"Alquran nya yang di baca Humaira, bukan wajah saya yang di baca."
"Salah sendiri punya wajah kok tampan-tampan amat, gimana Humaira nggak kepincut coba?"
Humaira Naira Putri sangat menyukai guru ngajinya yaitu Ustadz Harist Nizar Albasyir, Humair...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Mencintaimu dan menjagamu adalah tugas saya sebagai suamimu, jadi ijinkan saya menuntaskan tugas saya sebagai suami yang baik untukmu, hingga bisa membawamu ke surga-Nya Allah.”
--Harist Nizar Albasyir--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Mas apakah ini adalah jalan takdir yang Humaira jalani? apakah Humaira harus mengikhlaskan Mas pada wanita lain?” suara lirih yang terdengar begitu menyesakkan, membuat Harist lagi-lagi menahan rasa sakit. WallahiHarist sangat membenci dirinya sendiri karena dirinya istrinya menangis.
“Sudah sayang tidak usah terlalu di pikirkan, biar ini jadi urusan Mas, Mas akan mengatasi semua ini.” Harist mencoba menenangkan istrinya, ia mengelus lembut pipi Humaira. “Sekarang kamu tidur.” ucapnya, membantu istrinya merebahkan tubuhnya.
“Mas jika takdir kita berpisah apakah Mas akan menerimanya?”
“Mas bilang sudah sayang Mas tidak ingin mendengar kata-kata itu keluar dari mulut kamu.” Harist memeluk tubuh istrinya, mengelus lembut punggung istrinya lalu mengecup lembut puncak kepalanya.
Humaira terdiam, kedua tangannya membalas pelukan suaminya, sungguh rasanya berat sekali menerima ujian demi ujian yang telah Allah berikan pada kehidupan rumah tangganya.
“Humaira kamu tahu kisahnya Nabi Ayyub?” tanya Harist.
“Nggak Mas, memang kenapa?”
“Nabi Ayyub itu Nabi tersabar, ia di berikan ujian sedemikian rupa namun Nabi Ayyub tetap percaya akan ketetapan Allah dan Allah adalah sebaik-baiknya maha penolong.”
“Ujian seperti apa yang Nabi Ayyub hadapi Mas?”
“Nabi Ayyub itu adalah Nabi terkaya, hartanya melimpah ruah. Beliau tidak pernah lupa untuk berbagi, semua orang kagum dengan keikhlasan, kebaikan dan ketulusan Nabi Ayyub bahkan para malaikat pun memuji kebaikan Nabi Ayyub. Beliau adalah Nabi yang taat beribadah, bahkan iblis pun sangat membenci Nabi Ayyub, iblis tidak suka dengan manusia yang begitu sholeh seperti Nabi Ayyub lalu iblis mencoba menggoda keimanan Nabi Ayyub agar tersesat. Namun ternyata iblis gagal menggoda Nabi Ayyub, keimanannya terhadap Allah sangat besar.” Harist menjeda ucapannya lalu menatap wajah cantik istrinya. “Kamu mau tahu kelanjutannya?” tanya Harist dengan senyuman di wajahnya.
“Mau lah Mas, kenapa berhenti?!” Humaira menjawab dengan wajah yang kesal.
Harist terkekeh, gemas sekali. “Cium dulu.” tangannya menepuk pipinya sendiri.
“Ish Mas!”
“Kamu nggak mau cium Mas? kamu udah nggak cinta ya sama Ma—”
Cup!
Dengan gemas Humaira mengecup bibir Harist, membuat jantung Harist seketika berdebar. Padahal Harist mintanya di cium di pipi saja tapi mengapa Humaira mencium bibirnya?! Ah membuat perasaannya meleleh saja.
“Padahal Mas mintanya di pipi lho bukan di bibir.” Harist menggodanya, membuat wajah Humaira memerah seketika.
“Udah Mas lanjutin ceritanya.” Humaira mencoba mengalihkan ucapannya.
“Setelah itu Iblis kembali menggoda Nabi Ayyub dengan berbagai cobaan, kamu mau tahu cobaannya apa?”
“Apa?”
Dengan tersenyum jahil Harist menjawab. “Cium lagi.”
Humaira berdecak kesal, sangking kesalnya ia mencubit perut suaminya. “Mas Harist yang bener!”
Harist meringis. “Awshhh sayang sakit, kamu jangan kasar-kasar dong.”
“Habisnya nyebelin, padahal Humaira udah penasaran banget lho.”
“Yaudah maaf, Mas lanjutin ya sayang.”
“Jangan di gantung-gantung lagi ya, kalau di gantung lagi Mas nggak dapet jatah.” ancam Humaira, membuat Harist bergidik ngeri.
“Hm, cobaan yang Nabi Ayyub hadapi adalah hartanya di kuras habis tak tersisa hingga membuat Nabi Ayyub dan istrinya jatuh miskin, putra dan putrinya meninggal, belum selesai penderitaannya. Nabi Ayyub kembali di uji lagi dengan di beri penyakit kulit di sekujur tubuhnya, hingga membuat orang-orang sekitar menjauhi beliau karena takut tertular, namun Nabi Ayyub dan istrinya tetap bersabar, tidak membuat keimanannya goyah dan berkurang sedikit pun, tetap percaya bahwa Allah sebaik-baiknya maha penolong.” Harist menjeda ucapannya, tangannya mengelus lembut surai rambut panjang istrinya. “Bertahun-tahun lamanya penyakitnya tidak juga sembuh, namun beliau tetap berdoa dan meminta pertolongan Allah. Hingga pada suatu hari jawaban dari doa-doa nya terjawab, beliau di sembuhkan dari penyakitnya, keadaan ekonomi yang kembali membaik dengan di berikannya harta yang kembali melimpah dan di anugerahi kembali seorang anak.”
Mendengar itu Humaira sangat terharu, begitu luas kesabaran Nabi Ayyub dan istrinya. Bahkan ujiannya sangat besar dari ujian rumah tangganya, Humaira menginginkan juga kesabaran seperti itu.
“Karena kesabarannya semuanya kembali, Nabi Ayyub dan istrinya kembali bahagia tak ada penderitaan lagi setelah itu. Dari cerita Nabi Ayyub kamu tahu apa yang bisa di petik?”
Humaira mengangguk. “Kesabaran yang tiada habisnya, imannya yang begitu luas, cintanya kepada Allah begitu besar. Ketika kita bersabar dan terus bertawakal kepada Allah, maka Allah akan memberikan kembali kebahagiaan bahkan berkali-kali lipat. Jadi, pelajaran yang mesti di petik adalah ketika di uji seharusnya kesabaran Humaira lebih di perluas lagi dan yakin bahwa Allah sebaik-baiknya maha penolong.”
“MasyaAllah pintar sekali istrinya Mas.”
“Makasih ya Mas, udah menceritakan kisahnya Nabi Ayyub. Humaira jadi ingin lebih bersabar lagi dalam menghadapi segala ujian juga, Humaira menginginkan kesabaran seluas samudera seperti Nabi Ayyub dan istrinya.”
“Kita usahakan kesabaran itu seperti Nabi Ayyub dan Istrinya.”
“Makasih ya Mas sudah menjaga dan membimbing Humaira dengan baik.”
“Tidak perlu berterimakasih, karena mencintaimu dan menjagamu adalah tugas saya sebagai suamimu, jadi ijinkan saya menuntaskan tugas saya sebagai suami yang baik untukmu, hingga bisa membawamu ke surga-Nya Allah.”
Mendengar ucapan itu membuat perasaan Humaira lagi-lagi tersentuh, tak akan pernah bosan Humaira mengatakan bahwa Humaira bersyukur memiliki suami seperti Harist.
***
Hai, maap baru publish lagi! Btw author mohon doanya ya guys dalam proses penyusunan skripsi ini semoga di lancarkan hingga sidang akhir aamin🤍
Makasih udah selalu setia ngikutin cerita ini, vote dan komennya jangan lupa!!!