𝟐𝟎. 𝐋𝐨𝐨𝐤 𝐚𝐭 𝐌𝐞

4.4K 194 5
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Anne perlahan membuka matanya dan meringis sambil memegangi kepalanya yang pusing, lalu ia mengedarkan pandangannya, dan lantas mengambil posisi duduk saat mendapati seorang pria berkemeja putih yang duduk di kursi sambil menatap ke arahnya.

"Apa kabar? Kau tidur hampir seharian." Pria itu bertanya sambil menyantap kopi hangatnya.

Anne kembali mengedarkan pandangannya, apa ia dibawa ke tempat sebelumnya?!

"Apa yang kau lakukan??!" Anne berteriak marah sambil turun dari tempat tidur, dan menghampiri pria itu.

"Membawamu ke Italia."

Anne membelalakkan matanya lalu berjalan lebih dekat pada pria itu, dan merangkak naik ke atas tubuhnya untuk melihat ke luar sana melalui jendela di belakangnya.

Sementara itu, pria itu lantas membeku dan menelan ludahnya, dan untung saja ia sudah tidak lagi memegang secangkir kopinya, bisa-bisa terjatuh dan pecah saking terkejutnya.

Anne menggeleng tak percaya, melalui jendela itu ia hanya dapat melihat pegunungan dan hutan yang luas, bukan lagi gedung-gedung pencakar langit yang tinggi, dan dirinya saat ini berada di lantai tinggi, tempat ini pun bukan dibangun seperti gedung-gedung di kota, tetapi dari tembok yang diukir dengan klasik.

Anne memekik saat pinggangnya ditarik sampai ia duduk di atas pangkuan pria itu.

"APA-APAAN INI!!" Napas Anne memburu dan ia masih dapat merasakan kedua tangan pria itu masih berada di pinggangnya, ia akan langsung beranjak, tetapi kedua tangannya semakin lama menekan kuat pinggangnya.

"Seharusnya aku yang bertanya itu padamu." Lalu pria itu bangkit dari duduknya, sehingga Anne terjatuh begitu saja.

"Kau berkata aku korban salah sasaran, bukan?? Kenapa kau menculikku lagi?!!"

"Aku tidak menculikmu, aku hanya ingin kita membuat perjanjian secara resmi sampai tuntas, jadi aku membawamu ke luar negeri."

Anne berteriak kesal sambil mengusak rambutnya.

Pria itu berjalan mendekat pada Anne dan memasukkan kedua tangannya pada saku celana. "Sungguh, aku tidak mengerti, apa tawaranku tidak menggiurkan? Padahal aku secara bebas membiarkanmu memilih, kau dapat mengatakan jumlah uang yang kau inginkan."

Dia Darkan. Pria yang gagal membuat kesepakatan bersama Anne.

"Aku tidak butuh uang! Aku butuh keadilan! Para pelaku itu harus mendapatkan hukuman seberat-beratnya!" Lalu Anne melenggang pergi, tetapi Darkan mencekal tangannya.

"Lepaskan aku!!" Anne membentak dengan dagu terangkat, dan terus memberontak.

Darkan tidak melepaskan cekalannya, ia mendorong Anne ke kursi, lalu menghalanginya dengan meletakkan kedua tangannya pada pegangan kursi.

"Setujuilah perjanjian itu, kau akan bisa langsung pulang."

Anne menatap Darkan dengan napas memburu kesal, apa mau tak mau ia benar-benar harus menyerah?!

Tidak, Anne tidak akan menyerah!

Anne menarik dasi Darkan sampai tubuhnya maju mendekat padanya, dia tampak sangat terkejut, dan ia memanfaatkan keterkejutannya dengan langsung menjauh dari kursi, dan mendorongnya sampai dia terduduk.

Anne mencengkram kerah kemeja Darkan, dia pun terkekeh. "Cekikanmu tak terasa, kau seharusnya mencengkram kerahku lebih erat." Dia tertawa sambil memegang tangannya.

Anne yang merasa kalah, cengkramannya pun perlahan melonggar.

"Dan apa kau nyaman dalam posisi ini??" Darkan bertanya sambil memiringkan sedikit kepalanya lalu menarik sudut bibirnya.

Anne berusaha menyadarkan pikirannya lalu kembali mengeratkan cengkraman tangannya pada kerah kemeja Darkan. "Bebaskan aku." tekannya sambil menaikkan dagunya, masih berusaha menatap wajah Darkan dengan berani.

Darkan tak menanggapi ucapan Anne, ia tampak tenang atas perlakuan wanita itu, ia kini bahkan tak menatap wajahnya, seolah dia hanyalah angin baginya.

"TATAP AKU!!!"

"Seperti ini?" Darkan mendekatkan wajahnya begitu dekat, sampai-sampai napasnya samar-samar menerpa wajah Anne.

Anne dengan cepat menjauhkan tubuhnya sambil berteriak kesal dan berdecak frustasi. "Apa korban tidak boleh membuka suaranya? Dan malah membiarkan pelaku bebas seenaknya tanpa diadili apa pun??"

"Apa pentingnya rekan kerja kalian itu, hah?? Kenapa kalian melindungi mereka sampai kalian menyuruhku tutup mulut??!"

"Aku yakin kau tidak bodoh, Anne. Jika rekan kerjaku ditangkap, rumah itu akan digeledah juga, dan ada banyak rahasia di sana."

"Apa yang kalian sembunyiin di sana?? Narkoba? Perdagangan senjata ilegal? Atau bahkan sampai perdangan maa—"

"KAU SANGAT MENGUJI KESABARANKU!!!" Darkan menyela dengan membentak dan melangkah mendekat pada Anne.

Anne mengambil langkah mundur dan menggeleng sampai ia tersudutkan di depan tembok.

"Apa kau akan memukulku?" tanyanya karena Darkan hanya diam menatapnya dengan wajah kesal.

Darkan menjauh darinya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Jangan sampai kau mengatakan hal itu lagi, kami berdua tidak seburuk itu."

"Apa alasan kalian sampai tidak mau tempat itu digeledah para polisi??" Anne masih terus memberanikan diri untuk bertanya.

"Kau bukan anggota keluargaku. Jadi, kau tidak berhak menanyakan tentang hal itu."

Anne berdecak lalu mengusak rambutnya hingga benar-benar berantakan.

"Bisakah kau tenang?" Darkan tidak nyaman melihat Anne menyakiti dirinya sendiri.

"Kau bertanya itu?? Jelas-jelas tidak bisa!!!"

Darkan mendekat padanya dan merapikan rambutnya. "Kau terlihat semakin buruk saat rambutmu berantakan, jadi pertahankan agar tetap tertata, jangan sampai kau mengusaknya lagi, kulit kepalamu akan sakit."

Anne refleks mengerutkan keningnya, saking tidak percaya mendengar ucapan Darkan yang tampak perhatian, ia jadi membiarkannya masih merapikan rambutnya.

"Mari kita minum teh."

Anne mengerjap lalu berdecih. "Meminum teh??? Aku tidak butuh teh, aku butuh keadilan."

Darkan memutar bola matanya lalu melangkah pergi, dan diam-diam Anne mengikutinya dari belakang.

Darkan yang menyadari Anne mengikutinya segera berbalik, sampai dia menabrak tubuhnya.

Anne meringis. "Hidungku...."

Darkan tersenyum, tetapi ia segera mengendalikan senyumnya, ia sendiri pun heran mengapa tiba-tiba ingin tersenyum.

"Kau akan kemana??"

"Makan."

"Tega sekali tidak mengajakku."

Darkan terkekeh. " aku akan memberimu makanan sisa nanti."

Anne refleks mengambil langkah mundur, itu mengerikan sekali, lebih baik ia tidak makan!

"Bercanda. Mari ikut aku."

Anne mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu??"

Darkan berkata bercanda, tetapi sama sekali tidak tersenyum, apalagi tertawa.

"Mari kita makan bersama."

Seketika Anne terdiam, tidak lagi mengatakan apa pun, apalagi Darkan mengajaknya terdengar dengan nada bicara yang lembut.

TBC

Jangan lupa follow akun aku! Makasih!🖤

(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang