𝟓𝟏. 𝐀 𝐇𝐮𝐠

3.1K 133 9
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Darkan memutuskan membawa Anne ke tempat yang sepi dari orang-orang, melihatnya panik ia khawatir dan bertanya-tanya apa yang terjadi.  

"Anne... apa kau baik-baik saja?" Darkan mencoba bertanya secara baik-baik dan berharap Anne langsung memberitahu penyebab dia panik karena siapa tahu ia dapat membantunya.

Anne mendongak. "Aku hanya panik karena merasa mata semua orang tertuju padaku."

Darkan terdiam, Anne waktu itu berkata dia extrovert, bukan? Ia sekarang tidak yakin.

"Jangan berdiri di sekitar Mr. Geo, kita berdiri di sudut ruangan saja."

Darkan tersenyum. "Memangnya kita patung? Hanya ada patung di sudut ruangan."

"Tidak perlu panik dan percaya dirilah. Semua orang yang menatapmu pasti sambil memujimu, kau tampil cantik malam ini."

Anne membulatkan kedua matanya dan ia dapat melihat senyuman Darkan begitu tulus.

"Bagaimana penampilanku?" tanya Anne, sekali lagi ingin memastikan.

"Gorgeous."

[Luar biasa cantik, indah, menawan]

Jawaban singkat Darkan mampu membuat jantung Anne berdebar semakin kencang, dan dia menatapnya dengan tatapan teduh, tidak ada lagi tatapan datar, apalagi tajam.

"Tiga pelaku itu tidak datang kemari, kan?" Anne bertanya setelah ada seseorang yang melewati mereka.

"Apa kau pikir mereka akan datang kemari?"

Anne mengangguk. "Iya karena mereka rekan kerja kalian."

Darkan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Meskipun acara ini dibuat untuk rekan kerja bisnis, sepertinya mereka tidak akan datang kemari. Jika mereka kemari, aku akan pastikan kau baik-baik saja." Ia berusaha meyakinkannya walaupun sebenarnya ia telah melarang ketiga rekan kerjanya itu datang kemari, dan meminta mereka bersembunyi saat melihat Anne, jangan sampai muncul di depannya.

Anne perlahan menganggukkan kepalanya, tetapi ia masih belum merasa lega, selain panik karena tatapan orang-orang, sejak masuk ke dalam gedung ia takut tiga pelaku itu datang dan akan berusaha mencelakainya. 

"Saat kau panik... apa yang membuatmu bisa cepat tenang?"

Darkan mengerjap atas pertanyaan Anne barusan karena lantas teringat pada saat ia memeluk Anne dengan begitu erat, rasanya begitu nyaman sampai membuatnya tenang.

"Tidak ada?"

"Sebuah pelukan."

Anne tertawa kecil. "Kalau itu, tidak ada orang yang bisa aku peluk."

"Aku bisa. Ingin berpelukan?"

Tubuh Anne membeku di tempat, ia benar-benar terkejut atas tawaran Darkan.

"Apa kau bercanda?" Anne tertawa untuk mengurangi kegugupannya, dan ia menduga Darkan bercanda.

Darkan tertohok, apa tawarannya barusan terdengar kurang meyakinkan?

"Aku serius."

Anne terdiam lalu secara perlahan ia lebih mendekat pada Darkan. "Sungguh boleh?" Ia bertanya tepat di depannya, jarak mereka kini begitu dekat.

"Tentu."

"Aku pikir kau tidak serius." Anne berucap dengan kepala yang mendongak untuk memastikan lebih jelas bahwa Darkan serius atau tidaknya dengan tawaran yang diberikannya.

Darkan tersenyum, merasa gemas pada Anne, dan dikarenakan jarak keduanya kini begitu dekat, dengan kepala yang sedikit tertunduk ia berucap. "Aku lebih dari serius."

Kemudian Darkan dengan gerakan yang kaku merentangkan kedua tangannya, memperjelas pada Anne bahwa dia boleh memeluknya saat ini juga.

Anne dengan gugup akhirnya memeluk Darkan.

Darkan pun dengan gerakan kaku membalas pelukannya, dan sesekali ia menepuk-nepuk pundak Anne untuk memberi ketenangan.

Selama berpelukan mereka berdua tak mengatakan apa pun, mereka terdiam dan terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Dan bohong jika mereka berdua tidak merasa nyaman satu sama lain, nyatanya mereka berdua bahkan memejamkan mata saking merasa nyamannya, dan karena sama-sama membutuhkan waktu untuk merasakan ketenangan.

Bagi siapa pun yang melihatnya mungkin akan berpikir mereka adalah pasangan yang begitu hangat.

"Ah, permisi. Maafkan saya."

Darkan dan Anne lantas saling menjauh, tatapan mereka kini tertuju pada seorang pria paruh baya yang baru saja melewati mereka.

"Ayo berpelukan lagi." Setelah pria itu pergi, Anne berucap dengan kesungguhan di sorot matanya, hal itu membuat Darkan terkejut.

"Tidak, sekarang aku sudah berubah pikiran, aku tidak lagi menawarkan pelukan." Darkan melangkah pergi setelah berbicara dengan cepat, layaknya seorang rapper dadakan.

Anne tertohok dan berjalan mengikuti Darkan, dia terlihat salah tingkah, ada apa dengannya? Padahal ia tadi benar-benar merasa lebih nyaman dan tenang, ia bahkan hampir terlelap tidur walaupun hanya sebentar dalam dekapan pria yang hobi berubah pikiran itu!

TBC

Next??




(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang