𝟒𝟓. 𝐋𝐢𝐞𝐝 𝐀𝐠𝐚𝐢𝐧?

2.7K 141 4
                                    

Jangan lupa vote dan komennya, makasih><

■■■

Saat menjelang malam tiba, Anne diminta oleh Jeff untuk bersiap-siap menghadiri acara, dia juga berkata sepupunya Darkan telah datang, dan akan membantunya untuk bersiap.

Anne menatap cermin di depannya, memperhatikan dirinya yang sudah memakai dress berwarna hitam, tetapi ia belum menata rambut dan merias wajahnya, dan ia cukup gugup untuk menghadiri acara itu karena sepertinya adalah acara yang sangat besar.

Anne menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu beberapa kali diketuk. "Masuk."

"Hi."

Anne bangkit dari duduknya, menatap seorang wanita yang baru saja masuk sambil menyapanya, dia terus tersenyum dan melambaikan tangannya, dan membawa sesuatu di tangan kirinya.

"Hi..." Anne membalas sapaan dengan kikuk.

"Aku Lucia, sepupunya Darkan, dan kau Anne, bukan?" Lucia mengajaknya berjabat tangan, Anne pun membalasnya sambil mengangguk.

"Dress yang kau pakai cantik sekali, Darkan pintar memilihnya."

Anne tersipu malu, ia hanya tersenyum. Lucia menarik tangannya dan mendukkannya di kursi dengan menatap cermin di depannya. "Aku membawa make-up, aku akan membuatmu tampil lebih cantik malam ini." Dia mengangkat barang yang dibawanya sambil tertawa kecil.

Anne mengangguk dengan kikuk, dan Lucia mulai merias wajahnya sambil terus mengajaknya berbicara, dia orang yang ceria.

Setelah selesai merias wajah Anne, Lucia memperhatikan Anne sambil memuji hasil make-up-nya, dia pun telah selesai menata rambutnya dengan baik.

"Lucia, terima kasih banyak." Anne bangkit dari duduknya sambil tersenyum.

Lucia mengangguk. "Anne... aku tahu yang kau alami, Jeff dan Darkan menceritakan semuanya padaku. Maaf... karena perbuatan Enzo kau sampai terlibat sejauh ini dengan sepupuku." Lucia berucap hal itu secara tiba-tiba.

Senyuman di bibir Anne memudar. 
"Enzo?"

"Iya, dia awal dari penyebab kau sampai terlibat sejauh ini dengan sepupuku, tetapi tenang saja, Darkan orang yang baik, dia tidak akan menyakitimu."

"Pekerjaan Darkan... dia dosen dan detektif, kan?"

"Dan... orang-orang yang sudah menculikku... apa mereka juga detektif?..." Anne bertanya dengan ragu-ragu, tetapi ia sangat ingin mendengar jawaban yang jujur dan memuaskan dari hal yang selama ini sangat ingin ia pastikan.

Lucia terdiam, perlahan ia mengangguk dan tersenyum tipis.

"D-di mana dia??" 

"E-Enzo?" Lucia bertanya dengan tak nyaman dan berpikir sepertinya Anne marah padanya.

"Iya."

"Kenapa kau menanyakannya? Bukankah masalah sudah selesai, Darkan memutuskan tidak akan memasukkan Enzo dan yang lainnya ke dalam penjara, sebagai gantinya dia telah membayarmu 1 juta dolar."

Anne menggeleng tak percaya sambil melangkah mundur. "Siapa yang mengatakannya?"

"Darkan dan Jeff sendiri yang mengatakannya padaku tadi."

"Mereka berbohong..." Mata Anne berkaca-kaca, entah mereka berbohong pada Lucia atau padanya.

"Aku sudah membuat perjanjian dengan resmi, disitu tertulis Darkan akan memasukkan tiga rekan kerjanya ke dalam penjara, sebagai gantinya aku akan menjadi kekasih palsunya."

"P-perjanjian apa? Bukannya... kau memilih uang??"

"Uang?" Anne menghela napas secara kasar dengan air mata mengalir, lalu ia segera menyekanya. "Aku memilih meminta keadilan, bukan uang."

"Tidak!" Lucia menggeleng keras, ia mulai emosi dan panik. "Darkan dan Jeff tidak mungkin membohongiku, mereka tidak akan memasukkan Enzo ke dalam penjara!" 

Anne sejenak mendongakkan kepalanya ke atas, berusaha menahan air matanya yang akan kembali mengalir. Jadi, sebenarnya siapa yang dibohongi?

"Anne, jangan laporkan Enzo ke polisi, lupakan hal itu, terima uang saja. Aku mohon..." Lucia memohon, ia menyukai Enzo, ia tidak akan membiarkannya menderita di balik jeruji besi.

"Maaf... aku tidak bisa membiarkan pelaku berkeliaran bebas begitu saja, sebelum mereka diadili dan merenungkan perbuatan salah mereka."

Lucia terkekeh dan menarik sudut bibirnya. "Apa kau sungguh tidak menyukai uang? Atau uang itu kurang? Aku bisa menambahkannya."

"Tentu saja aku menyukai uang, tetapi meminta keadilan lebih penting."

Tangan Lucia bergemetar, ia ingin menampar wajah Anne. "Keadilan?" Ia berdecih lalu pergi dari sana.

Anne menatap ke arah pintu setelah Lucia keluar dan menutup pintunya dengan sangat keras.

Anne duduk di kursi dengan tatapan kosong, tetapi tak lama kemudian, tangisannya pecah, ia terisak sambil menutup mulutnya agar tangisannya tidak terdengar.

"Permisi, Nona Anne." Karena khawatir para maid masuk tanpa mengetuk pintu.

Para maid sebelumnya menunggu di luar ruangan bersama seorang penjaga, tetapi saat melihat Lucia keluar dari kamar dengan tampak begitu emosi, mereka memutuskan segera memeriksanya karena diberi tanggung jawab oleh Darkan untuk mengawasi dan membantu Anne sebaik mungkin.

"Apa yang terjadi? Apa Anda baik-baik saja?" Melihat Anne menangis, mereka mendekat padanya.

Anne menyeka air matanya, tanpa menjawab, ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Ada apa, Nona?"

Seorang pria yang berjaga di depan pintu mencegahnya pergi.

"Aku ingin bertemu dengan Darkan."

"Mari, kami akan mengantarkanmu."

TBC

Jangan lupa follow, vote, dan komen, makasih!><







(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang