mana aja si" Pekik seseorang saat ia sampai dibarisana kelasnya. Sofia Salvina-- nama itu langsung muncul dikepalanya saat melihat wajah perempuan itu. Dia merupakan teman akrab Izora dikelas.

"Sofi, pelanin suara lo" tegur seseorang yang membuat sofia seketika langsung diam dan mengubah posisinya menjadi disebelah Izora.

"Dari mana?" Tanya Sofia sekali lagi namun dengan nada berbisik. Izora mendekatkan wajahnya ketelinga Sofia. "Kelas"

Mendengar sahutan temannya yang kurang memuaskan, Sofia bersedekap dada sambil mengerucutkan bibirnya. Izora tertawa kecil melihat tingkah gadis itu.

Upacara pun mulai.

---

Semua murid mengeluh dan sesekali menyeka kasar keringat mereka yang terus membanjiri dahi mereka sambil mendengarkan ocehan guru yang sedang menyampaikan amanat tanpa manfaat didepan sana.

"Tadi banyak banget tuh anak-anak yang protes, kenapa upacaranya dioutdoor pak! Kenapa ga di-indoor! Emang kenapa sih di outdoor? panas? Ini sinar matahari pagi bagus buat tubuh kita, bapak aja berdiri sendirian ditengah sini biasa aja tuh. Kalian pakai topi, lah bapak enggak. Nah guru-guru... tolong anak-anak ini di-evaluasi lagi, kita harus pantau terus perkembangan kedisiplinan anak-anak" Kepala Sekolah yang kerap disapa dengan sebutan Darta itupun terus berbicara panjang lebar tanpa lelah.

"Pak darta ngomong apa siee? Kok dia ga cape ya? Gue yang denger aja cape" Omel seseorang

Izora menoleh saat Sofia terdengar menghela nafas kasar. "Gue ga masalah dia mau ngedumel apa kek ini kek. Tapi gue ga tahan kalo harus terpapar sinar matahari secara langsung begini!"

"Skincare mahal ya buk" timbrung seseorang dari barisan dibelakang mereka. Daksa tersenyum manis saat Izora dan Sofia serentak menatapnya.

Daksa melambaikan tanganya kearah Izora. "Makasih ya udah bikinin dasi gue"

Izora menganguk, Sofia menyenggolnya. "Zora jangan sampai kepicut sama dia ya!" Peringat-nya.

Sofia berbalik, menatap tajam Daksa. "Awas lo ya kalo apa-apain temen gue!"

"Heh yang dibelakang! Jangan berisik! Bu leila jadi mantau kita gara-gara kalian!" Tegur seorang laki-laki berkacamata yang berdiri sebagai pemimpin barisan.

"Tuh dengerin kata Dimas!" Cicit Sofia.

"Sofia nanti ditegur dimas lagi" Ucap Izora mengingatkan.

"Iya-iya" Sofia mendesah pelan. "Gue mulu yamg kena" gumam gadis itu tanpa suara.

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang