𝟒𝟑. 𝐒𝐮𝐫𝐩𝐫𝐢𝐬𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠

2.7K 166 19
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Saat melangkah menuju kamarnya Darkan menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah ruangan yang samar-samar terdengar suara berbincang dan suara tawa kecil para wanita, yang seakan asik membicarakan sesuatu.

"Darkan, aku—"

"Sssttt." Darkan menyela ucapan pria yang baru saja menghampirinya, lalu ia mengisyaratkan agar mereka berbicara di tempat lain.

Dan sebelum pergi menjauh, Darkan melirik sekilas ke arah ruangan tadi, merasa cukup penasaran apa yang sedang dibicarakan oleh para wanita di dalam sana.

"Ada apa, Mr. Ciso?"

"Aku ingin membicarakan tentang dirimu, apa kau sungguh tidak berminat menjadi penerus bisnis keluarga Malfieno??" Mr. Ciso bertanya dengan berani, tidak ada tatapan takut sedikit pun di matanya terhadap Darkan.

Darkan terdiam, memilih tidak menjawab pertanyaannya.

Mr. Ciso menatap dengan emosi yang tertahan. "Apa kau tidak tahu Mr. Geo akan semarah apa jika dia mengetahui hal itu??"

"Apa urusanmu dengan hal itu, Mr. Ciso??" Darkan balik bertanya dengan penuh penekanan.

Mr. Ciso terkekeh dan tak habis pikir dengan yang dipikirkan Darkan. "Jika bisnis hancur, kita pasti akan rugi besarr—"

"Katakanlah langsung ke intinya bahwa kau tidak ingin miskin, bukan?"

Mr. Ciso bungkam, itu benar, ia tidak ingin jatuh miskin.

"Mr. Ciso, bisnis yang kita jalani ini ilegal, cepat atau lambat aku yakin pasti terkuak, aku pikir... sebelum terkuak bukankah kita harus berhenti menggeluti bisniss—"

"Apa kau bercanda??!!" Mr. Ciso yang sangat emosi menarik kerah kemeja Darkan.

"Kau bukan anak kecil lagi, Darkan!"

"Dari dulu walaupun aku melihatmu tumbuh dalam didikan Mr. Geo, aku benar-benar ragu kalau kau akan menjadi penerusnya."

"Dan ya... ternyata keraguanku itu benar karena sejak dari kecil kau adalah orang yang sok bijak!"

"Kau bahkan dulu selalu sok menasehati kami semua dengan kata-kata yang entah kau pelajari dari mana." Mr. Ciso berucap dengan penuh penekanan dan napasnya memburu.

Darkan menepis tangan Mr. Ciso yang semakin mengeratkan cengkraman tangannya pada kerah kemejanya. "Apa kau telah selesai berbicara?"

"Darkan!!" Mr. Ciso semakin emosi karena Darkan mengabaikan ucapannya, seolah tak peduli dengan ucapannya yang panjang lebar tadi.

Mr. Ciso menatap sengit pada Darkan. "Aku akan memberitahu Mr. Geo, kita lihat apa dia akan menghukummu dengan memintamu menembak orang. Aku tahu, kau sangat membenci membunuh, bukan? Apalagi orang yang tidak bersalah."

"Dan aku yakin wanita itu pasti jalang, bukan wanita yang kau tolong dari penculikan—"

Kesabaran Darkan telah habis, ia memukul Mr. Ciso dengan membabi buta. "Dia bukan jalang!!!"

Mr. Ciso tertawa, bukannya membalas pukulannya. "Lalu untuk apa kau membiarkan wanita itu tinggal di sini?? Apa pentingnya dia untukmu??"

Darkan yang sebelumnya akan menjawab mendadak bungkam, mulutnya kaku, lalu ia menjauh dari Mr. Ciso.

Mr. Ciso bangkit sambil memegangi dadanya. "Pikirkanlah secara baik-baik, banyak keuntungan yang akan kau dapatkan jika menjadi penerus bisnis Mr. Geo."

"Dan karena kau begitu marah saat aku memanggil wanita itu jalang, aku sekarang mengerti, dia pasti penting bagimu."

"Tetapi dia tidak akan aman karena kau pasti tahu sendiri Mr. Geo orang yang senekat apa, dia pasti akan memanfaatkan wanita itu agar kau tetap menjadi penerus bisnisnya."

"Dan hal terpenting, jangan kecewakan Mr. Geo yang telah merawatmu sejak kecil." Mr. Ciso menjelaskan dengan nada bicara lebih tenang, lalu melangkah pergi.

Darkan terdiam dengan tatapan gelisahnya, dan napasnya semakin tak beraturan.

"Darkan, apa kau baik-baik saja??"

Saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang sambil bertanya, napas Darkan tercekat.

Darkan mengabaikan Jeff, seolah tidak melihat keberadaannya, lalu melangkah dengan langkah gontai, mengabaikan Jeff yang terus bertanya.

Darkan berhenti melangkah tepat di depan pintu ruangan yang masih samar-samar terdengar suara berbincang dan tawa kecil, ia membuka pintu secara perlahan karena tidak ingin membuat orang-orang di dalam sana terkejut.

Orang yang berada di dalam ruangan lantas menoleh ke arah suara, mereka mendapati Darkan tampak gelisah.

"Darkan?" Anne memanggilnya sambil menghampirinya. "Ada apa?"

"D-Darkan!" Anne memekik terkejut, begitu pun para maid saat tubuh Darkan ambruk.

"Darkan." Jeff yang baru saja menghampiri lantas berusaha membantu Darkan yang terduduk lemas di sekitar pintu, lalu ia menelepon dokter kenalannya.

Jeff yakin Darkan seperti itu pasti karena banyak tekanan yang terjadi dan dia belum meminum obat yang diresepkan psikiater untuknya.

Anne menyelaraskan posisi tubuhnya dengan Darkan, dia mendongak dan terlihat darah keluar mengalir di hidungnya, membuat semuanya semakin panik.

Anne yang panik refleks akan menyeka darah yang keluar dari hidung Darkan.

Namun, dengan gerakan cepat Darkan menarik tangan Anne ke belakang tubuhnya, lalu memeluknya dengan begitu erat. "Jangan pergi... aku mohon..."

Mata Anne membelalak, ia sangat terkejut, begitu pun dengan para maid dan Jeff, mereka tidak percaya dengan yang di dengar barusan, dan setelah mengatakan itu Darkan tidak sadarkan diri.

TBC

Calon-calon bucin, muehehehe😈

Jangan lupa vote dan komennyaa.

Next??







(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang