CHAPTER 04

38.9K 4.1K 33
                                    

IZORA menatap sebuah kardus yang baru saja ia temukan dibawah tempat tidurnya saat ingin mengambil ponselnya yang terjatuh disana. Dia ingin membukanya tapi takut akan isi kardus itu. Dia lirik jam dinding-pukul 5.55, masih sempat kalo dia membongkar isi kardus itu. Perlahan tangannya mendekati kardus itu, dengan perasaan was-was Izora tetap membukanya.

"Ini siapa? Cantiknya." saat benda itu terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah foto yang menampilkan seorang wanita cantik dengan balita digendongannya. Tangan nya bergerak meraih foto itu, ada tulisan dibelakang foto itu. "Putri kecilku Izora Nadaline."

"Ini bunda Izora?" Ucapnya saat memahami ini semua. "Tapi kenapa gue ga dikasih ingatan langsung pas liat dia? Ga kaya biasanya?" lanjutnya dengan bingung, Izora menemukan sebuah buku diary didalam sana saat semua foto didalamnya sudah ia keluarkan.

"Willona Andressa." Izora mengusap nama itu dan merasakan rasa kerinduan yang muncul dibenak hatinya-itu perasaan Izora asli.

TOK! TOK!

"Non! Non ga sekolah, udah jam 6 lewat non." Ucap seseorang dari luar kamar Izora.

Gadis itu diam sejenak mencerna kalimat yang Bi Siti ucapkan diluar sana, sampai detik berikutnya ia langsung melompat turun dari kasurnya. "Hah! Mampus telat gue!" Izora langsung menyambar tas ranselnya, dan melangkah keluar dari kamarnya. "Perasaan baru bentar liat-liat."

CEKLEK!

"Ga sarapan non?" Tanya Bi Siti.

"Udah ga sempat bi, aku berangkat ya." Izora merucap tanpa menoleh kerah Bi Siti, gadis itu dengan tergesa-gesa memasang sepatunya dan keluar dari apartemen dengan berlari.

Hal itu tak lepas dari pandangan Bi Siti. Andai non Willona disini, pasti dia senanggg sekali liat putri cantiknya sekarang pintar dan mandiri.

---

Seperti sebelumnya, Izora berangkat menggunakan taksi. Sekarang perasaan gadis itu tengah digelisah karena waktu yang terus berjalan, dia takut terlambat yang nantinya akan berakhir dihukum seperti disekolahnya dulu.

Izora khawatir hukuman disekolah ini, akan lebih berat dari pada dikehidupannya dulu. Mengingat sekolah yang ditempati oleh Izora merupakan sekolah swasta dan terkenal, berbanding balik dengan kehidupannya dulu yang hanya bersekolah disekolah milik negara.

Taksi itu berhenti tepat didepan gerbang pertama menuju sekolah, yang dimana untuk mencapai gerbang masuk gedung harus jalan kaki lagi.

Mengapa tidak minta antar masuk saja? Karena sekolah memiliki aturan yaitu, angkutan umum yang kepemilikannya bukan milik pribadi murid disana tidak diperbolehkan masuk. Ya begitulah aturan tetap aturan!

"Makasih pak." setelah memberikan uang pas kepada supir taksi, Izora berlari sekuat tenaganya menuju gerbang sekolah. Ada beberapa satpam yang berjaga digerbang pertama hanya menggeleng melihat aksi gadis itu.

Sedangkan didepan sana, satpam sekolah sudah mulai menarik pagar tanpa menunggu Izora.

"Pak tunggu pak!" Teriak Izora. Satpam itu melihatnya namun tak menghentikan pergerakannya. "Pak! Bukain dong pa! Kan saya telatnya ga lama."

"Ya namanya telat! tetap telat mba." Sahut Satpam itu. "Mba duduk aja dulu disana, tunggu petugas osis."

"Pak please pak, sekali aja bukain. Abis ini saya ga telat lagi." Mohon Izora.

"Maaf mba, tapi itu bukan wewenang saya."

Izora menghela nafas panjangnya dan berjalan menuju sebuah bangku-duduk disana. Matanya melirik jam tangannya, menunggu entah sampai kapan.

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang