CHAPTER 21

22.9K 3K 78
                                    

"Kenapa mereka sampai tau?" Suara bariton milik Abian menggelegar di dalam ruangan bernuansa hitam itu.

"Karena mereka baca tweet anonim itu! Papa juga tau kan?" Izora merasa kesal dengan Abian, pasalnya baru saja pulang dia sudah di ngiring untuk menuju keruangan abian hanya untuk membicarakan hal itu-itu saja.

"Orang yang ngirim secara anonim itu dari sekolah kamu, ga mungkin dia membuat pernyataan secara asal dengan sedetail itu!"

"Aku juga ga tau!"

"Sampai kapan kamu mau memperpanjang ini?" Abian memandang Izora dengan tatapan lelah, tanpa tahu gadis dihadapannya itu lebih lelah karna menghadapinya sekarang.

"Kapan aku memperpanjang masalah, dari tadi Papa yang terus nanya kenapa orang-orang sekolah tau padahal aku udah bilang aku juga ga tau?" Ucap Izora sambil berusaha menahan intonasi suaranya agar tidak kebablasan yang membuat Abian semakin tantrum kepadanya.

Siapa pun tidak dapat menghalau Abian sekarang, bahkan sebelumnya Diana sempat menegur Abian untuk bertutur kata dengan baik saat berbicara padanya. Pada akhirnya wanita itu disuruh keluar oleh Abian tanpa bisa menolak lagi.

"Aku cape tau ga! Ga disekolah ga dirumah, orang-orang ga habis-habis ngomong tentang itu." Keluh Izora

Gadis itu menatap frustasi Papa nya. "Semuanya berubah dalam sekejap Pa, bahkan ga ada sedikitpun rasa senang bila ingat siapa aku. Apalagi sekarang semua orang tahu kalo aku anak haram, bahkan teman-teman sekelas yang biasanya baik sama aku, sekarang ga sedikit lihat aku dengan tatapan menjijikan."

"Ini sudah selesaikan, aku mau istirahat"

Abian menghela nafas panjang, dan menunduk sampil memijat pangkal hidungnya. Tidak lama kemudian menatap pintu ruanganya yang tertutup setelah Izora benar-benar keluar dari tempat itu.

---

Izora merasakan ketenangan saat air yang mengalir dari shower mengguyur seluruh tubuhnya. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama tanpa sadar air matanya ikut menetes diantara ribuan tetesan air disana.

Memangnya salah terlahir dengan status anak diluar pernikahan, kalau bisa memilih dirinya juga tidak ingin dilahirkan dengan status yang bersifat permanent itu.

Tidak lama setelah itu, Izora menyudahi kegiatannya dan kini dia sudah lengkap dengan pakaian santainya.

Drttt! Drttt!

Dering telpon mengalihakan perhatiannya, dengan segera Izora menghampiri dimana handphonenya berada dan menggeser ikon berwarna hijau.

"Hallo?" Sapa Izora karena nomor yang menghibunginya merupakan nomor tidak dikenal.

"Gimana kejutannya? Suka?" Tanya orang disebrang sana dengan kekehan diakhir kalimatnya.

"Maaf?"

"Ck! Lo kenapa lamban banget si! Itu loh rumor yang baru keluar, itu gue yang bikin!"

"Siapa lo sebenarnya?" Izora bertanya dengan nada rendah, tentu saja dia sedang menahan untuk tidak berteriak sekarang jua.

"Gue sama kaya lo, orang yang terjebak didunia fiksi ini, bedanya lo pelakunya sedangkan gue korban. Sekarang gue minta ikut gue balik dari dunia ini."

"Lo sebarin rumor itu cuma karna itu? Gue ga tau apa yang sebenarnya terjadi sama lo, tapi tolong jangan bikin masalah besar karna cuma halu lo doang mikir ini dunia fiksi, yang bener aja setan. Lo bisa jalan, bisa makan, kalo ga makan lo sakit, ya kali ini dunia fiksi. Gue hargai lo karna udah mau ngaku."

"Udah baik-baik gue peringatin lo dengan masalah sekecil ini, malah dikira halu. Kayanya besok-besok langsung gue eksekusi aja lo. Hati-hati ya kalo lagi sendiri."

Become The Main Character's Sister : Transmigration StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang