CHAPTER 11

28.9K 3.5K 44
                                    

HARI itu telah tiba. Hari dimana Abian menjemputnya kembali untuk langsung pindah kerumah pria itu. Izora tak ingin berekspektasi tinggi akan hal itu, sebenarnya keputusannya disini tidaklah penting- mau dia menolak sekeras apa pun pada akhirnya Abian tetap akan membawanya pulang.

Kesal! Marah! Terus menyelimuti hatinya karena pria itu mengemasi barang-barangnya dengan lancang. Izora sempat mengamuk didepan pria itu, namun hari itu entah kenapa Abian kembali dengan sikap yang berbeda.

Dia tidak bersikap lembek dan penuh penyesalan seperti pertama kali dia datang, disaat Abian datang dengan sikap keras dan wajah yang tidak menerima penolakan sekecil apapun.

Izora tidak punya kuasa untuk melawan pria itu, dilubuk hatinya juga-- Izora juga ingin merasakan bagaimana memiliki keluarga yang utuh walau kehadirannya mungkin akan ada yang tidak menyukai. Sesuai pengalaman kehidupan masa lalunya mungkin akan lebih kelam dari pada keputusan disini.

Matanya menatap wajah pria paruh baya yang mungkin kedepannya akan dia panggil Ayahnya-- dengan tersenyum tipis Abian mengulurkan tanganya kearah putrinya itu.

"Semuanya akan baik-baik saja, maaf membawa dengan cara seperti ini." Tanya Abian.

Abian langsung merengkuh hangat putri kecil yang dulunya ia sia-siakan itu.

"Maaf nak" bisik Abian lirih.

Bunda... maaf, ini mungkin tidak menyenangkan. Tapi... aku ga bisa apa-apa disini. Izora terus membatin meminta maaf pada Willona.

Diluar sana langit bergemuruh seolah-olah ikut terharu dengan perdamaian antara kedua insan yang terpisahkan karena sebuah keegoisan para manusia.

---

Hanya ada keheningan didalam mobil, langit yang tadinya hitam kini mulai menunjukan pesonanya.

Disepanjang jalan Izora hanya menatap pemandangan pada luar jendela. Mobil yang ditumpanginya melaju dengan mulus tanpa ada aksi salip-menyalip karna dikawal oleh beberapa mobil didepannya.

Mobil mulai menuruni kecepatannya setelah mendekati sebuah rumah besar dengan pagar yang menjulang tinggi. Mobil masuk melewati pagar itu, dan melewati pekarangan rumah yang jaraknya lumayan, mereka berhenti tepat didepan pintu utama rumah itu.

Dengan gesit pintu langsung terbuka, yang tentunya dibukakan oleh bawahan Abian. Izora tidak menyangka bahwa orang yang menjadi ayahnya akan sekaya ini.

"Mari nona" seorang pelayan menuntuk Izora untuk berdiri disamping Abian.

Kakinya yang jenjang mengikuti langkah kaki abian yang mulai menaiki anak tangga yang menuju langsung kedepan pintu utama.

Langkah Izora tehenti saat dia berdiri tepat didepan pintu yang memiliki ukuran yang besar untuk manusia sepertinya. Gadis itu menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya, lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Izora hanya bisa berjalan dibelakang punggung Abian saat mereka sudah masuk kedalam rumah itu. Mereka dituntung menuju ruang tamu.

"Itu abian, dimana gadis itu?"

"Apa pada akhirnya keturunan Atmadewa memiliki seorang anak perempuan?"

"Aku tidak sabar melihat wajahnya!"

Suara gaduh mulai terdengar, tetua yang duduk disana langsung menegur mereka yang berisiknya minta ampun. Mereka yang berkumpul disana kecuali para tetua langsung berdiri saat Abian mulai terlihat mata mereka.

"ITU DIA!!!" Seseorang berucap dengan keras saat melihat sosok Izora yang berjalan beberapa langkah dibelakang Abian.

"Bara!" Tegur sang Ibu. Beberapa orang tertawa melihat kelakuan sang bungsu itu.

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang