IID - 12.

601 43 3
                                    

💐💐💐

Bulan ketiga di tahun baru ini Jungkook habiskan untuk melihat-lihat beberapa gedung kosong. Akhirnya Jungkook sampai pada keputusannya yang berani membuka gerai toko kue keringnya yang sekarang semakin melonjak tinggi dalam pemesanan.

Jungkook masih belum bisa mengendarai motor ataupun mobil, jadi sekarang ia tengah mengayuh sepedanya di jalan khusus peseda. Pikirannya tengah penuh dengan hafalan nama jalan dimana gedung yang diincar Jungkook berada. Ia memilih tempat yang bisa dengan mudah dijangkau darimana saja, tentunya ada ditengah kota.

Sebenarnya sebelum ia berangkat tadi, sang Ayah sudah berniat untuk memberi tumpangan. Tetapi karena ada urusan mendadak yang membuat sang Ayah harus cepat-cepat ke kantor membuat Jungkook menolak ajakan tersebut. Memilih untuk mengayuh sepeda dengan dalih sekalian olahraga.

Bunda masih belum tega tadi, tetapi atas keyakinan Jungkook akhirnya beliau berani melepasnya kembali dengan sepeda kesayangannya. Dan meninggalkan sang Bunda sendirian untuk mengawasi pekerjaan para karyawan Jungkook yang juga cukup bertambah banyak.

"Kayaknya belok kanan, deh. Tapi kok nggak ada, ya?" gumam Jungkook, kepalanya menoleh ke kanan-kiri mencari tulisan spanduk sewa tempat yang sempat ditemukan Jungkook dilaman media sosial.

Nihil hingga sampai kembali dalam perempatan jalan, Jungkook memutuskan berhenti. Masih di atas sepedanya, Jungkook menyalakan telpon genggamnya untuk kembali mengecek apakah jalan yang ia tempuh tidak salah.

Jungkook menggerutu sebal, "kok kelewatan?!" posisinya bahkan sudah lebih jauh dari tempat yang seharusnya.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti tepat dibelakang Jungkook. Matanya sedikit melirik ke mobil itu sebentar sebelum dirinya bergegas menuntun sepedanya untuk ke sisi seberang. Merasa sedikit was-was jika itu adalah seorang penculik.

"Jungkook?"

Jungkook mengurungkan niatnya untuk menyebrang saat suara yang terdengar familiar tengah memanggilnya dari arah belakang.

"Kamu ngapain disini? Kok sendirian?"

Dan benar saja seperti tebakannya. Kenapa dirinya harus bertemu dengan lelaki itu sekarang?

Jungkook menggaruk lehernya yang tidak gatal, kemudian kembali menepi dan menurunkan tiang penopang sepedanya. "Hehe, itu aku ada urusan. Apa kabar, Kak? Mau berangkat kerja, ya." Ia tidak mungkin memilih opsi kabur, Jungkook pasti dengan mudah akan kembali tertangkap oleh lelaki itu.

Jungkook menangkap pergerakan tangan lelaki itu yang hampir meraihnya sebelum Jungkook sedikit memundurkan diri untuk menghindar. Ia sekilas melihat raut sedih terlintas pada ekspresi lelaki itu---- Kim Taehyung yang kemudian langsung berganti dengan senyuman hangatnya seperti biasa.

"Iya. Berhenti karena familiar sama sepeda kamu. Ternyata beneran." Taehyung merasa dirinya sangat kaku, kemudian kembali merilekskan diri dengan berdeham. Setelahnya berucap begitu gamblang, "Kakak kangen sama kamu, Jung."

Jungkook reflek tertawa dengan ucapan rindu dari lelaki tersebut. "Ups---" hentinya berpura-pura batuk setelah mendengar suara tawanya begitu hambar. "Oh, aku lupa kalau buru-buru. Aku duluan, Kakak hati-hati, ya." Ujarnya cepat-cepat karena merasa canggung sendiri.

"Kakak anterin, ya?"

Jantung Jungkook berdetak tidak karuan dengan sentuhan itu, dirinya reflek menyentak genggaman tangan Taehyung pada pergelangannya. Kenapa takdir begitu bercanda dengan Jungkook? 

"Ma-maaf, Jungkook, maaf. Kakak nggak bermaksud. Maafin Kakak." Ucap Taehyung terbata sembari mengangkat kedua tangannya bak maling yang tertangkap oleh pihak keamanan setelah melihat ekspresi Jungkook seperti saat dimana Taehyung melakukan kesalahan fatal beberapa bulan yang lalu.

1001 [ TAEKOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang