IID - 06.

642 49 4
                                    

💐💐💐

Jungkook gelisah dalam tidurnya, merasakan dingin yang begitu menyengat disekujur tubuh. Ingat jika ia belum berpindah dari tempatnya menangis sejak kemarin malam. Matanya melihat ke arah jam dinding didalam kamarnya yang menunjukkan pukul tiga pagi.

Baru dua jam dirinya terlelap karena kelelahan menangis, Jungkook menghela nafas panjang. Kepalanya pening bukan main, pun luka yang berada dilututnya kembali mengalir darah segar darisana sebab tangan Jungkook dengan nakalnya memukul luka tersebut saat menangis kemarin. Tentunya karena alasan ingin mengalihkan sakit dihatinya, yang padahal percuma saja.

"Aw," Jungkook meringis. Ia bangkit dari duduknya, dengan terpincang ia berjalan menuju ke arah kamar mandi. Tidak lagi memikirkan jika dia akan semakin kedinginan didalam ruangan itu. Cepat-cepat menyalakan shower setelah membuka semua pakaian yang membalut tubuhnya.

Air seketika turun membasahi rambut Jungkook kemudian mengalir sampai kebagian bawah. Menyentuh lukanya yang sudah tidak terbalut oleh perban. Jungkook mengernyit kesakitan, mendesis dan menggigit bibirnya menahan sakit.

Apa yang dipikirkan Jungkook sebenarnya? Apa dirinya akan merasa lega saat sakit didalam hatinya disamarkan sementara oleh luka ditubuhnya?

Jungkook naif, dia tahu akan hal itu. Tetapi apa? Ia tetap dibawah guyuran air di jam tiga pagi demi kepalanya dingin. Demi otaknya tidak lagi mengingat hal-hal yang membuat hatinya sakit.

Disisi lain, Taehyung duduk berjongkok didepan kamar Jungkook. Ayah Jeon dan Bunda sudah tidur dikamar mereka, bahkan Papa Kim, Mama, dan Nara tidak luput untuk pergi mengistirahatkan diri.

Sedangkan Taehyung tengah menyesali perbuatannya, lebih tepatnya adalah sikapnya yang secara lancang mengatakan pada Bunda jika ia mengkhawatirkan Jungkook saat ia memilih akan menikah nanti. Bukan, bukan karena ia terganggu akan sifat manja Jungkook, ia hanya merasa takut jika ia memutuskan untuk menikah Jungkook tidak bisa lagi bersikap manja padanya.

Pikirnya Taehyung tidak mungkin bisa sepenuhnya memperhatikan Jungkook saat ia sudah beristri nantinya dan membuat Jungkook merasa kesal padanya. Alhasil, saat ia bertemu Lee Hanea---calon istrinya satu tahun yang lalu, Taehyung merahasiakan semuanya dari keluarga juga Jungkook.

Tetapi tidak mungkin jika seorang perempuan tidak merasa dipermainkan saat usia hubungannya sudah termasuk lama dan umur mereka yang sama-sama sudah matang. Hanea memaksa Taehyung untuk segera menikahinya dan mengancam akan memutuskan hubungan jika Taehyung belum juga bersikap berani memperkenalkan Hanea pada orang tuanya.

Dan kemarin malam adalah puncaknya, ia begitu senang saat Hanea disambut penuh bahagia oleh orang tuanya, sehingga ia benar-benar melupakan keberadaan Jungkook disana. Ini salah, Taehyung harusnya masih bisa membagi perhatiannya pada Jungkook dan Hanea seperti rencananya. Tetapi saat keduanya dipertemukan, Taehyung total abai pada sekitar dan hanya terfokus pada Hanea.

Taehyung begitu mencintai Hanea. Sangat.

Hanya saja, saat ia melihat Jungkook dengan tatapan sendu itu, Taehyung juga ikut merasakan sakit. Ia bimbang, bimbang harus melakukan apa kemarin. Yang akhirnya tanpa basa-basi ia berlari mengikuti Jungkook. Meyakinkan pada Jungkook jika itu hanya salah paham.

Kenapa? Kenapa Taehyung seperti ini? Meninggalkan calon istri yang dicintainya demi Jungkook.

Apakah karena Jungkook sudah seperti adiknya sendiri? Tetapi kenapa saat Nara membentaknya, memarahinya karena membuat Jungkook menangis ia sama sekali tidak terlalu memikirkannya?

1001 [ TAEKOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang