𝟎𝟔. 𝐅𝐫𝐮𝐬𝐭𝐫𝐚𝐭𝐞𝐝

8.3K 343 4
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

"Jean bersikaplah dewasa! Ayah malu memiliki anak sepertimu!"

"Sebastian, jangan membentaknya! Kau harus mengerti perasaannya."

"Shopia, jangan selalu memanjakannya! Dia sesekali perlu diberi pelajaran!" Sang Ayah yang bernama Sebastian menarik paksa tangan anaknya agar dia berdiri dari duduknya, dia akan memukulnya, tetapi Shopia segera mencegahnya.

Sebastian menghela napas berat dan mengalihkan pandangannya, lalu dia menyadari tatapan orang-orang di sekitar tertuju padanya.

"Kau harus bisa menjaga sikapmu." Shopia mengingatkan pada Sebastian sambil mengelus Jean yang berada dalam dekapannya.

Jean duduk dengan tatapan kosongnya, di pikirannya saat ini hanya dipenuhi mengenai Anne, ia sangat ingin bertemu dengannya.

Shopia menatap ke arah pintu ruang konsultasi psikilog lalu menghela napas berat. "Sebastian, kita pulang saja. Kita bisa memanggil psikolog ke rumah, kita tidak perlu mengantri seperti ini."

"Ma... kenapa Anne meninggalkan aku?" Jean bertanya dengan tatapan sendunya, dia kembali meracau dengan suara keras.

"Jean... Berhenti bersedih, nak. Lupakan Anne, kau harus sadar bahwa dia membencimu, masih banyak wanita lain, berhenti mengejarnya."

Sebastian menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa kesal karena istri dan anaknya sama saja selalu membuatnya heran dan frustasi, ia pun menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya, lalu menghembuskan napasnya secara perlahan dengan kepala tertunduk.

Shopia yang melihat suaminya tampak tertekan, ia pun menghampirinya. "Sebastian...."

Sebastian mengangkat salah satu telapak tangannya, memberi isyarat agar istrinya diam. Shopia menggeleng keras. "Sebastian, kita harus pulang—"

"Berita tentang anak kita pasti sudah menyebar di mana-mana." Sebastian menyela sambil mendongak. "Harga diriku sebagai seorang pejabat dan juga pemilik dari sebuah perusahaan sedang dipertaruhkan." Ia melanjutkan ucapannya dengan penuh penekanan, dan tanpa sadar mencengkram kuat kedua lengan istrinya.

"S-Sebastian... Mata semua orang sedang tertuju pada kita, kau harus berbicara baik-baik padaku." Shopia mengingatkan, ia tidak ingin ada berita yang menyimpulkan bahwa suaminya yang dikenal bijaksana bersikap kasar pada istrinya.

Apalagi suaminya adalah salah satu pejabat negara yang menjabat sebagai United States House of Representatives yang cukup dikenal oleh banyak orang karena kebaikan dan kebijaksanaannya.           

Sebastian menggeretakkan giginya, berusaha menahan emosinya.

"Mari kita bicara di tempat lain." Shopia menarik lengan suaminya dari sana, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jean agar mereka tetap dapat melihatnya yang masih duduk di kursi tunggu dengan tatapan kosong.

"Sikap Jean semakin lama, semakin aneh, Shopia. Aku malu memiliki anak yang terobsesi pada wanita sampai seperti itu." Sebastian berucap dengan penuh penekanan.

"Itu wajar. Dia sedang berada di fase mencari seseorang yang sangat dicintainya."

"Itu tidak wajar! Dia terobsesi, bukan cinta!"

"Kau tidak mengerti arti cinta yang sesungguhnya, jadi kau tidak akan paham." Shopia berucap dengan sarkas.

"Aku mengerti, Shopia!"

"Jika mengerti, lalu mengapa kasih sayangmu setiap harinya pada kami terasa semakin berkurang? Apa kau berselingkuh??"

"Jaga bicaramu."

Shopia menghela napas. "Kita harus pulang sekarang." Ia memilih berhenti berdebat, lalu merangkul lengan suaminya, dan melangkah mendekat kembali pada Jean.

"Mari kita pulang." Shopia duduk di samping Jean sambil mengelus surai anaknya dengan lembut.

Jean mendongak. "Ma... Kita harus cari Anne, polisi lambat—"

"ANNE! ANNE! ANNE! AKU MUAK MENDENGARNYA!!" Emosi Sebastian meledak dengan napas yang memburu.

"KITA PULANG SEKARANG JUGA!" Sebastian menarik lengan anak lelakinya itu secara kasar agar dia bangkit dari duduknya.

"S-Sebastian..." Shopia berusaha menenangkan suaminya, dan menatap sekelilingnya dengan panik. "Jangan membentaknya, orang-orang terganggu karenamu. Penjaga di rumah sakit juga bisa-bisa mengusir kita dengan tidak hormat dari sini."

Jean yang masih terisak menatap Ibunya, berharap sang Ibu merangkulnya dan mengerti akan kesedihannya. Shopia tentunya yang peka lantas memeluk anaknya. "Mari kita pulang. Anne pasti segera ditemukan."

Jean menggeleng keras sambil bangkit dari duduknya. "Aku akan mencari Anne sendiri!"

"JEAN!!!" Sebastian kembali membentak.

Jean tidak mempedulikan bentakan Ayahnya, ia berlari pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Sebastian mengusak rambutnya sambil berteriak kesal. 

"Sebastian, kita harus mengejarnya!" Shopia semakin panik, merasa takut jika anaknya telah berlari sangat jauh dan tidak terkejar oleh mereka.

Sebastian menghela napas secara kasar, menatap istrinya dengan mata yang memerah karena terus menahan emosi. "Andai saja ada anakku yang lain yang nantinya akan meneruskan perusahaan, aku tidak perlu pusing-pusing mengurus anak yang tidak bisa diatur itu." Ia berucap dengan nada rendah, tetapi penuh dengan penekanan.

"Dia anak kandungmu juga, Sebastian!" Shopia membentak, kesabarannya sudah habis.

"Perusahaan yang telah aku dirikan sejak lima tahun yang lalu telah melaju pesat, aku ingin nantinya Jean yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Ayahnya sendiri! Bukan oleh orang lain! Tapi... Sepertinya tidak mungkin karena anak itu bodoh, dia tidak memiliki kemampuan dalam dunia bisnis, dia malah sibuk dan gila karena cinta!"

"Sebastian, jangan keterlaluan, dia anakmu."

"Ya! Tapi dia bodoh, tidak sepertiku yang pintar!"

Shopia melayangkan tamparan keras. "KAU SANGAT SOMBONG SEBASTIAN! KAU BERHENTI SAJA DARI PEKERJAANMU SEBAGAI PEJABAT NEGARA DAN BERALIHLAH KE CEO! URUSLAH SENDIRI PERUSAHAAN YANG KAU DIRIKAN SEJAK LIMA TAHUN YANG LALU ITU!!!"

"Permisi."

"Saya berharap kalian berhenti bertengkar di sini karena orang lain terganggu akibat pertengkaran kalian, selesaikanlah masalah dengan kepala dingin, dan jika kalian masih tetap bertengkar di sini, terpaksa saya akan mengusir kalian keluar dari sini." Seorang penjaga berucap dengan sopan dan tegas.

Sebastian melangkah pergi, disusul oleh istrinya. "Sebastian... Kita harus mencari Jean." mohonnya sambil berusaha menghentikan langkah suaminya.

Sebastian menghentikan langkahnya, lalu menghela napas secara kasar. "Baiklah."

TBC


Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku juga! Makasih!><










(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang