CHAPTER 20

23.4K 3.2K 60
                                    

HARI ini tepat hari dimana hari terakhir penilaian kenaikan kelas terjadi, suasana hati semua peserta didik seperti terombang-ambing terkadang sedang mengingat hari ini hari terakhir penyiksaan, namun terkadang juga khwatir dengan nilai yang tidak sesuai harapan (orang tua).

Izora menjadi orang yang suasana hatinya ditengah-tengah, bila keadaan kelas sedang ribut dia seketika melupakan kegelisahannya, tapi bila teringat kembali sedihnya akan berkepanjanga.

Syukurnya dikelas mereka ada banyak pelawak berkedok siswa yang selalu membuat kelas tidak pernah terasa sepi, walaupun beberapa sebenarnya ada yang terganggu dengan kebisingan hal itu.

Seperti sekarang semuanya tak berhenti tertawa karna aksi Mahen, Daksa, dan Fahri yang saling melemparkan gobalan entah pada siapa-siapa saja.

Tiba-tiba.

Brak!

Seseorang masuk kedalam kelas dengan sangat gaduh, sontak semua orang didalam kelas tersentak kaget ketika orang itu masuk.

"Nilai Matematika udah keluar gessss" Ucap orang itu sambil mengangkat kertas yang berada ditangannya tinggi-tinggi.

Semua orang kompak bangun dari duduknya untuk melihat nilai dari mata pelajar yang lumayan mengguncang mental dan fisik mereka. Tidak penuh saling bertabrakan, mereka terus berusaha agar dapat melihat nilai mereka, yang sudah melihat pun memilih menjauh dari kerumuman itu.

"Daksa nilai lo berapa? Gue 88" Ucap Sofia yang melangkah keluar dari kerumunan bersamaan dengan Daksa.

"90" Sahut Daksa to the point

"Sombong najis" Sofia menghentakan kakinya dan melangkah mendahului Daksa menuju tempat duduknya.

"Lah?"

"Sabar ya. Dia emang agak sedikit menggila karna ulangan." Izora menepuk punggung Daksa.

---

Sekarang Izora sedang duduk santai disalah satu taman disekolahnya sambil menikmati sepoi-sepoi angin. Melihat pemandangan sekitar, sebuah ide terlintas dibenaknya-- dia membuka buku catatan yang sebenarnya dia bawa kemana-mana untuk mencatat nilai hasil ulangan.

Izora bukan orang yang pandai dalam seni namun terkadang dia sedikit pandai dalam menggambar itupun tergantung mood. Walau hasil yang tidak memuaskan, Izora tetap memotret hasil karya tangannya itu untuk dipajang disecret akun instagramnya.

Terdengar sebuah kaki yang menginjak daun-daun kering, Izora menoleh ketika mendengar suara yang semakin lama semakin terdengar oleh indera telinganya.

Dengan keringat yang bercucuran Arsal tersenyum lebar saat tatapan mereka bertemu, pemuda itu nampak sangat benawan dengan kemeja sekolah yang tidak dikancing sehingga menunjukan kaos oblong putih.

Setelah Arsal duduk disebelahnya, Izora kembali keaktivitas awalnya yaitu menggambar.

"Lagi ngapain?"

Izora menunjukan karyanya yang belum jadi kearah Arsal.

"Kamu suka menggambar?"

Izora menggeleng. "Enggak, tapi kadang-kadang pengen aja"

Arsal mengangguk. Pemuda itu merogoh saku celananya dan menemukan sebungkus permen disana.

"Mau?" Tanya Arsal pada gadis disebelahnya itu, Izora melirik sekilas dan menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu aja" Ucap Izora

Arsal mengeritkan keningnya sedikit bingung, entah kenapa kekasihnya terasa berbeda hari ini.

"Buka mulut kamu" Titah Arsal yang terdengar seperti perintah yang tidak dapat dibantah. Izora terkekeh kecil dan membuka mulutnya seperti arahan kekasihnya itu Arsal pun memasukan permen itu kedalam mulutnya.

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang