𝟒𝟒. 𝐃𝐢𝐬𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐒𝐲𝐦𝐩𝐭𝐨𝐦𝐬

2.7K 148 17
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

"Bagaimana keadaannya, dokter John? Tidak ditemukan penyakit berbahaya di dalam dirinya, kan??"

"Karena akhir-akhir ini Darkan memang sering sekali mimisan." Jeff berucap dengan panik.

"Tidak ditemukan penyakit berbahaya di dalam dirinya, Darkan mimisan akibat kelelahan, tetapi jika mimisan terus berlanjut dan sangat sering, maka ada beberapa gejala penyakit yang kemungkinan besarnya dapat muncul."

"Seperti gejala penyakit leukemia, karsinoma nasofaring, dan gejala penyakit lainnya."

Jeff terdiam, menatap dokter John dengan tatapan terkejutnya.

"Setelah Darkan sadar nanti, tolong minta dia agar memperhatikan kesehatannya dan menjalani pola hidup sehat." Dokter John berucap sambil menuliskan sesuatu, lalu memberikan selembar kertas tersebut.

"Tebuslah obatnya ke rumah sakit di mana aku bekerja, tidak perlu membayarnya, aku yang akan membayarnya."

Jeff menggeleng. "Tidak perlu, dokter John. Biar aku yang membayarnya. Terima kasih banyak telah jauh-jauh datang kemari."

"Tidak apa-apa, dia adalah cucu dari Mr. Geo yang sudah kuanggap sebagai anakku juga. Jika Darkan masih mengalami mimisan terus menerus, segera hubungi aku lagi, dan beritahu dia agar hari ini berendam air hangat untuk mengurangi gelaja kecemasannya yang kambuh."

Jeff menganggukkan kepalanya, dan dokter John menepuk pundaknya sambil berucap pamit, lalu berjalan keluar.

Di sisi lain, Anne dan para maid mereka semua menunggu di luar, dan saat dokter John keluar Anne lantas akan bertanya bagaimana kondisi dari Darkan, tetapi dia tidak menyapanya dan terlihat lelah, dia hanya meliriknya sekilas tanpa menghentikan langkahnya.

"Apa sebaiknya kita masuk juga, Ma'am?" Anne bertanya pada para maid.

"Jika Tuan Darkan mengizinkannya."

Anne perlahan menganggukkan kepalanya, bertepatan dengan saat itu juga pintu terbuka, Jeff keluar dengan membawa selembar kertas di tangannya. "Mengapa kalian menunggu di sini?"

"Bagaimana keadaannya?" Anne memberanikan diri untuk bertanya.

"Dia perlu beristirahat, anxiety-nya kambuh." Lalu Jeff melanjutkan langkahnya, mencari seseorang untuk pergi ke rumah sakit untuk menebus obat.

Anne menghela napas berat lalu kembali menatap pintu di depannya.

"Mari, Nona Anne." Salah satu maid berucap dengan ramah, mengisyaratkan agar mereka pergi.

"PRAANGGG"

Anne dan para maid lantas menghentikan langkah mereka saat mendengar suara bising dari dalam kamar Darkan.

"Apa yang terjadi dengan Tuan Darkan?" Salah satu maid bertanya dengan khawatir.

"Darkan." Anne mengetuk pintu beberapa kali sampai akhirnya dari dalam sana Darkan berteriak mengizinkannya masuk.

"Apa kau baik-baik saja??" Anne yang baru saja masuk lantas bertanya sambil berjalan mendekat pada Darkan yang duduk dengan menyandarkan punggungnya pada penyangga tempat tidur.

Kemudian perhatian Anne teralihkan, menatap pada pecahan vas bunga yang berserakan di atas lantai, tepatnya berada di depan nakas.

"Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?" Darkan bertanya dengan wajah bingungnya.

Anne mendongak, sama halnya seperti Darkan, ia menatapnya dengan bingung. "Suara pecahan vas bunga itu terdengar sampai luar, apa kau baik-baik saja, tidak ada yang luka, kan?" Ia semakin mendekat padanya sambil memperhatikan tangannya.

Darkan merasa jantungnya kembali berdebar kencang, tetapi bukan karena gejala kecemasannya kambuh lagi, ini berbeda, ini membuatnya senang, apalagi mendapatkan perhatian seperti itu.

"Aku baik-baik saja." Darkan menjawab sambil menyamankan posisi duduknya, dan berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya yang tak karuan ingin tersenyum.

"Duduklah." Darkan melirik sofa yang berada tepat di depan jendela, yang jaraknya tak jauh dengan tempat tidur.

Anne dengan kikuk duduk di sana. "Bagaimana bisa vas bunya itu pecah?" tanyanya berusaha menghidupkan suasana yang begitu canggung.

"Aku tidak sengaja menyenggolnya."

Anne mengangguk dengan kaku, dan lagi-lagi suasana begitu canggung.

"A-aku akan keluar, semoga cepat membaik." Anne berucap dengan gugup sambil bangkit dari duduknya, memilih untuk pergi daripada terjebak dengan suasana yang begitu canggung.

"Tunggu dulu, tolong ceritakan tentang dirimu."

Anne mengerjap. "Untuk apa?"

"Kita adalah sepasang kekasih, bukan? Ah, maksudku kekasih palsu, tetapi tetap saja kita perlu saling mengenal, setidaknya sedikit, jangan terlalu asing."

Anne kembali duduk di kursi dengan kikuk, sebelum menjelaskan ia mengambil napasnya dalam-dalam. "Aku..." ia bingung harus menjelaskan apa mengenai dirinya, tidak ada yang spesial.

"Aku extrovert." Anne cukup mengatakan itu saja, ia bingung jika harus menjelaskan dirinya.

"Jika kau?"

"Aku lebih senang menghabiskan waktuku sendiri, dan andai saja jika bertemu orang-orang itu tidak penting, aku akan memilih tidak bertemu orang-orang, aku tidak terlalu suka bersosialisasi."

"Di waktu luang aku biasa menghabiskan waktu untuk membaca buku, mempelajari hal-hal yang aku sukai, dan berolahraga."

"Pekerjaan utamaku adalah sebagai dosen, dan detektif adalah pekerjaan sampinganku."

Tanpa sadar mulut Anne sedikit terbuka karena Darkan menjelaskan panjang lebar tentang dirinya, dan ia sangat terkejut sejak dia mengatakan bahwa dia adalah seorang dosen.

Anne perlahan menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Wow... nyaris sempurna." ucapnya kikuk.

"Terima kasih, tetapi aku masih memiliki banyak kekurangan."

Anne terdiam, tidak tahu harus menanggapi dengan kalimat semacam apa. "A-aku pamit." ucapnya sambil bangkit dari duduknya.

Darkan akan melarang Anne pergi, tetapi mengurungkan niatnya karena dia melangkah dengan cepat.

Darkan menghela napas berat setelah Anne benar-benar pergi, dan ia bertanya-tanya, apa dia tak nyaman berada di dekatnya?

Tunggu! Darkan memukul kepalanya, ada apa dengan pikirannya setelah pingsan tadi?? Mengapa ia memperlakukan Anne sebaik i??

Darkan menggeleng keras dan berusaha mengendalikan pikirannya yang kini sulit ia kendalikan.

"Aku terlalu sempurna untuknya dan untuk siapa pun itu."

"Yea, aku terlalu sempurna..." Darkan masih berusaha mengendalikan pikirannya dengan mengatakan apa pun secara asal, dengan harapan agar pikirannya dapat ia kendalikan.

TBC

Jangan lupa vote dan komennya yaa




(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang