𝟔𝟎. 𝐂𝐚𝐧 𝐈 𝐇𝐮𝐠 𝐘𝐨𝐮?

2.6K 123 1
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Anne menoleh ke arah suara saat mendengar pintu diketuk, ia segera menyeka air matanya, lalu turun dari tempat tidur dan berjalan mendekat pada pintu, lalu dengan ragu membukanya.

"Selamat pagi—"

Darkan tidak melanjutkan ucapannya saat melihat mata Anne yang sembab. "Apa kau baik-baik saja?"

Anne tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja."

"Aku membawakanmu makanan dan obat penghilang nyeri." Darkan mengangkat nampan yang dibawanya, di atasnya ada makanan, segelas air, dan obat. "Apa aku boleh masuk?"

Anne membukakan pintu lebih lebar, mempersilahkan Darkan masuk.

Setelah meletakkan nampan di atas nakas, Darkan tidak langsung pergi, ada yang ingin ia bicarakan, tetapi ia pikir Anne sedang membutuhkan waktu sendiri.

"Terima kasih."

"A-aku akan keluar." Darkan akhirnya memutuskan pergi, tetapi baru saja beberapa langkah Anne memanggilnya.

"Darkan, apa kau keberatan jika aku ingin memelukmu?"

Darkan berbalik, ia terdiam sejenak lalu menghampirinya, dan memeluk Anne lebih dulu.

Anne terisak, ia membalas pelukan Darkan dengan erat.

"Maaf... aku benar-benar meminta maaf karena tidak dapat melindungimu."

Darkan meminta maaf atas kejadian yang menimpa Anne tadi malam, ia benar-benar merasa bersalah akan hal itu, apalagi ini tentang perjanjian yang telah mereka sepakati, bukan?

"Jangan meminta maaf, kau yang telah menolong dan merawatku." Anne melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah nakas, di sana pun sejak ia bangun tidur ada semangkuk air dan dua handuk kecil.

Samar-samar Anne ingat Darkan menggunakan dua handuk kecil itu untuk mengompres memar di lehernya dan mengeringkan rambutnya.

"Kau semalaman yang mengompres memar di leherku, kan?"

Tangan Darkan perlahan terulur, ia mengusap leher Anne dengan ibu jarinya. "Apa itu masih sakit?"

"Aku merasa lebih baik, tetapi di saat yang sama karena ingatan mengerikan itu membuat leherku merasa tidak nyaman. Kau mengerti, bukan?"

Darkan mengangguk. "Kau harus makan dan meminum obat, lalu beristirahat lagi." Ia menuntun Anne agar duduk. "Aku akan menyuapimu."

Anne langsung menggeleng. "T-tidak perlu, aku bisa makan sendiri." Ia panik, tidak menduga Darkan akan menawarkan itu.

"Darkan."

Jeff masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu yang membuat mereka terkejut.

"Jeff, sudah berapa kali aku bilang, ketuk pintu saat masuk ke kamar orang lain." Darkan geram, sampai kapan Jeff akan seperti itu.

Jeff tertawa kikuk. "Ada yang ingin aku dan rekan kerja lainnya bicarakan denganmu."

"Sekarang?"

"Iya. Jika tidak sekarang, aku tidak akan terlihat buru-buru seperti ini, kan??"

Darkan menghela napas. "Baiklah."

Darkan beralih menatap Anne. "Makan dengan baik dan jangan lupa minum obatnya." ucapnya sambil tersenyum dan mengelus atas kepalanya.

Jeff membelalakkan matanya lalu tersenyum, ia yakin Darkan sepertinya telah jatuh cinta pada Anne, hanya saja dia tidak menyadarinya.

Sementara itu, Anne hanya mengangguk dengan gugup, dan mereka pergi dari kamarnya.

TBC

Jangan lupa vote dan komennya yaa, makasih><







(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang