CHAPTER 10

30.3K 3.4K 7
                                    

IZORA menatap orang-orang yang berada diruang tamu. Disana ada Bi Siti, Saddam, Abian, dan beberapa orang yang dibawa Abian. Gadis itu menghampiri Bi siti, orang yang menurutnya paling aman untuk di hampiri.

"Bi kenapa mereka bisa masuk? Aku sudah bilangkan jangan izinkan orang asing masuk keapartemen ini!" Ucap Izora tanpa rasa takut.

"Tolong jaga bicara anda nona didepan tuan Abian" Abian langsung mengangkat tangannya menghentikan anak buahnya untuk ikut campur.

"Kalian yang harusnya menjaga sikap ditempat orang lain!" Sahut Izora.

"Non" tegur Bi Siti pelan.

Izora diam, dia duduk disofa single yang tak jauh dari saddam duduk. "Om bisa jelaskan kenapa mereka disini?"

"Saya disini untuk menjemput kamu pulang" Bukan Saddam yang menyahut melainkan Abian.

"Sebelumnya boleh saya tanya siapa anda?" Izora memicingkan matanya.

Abian tersenyum kecil, saat dia menatap gadis itu rasanya seperti dia menatap Willona- walau gen wajah gadis itu lebih mendominasi darinya.

"Saya Abian Atmadewa, walau saya sadar bahwa saya tidak tahu diri kalau mengatakannya tapi kenyataannya saya ayah kandung kamu Izora."

"Ayah ya? Kenapa baru datang"

"Maaf"

"Anda bilang buat menjemput saya pulangkan? Tapi kenapa harus seramai ini?"

"Karna kamu memiliki darah Atmadewa."

"Bukannya itu ga sah, aku cuma anak haram kan? Dan anda ga perlu repot-repot buat jemput saya, karna saya sudah punya rumah tersendiri."

Abian tersenyum memaklumkan. "Itu kewajiban saya Izora, untuk membawa kamu. Hak asuh kamu sudah menjadi milik saya semenjak Willona meninggal. Jadi tolong ikut saya, yang ingin menebus kesalahan saya yang dulu terjadi. Dan tidak ada anak haram disini."

"Padahal sejak bunda meninggal sudah beberapa tahun yang lalu, kenapa anda baru saja menemui saya? Kalau itu hanya sekedar untuk menebus kesalahan anda, lebih baik lupakan saja." Izora mengepalkan tangannya, ada perasaan sesak yang muncul saat ia berucap demikian. Sepertinya itu perasaan Izora asli.

"Tahukah kamu betapa susahnya saya menemukan tempat kamu berada, saya sudah mencarimu sejak 2 tahun yang lalu. Willona dan Saddam benar-benar menyembunyikanmu dengan baik."

Izora menunduk tertawa kecil. "Saya udah baca semua diary bunda..."

"Semuanya salah anda! anda yang meninggalkan kami! Bukan bunda yang sembuyikan saya! Lagi pula untuk apa anda ingin memungut lagi seseorang yang sudah anda buang." Izora tersenyum sinis kearah laki-laki paruh baya yang mengaku sebagai ayahnya itu.

"Saya menolak, saya menolak untuk ikut anda! Saya lebih baik disini! Ada bi siti sama om saddam yang jaga aku"

Saddam merasa terharu saat keponakannya itu menyebut namanya, jujur saja dia tak dapat berkutik disini mengingat kekuatannya tak sekuat Abian yang memiliki Atmadewa dibelakang namanya. Andai dia bisa menggunakan nama Andressa disaat seperti ini, mungkin dia dapat sedikit membantu Izora membrontak.

"Izora, saya tahu bahwa penolakan kamu adalah resiko hal ini, tapi saya disini bukan sedang memberikan kamu pilihan ataupun tawaran, tapi disini untuk mengambil hak dan kewajiban saya atas kamu! Tidak papa kamu tidak ikut sekarang, saya akan beri kamu kebebasan beberapa hari sebelum saya jemput kamu lagi." Ucap Abian panjang lebar

Izora mengerutkan keningnya, "keputusan saya tadi sudah bulat, kalau anda tidak menghargai keputusan saya itu artinya pemaksaan!"

"Tidak ada yang memaksa Izora. Apa yang saya lakukan itu didukung oleh hukum negara dan agama."

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang