9. Marigold

1.3K 97 8
                                        

Follow dulu yuk, biar nggak ketinggalan info tentang Samara Abel Vicky

Enjoy the music enjoy the story

Abel tidak bertanya padaku kenapa aku semalaman menginap di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abel tidak bertanya padaku kenapa aku semalaman menginap di rumahnya. Dia terlalu antusias bercerita tentang teman-teman kerennya di ekstra dance.

Meskipun dengan perasaan gelisah, aku berusaha bersikap normal dan menanggapi setiap perkataan yang dia ucapkan.

Kami baru terlelap jam 2 pagi dan hingga saat itu Mama dan Papa tetap tidak menanyakan keberadaanku baik lewat pesan maupun lewat telepon.

Aku berangkat keesokan harinya. Menggunakan putih abu-abu Abel karena Abel memakai seragam cheers.

Semenjak menjadi ketua, Abel lebih sering memakai seragam cheers-nya. Aku tau kenapa dia begitu suka memakai seragam itu, setelan rok dan kaos terlihat cocok di tubuh Abel dan akan membuat semua orang memujinya.

Seperti seorang laki-laki yang satu kelas denganku. Namanya adalah Ethan. Dia nyaris menumpahkan kopi di tangannya ketika melihat aku dan Abel lewat di depannya.

"Bye, Ra. Sampai ketemu nanti!" Abel melambaikan tangan begitu dia bertemu dengan dua orang cewek berseragam cheers juga.

Aku melambaikan tangan untuk menyambut kepergian Abel.

"Hay, Ra!" sapa seseorang dari belakang membuatku menoleh. Ethan berada di sampingku. Menatapku dengan mata kumbangnya. Senyumnya terlihat mengerikan.

"Hay," sahutku. Tersenyum, lalu melangkah pergi karena tidak ingin dekat-dekat dengan cowok aneh seperti Ethan. Ada alasan aku menyebutnya aneh. Dia pernah berangkat sekolah mengenakan celana piyama, dia pernah menyimpan katak di dalam lokernya dan bilang katak akan membawa keberuntungan. Dan hari ini dia menggunakan kalung berbentuk tengkorak menjuntai di dada hingga menutup dasinya.

Perhatianku teralihkan ketika tiba di koridor lain. Orang-orang melirik ke arahku. Mereka sengaja menghentikan kegiatan untuk menoleh ke arahku dan tersenyum. Aku merasa agak gugup karena diperhatikan oleh begitu banyak orang.

Langkahku semakin memelan. Dua siswa menyapaku. Mereka tersenyum dengan senyuman tulus yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Tunggu, apa mereka tersenyum padaku?

"Hay, Ra!" sapa seorang siswa yang lewat di sampingku. Dia menyapaku lalu melanjutkan langkahnya, bukannya berhenti dan membullyku seperti kebiasaan mereka dulu.

Ada lebih dari lima orang tersenyum dan beberapa menyapaku dengan ramah.

Aku mencubit telapak tanganku. Mengira ini hanyalah mimpi. Namun ini bukanlah mimpi. Orang-orang memang menyisihkan jalan agar aku bisa lewat, mereka memberiku kesempatan untuk mengantre, mereka menghargai keberadaanku.

Aku tidak ingin terlalu percaya diri, tapi sepertinya semua ini terjadi karena Vicky. Jika saja dia tidak mengungkapkan perlakuan Laras di kantin saat itu, pasti aku sudah diburu orang-orang untuk dibully alih-alih disapa dan dilempari senyum seperti tadi.

EVIDEN (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang