SUASANA kelas hening, hanya ada suara guru Pendidikan Pancasila-- Bu Amel yang menjelaskan materi didepan sana. Beberapa orang menguap bosan dan juga mengantuk mendengarkan ocehan bu amel, mulai awal jam pelajar hingga kini.
"Nah jadi kalian bikin kelompok, masing-masing kelompok bahas 1 materi yang kemudian dijadikan ppt lalu dipresntasikan. Kalian seluruhnya berapa?"
"24 buk!"
"Nah gini aja, kalian berempat! Kalian berempat! Sampai seterusnya ngerti?"
"Iya buu"
Decitan besi bergesek dengan lantai keramik terdengar sangat memekak telinga. Karna yang lain sibuk memutar kursi mereka agar lebih leluasa untuk berdiskusi.
Sofia menoleh kearah Izora. "Kita sama siapa zor? Yang depan atau belakang?"
"Yang didepan udah berempat kan? Berarti kita kebelakang." Izora bangkit dari duduknya dan memutar kursinya, disusul oleh sofia. Kini Izpra berhadapan dengan Kara, sedangkan Sofia dengan Arsal.
Izora menatap sekitarnya- mendeham singkat untuk menyadarkan pemuda didepannya. Terpa angin membuat rambut pemuda itu bergerak kesana-kemari. Keheningan menyelimuti ke-empat orang itu.
"Kelompok Dua! Sofia dan teman-teman" Serentak Izora, Sofia, dan Arsal menatap kearah papan tulis.
"Kita kelompok dua?" Tany Arsal
"Iya" sahut Izora
Perhatian ketiga orang itu terpusatkan kepada guru yang berdiri didepan sana.
"Ketua kelompoknya siapa?" Tanya guru itu.
"Siapa? Siapa?... Gue ga mau"
"Kara.. kara aja udah" Sahut Arsal. Izora dan Sofia menganguk menyetujui sambil tertawa.
"Kara bu." sahut sofia.
Bu amel membenarkan posisi kacamata yang tertera dihidungnya. "Mana karanya?"
Izora dan Sofia sontak saling tatapan, sedangkan dibelakang sana Arsal terkekeh pelan karna tahu tidur siang sahabatnya itu tak akan lama lagi.
"Mana?" Bu amel melangkah menuju meja mereka. Dan betapa terkejutnya dia, mendapati Kara yang tertidur pulas dengan bertumpuan tanganya, "Ya allah ya tuhanku. Kara!" Panggilnya dengan penuh kesabaran.
Seketika gelak tawa memenuhi kelas itu.
Bu amel hanya bisa menghela nafas panjang dan mengeleng. "Arsal bangunkan temanmu itu!"
Arsal mengoyang-goyang tubuh sahabatnya itu, Kara bangun dari tidurnya lalu menegakkan tubuhnya-- menggeliat sambil mengerjap-ngerjapkan matanya karna silau.
"Udah jam pulang?" Tanya pemuda itu tiba-tiba.
"Kara-kara... saya tau kamu siswa berprestasi, tapi ga gini juga kelakuan kamu dijam saya! Keluar-- cuci muka kamu!"
Kara bangkit dari kurasinya dan melangkah kekuar kelas, menuruti perintah gurunya itu.
"Haduh dasar anak itu." Bu amel berjalan kembali ketempatnya semula.
"Oke lanjut ya... jadi kelompok satu materinya bagian A pada bab satu, kelompok dua bagian B, dan kelompok tiga Bagian C! Paham kelompok 1 2 3? Ada pertanyaan?"
"Ga ada bu"
"Buat kelompok 4 5 6, bagian A B C pada Bab dua. Paham? Segini dulu ada pertanyaan?"
Seseorang mengangkat tanganya keudara. "Jadi waktu pengerjaannya sampai kapan bu?"
"Kalo bisa minggu depan itu kita udah bisa presentasi ya, jadi minggu depan itu tiga kelompok yang membahas bab satu tadi sudah siap untuk maju. Kita ga ada sesi tanya jawab, jadi insyaallah waktunya cukup aja buat 3 kelompok. ada lagi?" Sahut Bu amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Main Character's Sister : Transmigration Story
Random[END] [JGN LUPA FOLLOW] Nada seorang gadis yatim piatu, yang memiliki seorang kakak perempuan bernama Maudy. Mereka hidup dengan sangat berkecukupan, begitu juga dengan hubungannya dengan Maudy, namun semuanya berubah karena pengaruh dunia luar yang...