38. Sah jadi menantu

20.6K 1.5K 60
                                    

Assalamualaikum semuanya 💙

Hai 👋 gimana kabarnya nih? Sebelum ke ceritanya Bunnes mau tanya, kalian lebih suka bunga bangkai atau bawang? Kalau Bunnes suka bawang 🥰  udahlah, nggak penting ☺️

Jangan plagiat karya ini⚠️
plagiarism of other people's work is expected to retreat as far as possible!!!

Ke cerita nya aja yuk 😍 tinggalkan jejak setelah membaca 😍🥰🎉

~SELAMAT MEMBACA~

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allahu Akbar...

Allahu Akbar....

Allahu Akbar....

Suara kumandang adzan isya terdengar, setelah tadi pagi hari Aurora melaksanakan ijab qobul kini dirinya sudah sah menjadi istri dari Arkham. Aurora duduk di tepi ranjang, berat bagi dirinya jika harus meninggalkan kamar asramanya. Walaupun kamar asramanya sempit dan kecil namun menyimpan banyak kenangan, apalagi mengingat Dina dan dirinya yang selalu bertukar cerita di tempat ini.

"Assalamualaikum Ning."

Pintu terbuka memperlihatkan Dina yang barusan pulang dari ruang Astatidz, ia tersenyum melihat Aurora terdiam di tepi ranjang.

"Waalaikumsalam, Ning? Siapa Ning?" Beo Aurora melihat sekelilingnya yang tampak sepi, dirinya kebingungan dengan perkataan Dina barusan.

Dina terkekeh ringan melihat wajah Aurora yang tampak bingung, ia melangkahkan kakinya mendekati Aurora dan duduk di samping gadis tersebut.

"Mbak Aurora lupa? Mbak Aurora udah jadi Ning di pondok pesantren ini." Jelas Dina hanya mampu geleng-geleng kepala.

Aurora nyengir kuda, jujur saja dirinya belum nyaman jika harus di panggil dengan sebutan Ning. Apalagi Akhlakul Karimah dalam dirinya belum tumbuh. "Panggil gue dengan panggilan biasanya aja Din, gue belum nyaman."

Dina yang mendengar itu lantas mengerutkan keningnya bingung, mungkin Aurora membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan. "Ndak sopan itu namanya mbak, detik demi detik pasti mbak Aurora akan terbiasa dengan sebutan itu."

Aurora hanya mampu menghela nafasnya panjang, mungkin ini yang dirasakan oleh Syifa sewaktu mendapatkan gelar Ning.

"Udah di kemas baju-bajunya mbak? Dina bantuin bawa ya?" Dina bangkit dari tempat duduknya dan meraih tas ransel milik Aurora.

"Udah, tapi gue nggak mau pindah ke ndalem." Lirih Aurora mampu membuat Dina melihat ke arahnya, Aurora hanya mampu menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jemarinya.

"Mbak Aurora harus pindah, karena status mbak Aurora lebih tinggi dibandingkan dengan Dina." Dina mengulas senyumnya, walaupun ia juga merasa tidak rela jika Aurora harus pindah ke ndalem. Memiliki teman sekamar seperti Aurora sangatlah membuat Dina merasa tidak kesepian, apalagi sikap Aurora yang absurd.

Aurakham (Aurora & Arkham) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang