💐💐💐
Jungkook membuka mulutnya, terpukau melihat pemandangan yang terpampang didepan matanya. Sebuah hamparan lampu kerlap-kerlip dari masing-masing rumah di pusat kota terlihat sampai di tempat Jungkook berdiri. Membiaskan cahaya dan berpadu satu sama lain membentuk titik-titik seperti bintang yang bertaburan di langit.
"Ini banyak banget helikopter. Jangan-jangan mereka tadi naik itu?"
Jungkook juga Taehyung sekarang tengah berdiri menantang di lantai paling atas, rooftop luas ini bahkan memiliki beberapa helikopter yang terparkir rapi. Seperti sebuah parkiran mobil di pusat perbelanjaan.
"Iya. Kebanyakan pengunjungnya dari luar kota. Makanya lebih cepet lewat atas dari pada lewat darat." Penjelasan Taehyung membuat Jungkook menggelengkan kepalanya, tak habis berpikir.
Orang kaya memang terlalu diluar akal manusia sederhana. Mungkin memang benar jika waktu adalah uang bagi mereka. Bahkan, bisa mempersingkat semua hal termasuk waktu dalam sebuah perjalanan.
"Pantesan waktu perjalanan kesini tuh sepi banget. Aku kira kita bakal nyasar. Ternyata sepinya karena kebanyakan pengunjungnya naik helikopter."
Taehyung tersenyum tipis, mereka berada di sebuah spot yang di khususkan pengunjung menikmati pemandangan dari atas. Bahkan Taehyung rela mengeluarkan sebagian uangnya untuk menyewa rooftop bagian ini agar tidak dikunjungi oleh orang lain saat mereka sedang disana.
Tidak mungkin Taehyung melakukan hal setengah-setengah, apalagi ini menyangkut Jungkooknya. Taehyung akan mengeluarkan apapun yang ia punya jika Jungkook memintanya.
"Pasti mahal. Sebenernya aku diajak kemanapun sama Kakak aja udah seneng. Gak perlu yang mewah-mewah kayak gini. Tapi, makasih. Soalnya makanannya enak hehe." Jungkook menoleh ke arah Taehyung dengan cengiran khas yang memperlihatkan gigi kelincinya.
Mengundang kegemasan bagi yang lebih tua, sehingga tangannya terulur untuk mengacak rambut Jungkook yang sudah berantakan akibat angin malam.
"Ayo bicara. Aku udah siap." Jungkook tersenyum, hingga matanya juga ikut membentuk senyuman saking tulusnya.
Jantung Taehyung berdetak tidak karuan saat mendengar ucapan Jungkook itu. Ia menarik tangan yang lebih muda untuk menjadi pegangannya.
"Beneran?" tanya Taehyung memastikan dan dibalas anggukan lucu oleh Jungkook.
Gugup melanda Taehyung seketika, melihat Jungkook yang serius menatapnya itu terlalu mengerikan dibanding jajaran para investor perusahaan Taehyung. Apalagi kalimat yang seharusnya ia ucapkan sekarang, kalimat yang ia susun jauh-jauh hari kini hilang berlarian entah kemana.
Jungkook tertawa kecil, meremat pelan tangan Taehyung yang tergenggam. Berusaha memberikan kekuatan untuk pria itu memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Jung--ehem!" Taehyung berdeham begitu keras. Merasa malu karena tiba-tiba nada yang ia lantunkan terdengar bergetar.
"Iya, Kakak?" Jungkook menunggu dengan setia. Seperti pada kenyataannya. Jungkook selalu menunggu Taehyungnya. Dan penantian itu membuahkan hasil sekarang.
"Jungkook, jujur Kakak mau hubungan kita lebih dari ini. Tapi sebelum itu terjadi, Kakak harus mastiin perasaan kamu ke Kakak gimana. Nyaman, gak? Suka, gak? Juga, Kakak udah bener-bener selesai dengan masa lalu Kakak. Jadi, kamu gak perlu khawatir semisal Kakak sama kamu beneran ngejalin hubungan yang serius. Gak akan ada yang ganggu."
Satu tarikan nafas Taehyung berhasil menyampaikan kalimat yang panjang dan lebar. Menjelaskan bahwasanya Taehyung ingin hubungan yang lebih serius. Bukan hanya sekedar saudara bertetangga, Taehyung tidak mau disebut seperti itu lagi sekarang.
Taehyung sadar jika perasaannya sekarang sudah tidak bisa diajak untuk bercanda. Ia selalu serius. Akan rasa sukanya, rasa cintanya kepada Jungkook.
"Kakak, aku minta maaf."
Hening. Taehyung menegang ditempat detik itu juga. Apakah permintaan maaf dari Jungkook untuk menyakitinya?
"Jung, enggak. Kakak gak maksa sekarang kok. Kakak masih bisa nunggu lebih lama lagi. Gak apa-apa."
Kepanikan Taehyung terbaca jelas oleh Jungkook. "Hei, Kakak, tenang dulu. Dengerin dulu aku mau ngomong apa."
"Iya didengerin. Tapi jangan ditolak."
Jungkook menyemburkan tawanya, "apa sih, Kakak? Kebiasaan banget potong pembicaraan orang. 'Kan jadinya salah paham gini. Siapa juga yang mau nolak? Aku gak bodoh, ya. Kakak harus tanggung jawab sama sakitku dulu. Ya, walaupun aku tahu itu takdir. Tapi Kakak sanggup 'kan bahagiain aku dari sekarang?"
Taehyung langsung berhambur memeluk Jungkook setelah mendengarkan ucapan dari yang lebih muda dengan seksama. "Jungkook..."
Dan isakan tangis terdengar rungu Jungkook saat Taehyung mendusal ke arah perpotongan lehernya. "Kok jadi Kakak yang nangis?" tanyanya penuh kebingungan.
Ini adalah impian Jungkook. Ini adalah salah satu doa Jungkook. Tetapi kenapa air mata justru berpihak pada Taehyung? Sedangkan Jungkook memiliki senyuman yang tak bisa ia tahan sejak tadi. Ia membalas pelukan itu lebih erat. Menepuk punggung gagah milik Taehyung secara berulang kali.
"Kakak sanggup, Jung. Kakak sanggup bahagiain kamu. Meskipun bahagia kamu lebih tinggi dari kesanggupan Kakak, Kakak tetap bakal berusaha. Maafin Kakak ya, Jung. Makasih. Makasih udah mau terima Kakak lagi setelah Kakak kasih kamu luka. Jungkook janji juga jangan tinggalin Kakak lagi, ya?"
Jungkook mengangguk, "iya, Kakak. Mana mungkin aku bisa tinggalin Kakak setelah aku terima Kakak gini? Ya enggak dong. Udah, cup, cup, cup... Jangan nangis..."
Jungkook masih belum terbiasa melihat lelaki itu menangis tersedu seperti ini. Seingat dulu, mata lelaki ini hanya memancarkan intimidasi, seakan tidak ada ampunan bagi yang dengan sengaja melihat mata tajam lelaki tersebut. Dan sekarang, perbedaan itu membuat Jungkook sedikit terkejut.
Sungguh, bila Jungkook tidak gengsi, Jungkook suka Taehyung yang menangis itu. Sisi kasihan memang ada, tetapi sisi suka lebih mendominasinya.
Selain itu, Jungkook sangat berterima kasih kepada Tuhan. Dimana doa yang pernah ia sesali karena selalu ia lantunkan, kini dengan sukarela Tuhan berikan. Bahkan jika Jungkook harus menyembah atau memohon ampun, Jungkook akan melakukan itu. Melihat bagaimana akhir yang ia dapat melebihi ekspetasinya dahulu.
Disisi lain, Taehyung kepalang senang. Tidak bisa membendung air matanya. Merasakan lega yang teramat sebab kembali menemukan pelabuhan yang sesuai dengan perahu kecilnya. Yang tidak menuntut apapun, yang membersamainya, yang mampu meredakan lelahnya.
Dan Taehyung bersyukur akan hal itu. Sudah pasti dengan sukarela mengganti apapun yang ia miliki, dengan imbalan tanpa ditinggalkan Jungkooknya.
Taehyung meregangkan sedikit pelukan keduanya, menatap mata berbinar milik Jungkook yang juga sedang menatapnya.
“Jadi----” Taehyung menelan ludahnya susah payah, “Kakak sama kamu pacaran?”
Rasa geli hinggap di perut Jungkook kala Taehyung bertanya. Rasanya, ini sudah bukan waktunya untuk mereka menjalin hubungan yang terasa semu seperti itu. Hanya saja, Jungkook mana peduli?
Oleh karena itu, Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Tersenyum hingga gigi kelincinya muncul bersamaan dengan hidup mengkerutnya. Menularkan kebahagian dan kesenangan itu kepada Taehyung.
Keduanya tidak akan pernah lupa malam itu, hari dimana keduanya mengikat hubungan. Tak lagi terjebak dalam lingkup persaudaraan.
Pelabuhan Jungkook menerima kapal Taehyung, yang kembali berlabuh padanya setelah berhenti pada pelabuhan lain dan mengarungi ganasnya ombak lautan.
Jungkook akan dengan senang hati memperbaiki kerusakan pada kapal Taehyungnya. Agar ia bisa mengarungi lautan bersama Taehyung--- si pemilik kapal yang ia tunggu-tunggu kedatangannya.
💐💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 [ TAEKOOK ]
Fanfiction👨💻⛔ Homophobic DNI ⛔👩💻 Title: It Is Done? Genre: Romance. Author by Falseona, 2023. ⚠️Cerita 100% fiksi dan tidak ada sangkut pautnya dengan face claim di dunia nyata.⚠️ ⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️ Pelabuhan Jungkook tetap sama, pada cinta pertam...