IID - 10.

637 51 9
                                    

💐💐💐

Persentase luka dalam hati Taehyung tidak beda jauh dari Jungkook. Lelaki mapan dan tampan itu juga punya sakitnya sendiri. Rasa bersalah membumbung tinggi bagai soda yang jika diguncang akan meledak saat dibuka. Apalagi mengingat Jungkook pergi darinya setelah kejadian yang entah setan darimana merasuki Taehyung.

Rasa bersalah menjadi begitu ganas menggerogoti Taehyung hingga saat ini, lima bulan setelah Jungkook pergi darinya. Belum ada ungkapan maaf dari mulut Taehyung yang terucap, Jungkook sudah lebih dulu meninggalkannya tanpa berpamitan.

Pergi menghilang bak ditelan bumi saat Taehyung ada pekerjaan mendadak. Seperti sudah direncanakan jauh-jauh hari dan meninggalkan Taehyung dengan kebingungannya seorang diri.

Papa dan Nara sepertinya sengaja bungkam, tidak menjawab apapun saat Taehyung bertanya kemana perginya Jungkook. Bahkan sang Mama yang biasanya berpihak padanya pun hanya bisa menggeleng pelan sembari menatap Taehyung prihatin.

Taehyung tidak bisa seperti ini, ia frustasi, hanya sibuk melamun sambil menghisap rokok di balkon kamarnya. Bahkan pekerjaannya terbengkalai begitu saja, sampai Papa Kim harus turun tangan lalu mengomeli Taehyung. Memarahinya karena melepas tanggung jawab hanya untuk merenung.

Taehyung sudah berusaha mencari dimanapun tempat kesukaan Jungkook, tempat yang menurutnya mungkin saja akan menemukannya pada lelaki manis itu. Tetapi hasilnya nihil. Ia tertawa pelan, menertawai dirinya sendiri yang begitu malang setelah kepergian Jungkook dan keluarganya.

Yang akhirnya tersadar apakah Jungkook juga akan merasakan ini nantinya saat Taehyung meninggalkan lelaki itu demi menikah dengan orang yang dicintainya? Apakah Jungkook akan terpuruk juga seperti ini? Apakah Jungkook akan merasakan sakit seperti yang Taehyung rasakan kali ini?

"Pekerjaanmu jadi berantakan, Taehyung!" omelan itu masih membekas dipikiran Taehyung sampai sekarang.

"Telat kalau kamu merasa bersalah sama Jungkook! Dia udah bahagia ditempat barunya, jadi kamu juga harus bahagia sama pilihan kamu!"

Benar. Pilihan Taehyung. Ngomong-ngomong soal itu, wanitanya sedang sibuk menyiapkan pernikahan keduanya. Menghubunginya jika sedang butuh uang untuk keperluan tersebut.

Taehyung hanya menurut, merasa dirinya sangat mencintai Lee Hanea. Pernikahannya akan diadakan dua bulan lagi, tepat di akhir tahun dimana Taehyung juga akan merayakan ulang tahunnya yang ke 31.

Tetapi kenapa hatinya tidak merasa lega? Padahal impian untuk berumah tangga dengan orang yang dicintainya sudah akan mencapai keberhasilan. Hanya saja kenapa hatinya masih terasa mengganjal? Seperti ada sesuatu yang hilang dan tidak akan pernah bisa ditemukan Taehyung.

"Kalau kamu menyia-nyiakan waktu hanya dengan merenung begini, apa akan ada kemajuan dihidup kamu, Taehyung?"

Taehyung mengacak rambutnya frustasi, berusaha untuk menghilangkan suara sang Papa yang mengomelinya beberapa bulan yang lalu. Pikirannya penuh, membuat Taehyung pening dan mual bukan kepalang.

"Jungkook sudah berani untuk menjauh dari kamu, agar kamu tidak perlu khawatir lagi akan bagaimana Jungkook jika kamu menikah. Jadi, ya sudah, teruskan bantuan gratis Jungkook untuk kamu!"

"AGH!" erang Taehyung tertahan, menendang asbak yang berada didekatnya dan membuat abu yang ada didalam asbak tersebut berserakan dilantai keramik kamar Taehyung.

"Taehyung, Papa selalu mendukung bagaimana kamu mengambil keputusan dalam hidupmu sendiri. Tetapi untuk kali ini, Papa sedikit kecewa dengan pemikiran tidak masuk akal yang bersarang diotakmu itu."

"Berhenti," lirik Taehyung tidak berdaya. Sungguh kesal lantaran suara itu tidak juga ingin berhenti berputar didalam pikirannya. "Sudah cukup." Lanjutnya penuh getar.

Dirinya takut, terlalu kalut membayangkan bagaimana reaksi Jungkook waktu itu. Waktu dimana pertama kalinya mereka bertengkar hebat hingga akhirnya berpisah. Wajah Jungkook yang sembab, panggilan asing, dan tatapan yang sudah tidak ada lagi binar menatap Taehyung waktu itu masih tercetak jelas diingatannya.

Dan reaksi Jungkook saat Taehyung tanpa sadar sudah melumat basah leher Jungkook, Taehyung selalu ingat. Kenapa? Kenapa Taehyung melakukan itu kepada Jungkook? Kenapa Taehyung justru bersikap seperti itu karena kekalutannya?

Apa hasil yang diberikan saat Taehyung selesai melakukan itu? Bangga? Sedih? Senang? Atau lebih dari itu? Sampai-sampai Taehyung melakukannya tanpa pertimbangan kembali.

"Kakak," ketukan pintu terdengar. Kemudian pintu terbuka beberapa detik setelahnya. Menampilkan seorang gadis yang membawa nampan yang berisi makanan dan minuman.

Gadis itu sudah tidak lagi terkejut melihat keadaan sang Kakak. Awalnya senang melihat lelaki itu juga terluka akibat ulahnya sendiri. Tetapi lama-kelamaan prihatin juga. Apalagi melihat perubahan Jungkook menjadi jauh lebih baik, sedangkan sang Kakak justru semakin terpuruk.

“Kamu tahu Jungkook dimana, 'kan, Ra?” pertanyaan itu menggema diseluruh kamar Taehyung.

Nara tidak menjawab, memilih melangkah lebih masuk ke dalam kamar Taehyung. Meletakkan sarapan milik lelaki itu di atas meja nakas.

Selesai dari itu, tanpa sepatah kata keluar dari mulut Nara, dirinya bergegas membersihkan ulah dari kakaknya. Mengambil asbak dan menaruhnya di meja kerja dipojok kamarnya. Lalu keluar sebentar untuk mengambil sapu dan kembali lagi untuk membersihkan abu rokok yang berserakan.

Semua pergerakan yang dilakukan Nara terekam jelas dari mata Taehyung. Lelaki itu ikut bungkam, merasa percuma juga menanyakan keberadaan Jungkook pada adiknya.

“Kamu masih marah sama Kakak, Ra?”

“Ngapain Nara marah sama Kakak?”

“Jungkook. Kalau Kakak nggak mikir kayak gitu ke Jungkook, dia masih tetep disini sama kita, 'kan, Ra?”

Nara melirik Taehyung, enggan menjawab dan kembali meneruskan acara bersih-bersihnya.

“Kalau Kakak batalin pernikahan ini, Jungkook balik nggak, Ra?”

“NGAWUR!” Nara mendelik marah ke arah Taehyung, “Kakak udah gede tapi otaknya kecil! Dikira nikah itu mainan?! Nara aja tahu kok! Kalau cuma karena Kak Jungkook, kenapa nggak dari dulu aja Kakak lebih prioritasin Kak Jungkook?! Kenapa justru milih nikah, bilang nggak enak, terus mainin hati Kak Jungkook dulu kalau endingnya gini?!”

Telinga Nara memerah saking amarahnya memuncak. “Kakak mikir dong! Kak Jungkook pergi juga biar Kakak lebih enak nikahnya! Kenapa malah jadi Kakak yang kayak lebih terluka?! Ini ulah Kakak kalau Kakak lupa! Nara sebelum ini udah mikir kasihan ke Kakak, tapi sama aja! Kakak brengsek!” teriak Nara diujung kalimat panjangnya. Air mata tumpah mengiringi gadis itu mengeluarkan segala hal yang bersarang diotaknya.

Taehyung gelagapan, “Nara, sebentar. Bukan itu maksud Kakak.” Taehyung ingin meraih tangan Nara. Menenangkan adiknya, tetapi si bungsu memilih menjauh dari jangkauannya.

“Kakak, Nara nggak ngerti sama pikiran Kakak. Udah cukup, Kak. Udah. Kak Jungkook pasti udah berusaha bangkit dimanapun dia sekarang, jadi Kakak jangan lagi mikir kalau ini kalau itu.” Mohon Nara yang membuat Taehyung tertegun saat itu juga.

“Kakak bangkit juga, ya? Ayo buktiin ke diri Kakak sendiri kalau pilihan Kakak itu udah bener. Nara temenin. Nara tetep bakal jadi adik Kakak apapun itu nanti. Jangan mikir lagi kalau Nara marah, ya, Kak?”

Air mata ikut menetes dari mata Taehyung, ia mengangguk, “sini, Ra.” Ajaknya sembari merentangkan tangannya. Menyuruh adiknya mendekat.

“Kakak janji sama Nara, ya?” gumam Nara setelah ia berhasil memeluk sang Kakak. Menepuk punggung lelaki itu berkali-kali supaya tenang.

Mereka berdua tidak tahu saja jika aksi kakak beradik itu dilihat oleh kedua orang tuanya. Didepan pintu yang terbuka, mereka ikut meneteskan air mata melihat pemandangan mengharukan di kamar anak sulungnya.

Harap beliau begitu tinggi, untuk kebahagian setiap masing-masing anaknya.

💐💐💐

N.Ona: takut batal saya ngetiknya. semoga ga nangis 🙏 spoiler dikit, eps selanjutnya oknum T menikah, hore. 🤩

1001 [ TAEKOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang