𝟕𝟖. 𝐇𝐨𝐰 𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐇𝐞 𝐈𝐬!

2.6K 124 4
                                    

𝐃𝐢𝐬𝐜𝐥𝐚𝐢𝐦𝐞𝐫: 𝐝𝐢 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐚𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥.

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Anne terus menyisir ringan rambutnya dengan jari-jari tangannya sambil bercermin pada kaca berukuran kecil milik Jeff yang sebelumnya Darkan tunjukkan letaknya berada di dalam dashboard mobil.

Anne menghela napas berat dan diam memperhatikan wajahnya, kantung matanya begitu hitam, bibirnya kering dan pecah-pecah, kedua matanya pun tampak tidak jernih seperti biasanya, memerah dan terlihat keruh.

Anne mulai menyadari akhir-akhir ini ia sangat mengabaikan kesehatan dan penampilannya.

"Kau akan memakan cermin itu?"

Anne melirik Darkan dengan tatapan datarnya, dia sedang menyetir, tetapi mengapa sering sekali menoleh ke arahnya dan mengomentari beberapa hal sejak masuk ke dalam mobil.

Kemudian Anne kembali bercemin lalu menghembuskan napasnya secara perlahan sambil meletakkan cermin tersebut ke dalam dashboard mobil.

"Aku ingin pulang ke apartemenku sendiri."

Darkan refleks menyatukan kedua alisnya, tampak tidak setuju. "Apa kau lupa di apartemenmu masih ada kamera tersembunyi??"

"Aku tidak lupa, aku perlu pulang ke tempat tinggalku sendiri."

Darkan tidak menanggapi, pandangannya lurus ke depan dengan emosi yang tertahan, ia bukan emosi pada Anne, tetapi pada adik tiri laki-lakinya itu, mengapa dia bertindak menjijikkan sampai sejauh itu, dan walaupun kedua orang tuanya sudah tahu sikap buruknya, mengapa mereka tidak terus menasehatinya, bukannya membiarkannya.

"Mari kita cari kamera tersembunyi itu bersama-sama, lalu melaporkannya pada polisi."

Anne mengangguk. Tak lama kemudian, mereka tiba di tempat parkir gedung apartemen yang ditinggali Anne.

Anne diam memperhatikan Darkan yang sedang membuka sabuk pengamannya sendiri, ia merasa dia terlihat sangat lelah. "Kau pulang saja, aku akan mencarinya sendiri."

Darkan menatap dengan bingung, mengapa Anne tiba-tiba seperti mengusirnya secara halus??

"Terima kasih banyak selama ini kau sudah membantuku, dan maaf aku sangat sering merepotkanmu." Kemudian Anne membuka pintu mobil, tetapi Darkan kembali menutupnya dengan salah satu tangannya.

Tubuh Darkan yang condong ke arah Anne, membuat dia refleks memundurkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan? Aku akan pulang."

Darkan menggeleng sambil menghela napas. "Aku tidak mungkin membiarkanmu begitu saja berlarut sendirian dalam kesulitan." ucapnya dengan nada meninggi dan napasnya tak beraturan karena gelisah.

(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang