𝟑𝟕. 𝐊𝐞𝐞𝐩 𝐎𝐧 𝐒𝐜𝐫𝐞𝐚𝐦𝐢𝐧𝐠

3.1K 156 2
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

"Sungguh kau baik-baik saja?" Anne kembali bertanya.

Darkan tidak menjawab apa pun, ia berjalan ke arah cerobong asap, lalu membakar beberapa kayu yang telah ada di dalam sana.

Anne mengedarkan pandangannya, tempat ini tidak terawat, tetapi barang di dalamnya cukup lengkap.

"Kau akan kemana?" Anne lantas bertanya saat Darkan melewatinya.

"Buang air kecil."

Anne terkejut dan mengisyaratkan agar Darkan melanjutkan langkahnya. "Jangan lama-lama." teriaknya, setelah dia keluar menutup pintu.

Setelah berada di luar, Darkan menghembuskan napasnya secara kasar lalu menatap luka di lengannya, ia teringat dengan Anne yang berani menembak. Meskipun itu telat, apa tujuan dia benar-benar untuk menolongnya?

Darkan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pikir hal itu tidak perlu ia pikirkan.

Darkan menatap sekelilingnya dengan waspada, tujuannya kemari bukan untuk buang air kecil, ia ingin menenangkan diri tanpa ada siapa pun di sekitarnya, tetapi melihat suasana yang gelap dan hujan masih turun dengan deras, bukannya membuatnya tenang, tetapi semakin gelisah. 

"AAAAAAAA!!!!"

Darkan mengerjap lalu berlari masuk ke dalam rumah, mendapati Anne yang tengah naik ke atas kursi sambil berteriak meminta tolong.

"ADA KECOWA TERBANG!!!"

Darkan memutar bola matanya, ia pikir Anne dalam bahaya, tetapi ternyata hanya karena kecowa?

Anne menjerit sambil berlari ke arah Darkan saat kecowa itu tiba-tiba kembali terbang ke arahnya.

Darkan tertawa kecil melihat wajah panik Anne yang baginya terlihat lucu, apalagi cara dia berlari ketakutan karena kecowa itu.

Tanpa banyak berbicara, Darkan mendekat pada kecowa itu dan dengan mudah menangkapnya, lalu membuangnya keluar melalui jendela, dan mencuci tangannya di sana dengan air hujan.

Setelah menutup jendela, Darkan berjalan ke arah lemari untuk mengambil sesuatu lalu menghampiri Anne, dan berjongkok di depannya.

Anne dengan kebingungan memundurkan kedua kakinya. "Ada apa??"

"Kakimu berdarah, aku akan membersihkan dan mengobatinya."

Anne menatap telapak kakinya sendiri, ia bahkan lupa dengan rasa sakit di kakinya, dan mengira Darkan tidak menyadari lukanya.

"Kemari." Darkan mengisyaratkan agar Anne memajukan kedua kakinya, dia dengan ragu melakukannya.

"Permisi." Darkan berucap sambil meraih salah satu kaki Anne, sebelum mengobati, ia membersihkannya terlebih dahulu.

"Apa kau keberatan jika memakai sepatuku? Aku tidak memiliki alas kaki lain di sini." Darkan berucap sambil berdiri dengan matanya tertuju pada telapak kaki Anne yang terbalut perban.

Anne dengan cepat menggeleng. "Tidak perlu."

"Maaf karena aku membawamu ke Italia, kau jadi bertemu dengan orang-orang itu, dan mengalami ini." Darkan sungguh meminta maaf.

Anne terdiam, tidak ingin memaafkan sekarang, tidak mungkin jika ia tidak marah dibawa ke negara lain tanpa sepengetahuannya.

Darkan mengerti diamnya Anne pasti tidak ingin memaafkannya, lalu ia berjalan ke arah sudut ruangan yang beralaskan karpet berukuran sedang.

"Ngomong-ngomong bajumu basah, kau akan sakit perut dan masuk angin jika terus memakainya." ucapnya sambil duduk menyandar pada tembok di belakangnya.

Anne refleks mencengkram selimutnya. "Aku tahu, tetapi tidak mungkin aku membuka bajuku."

"Aku tidak akan melihat."

Anne menyatukan kedua alisnya, menatap Darkan dengan sorot mata tajam. "Aku tidak percaya."

Darkan hanya mengendikkan bahunya lalu memejamkan matanya sambil melipat kedua tangannya di atas perut, ia memilih untuk tidur.

Anne menelan ludahnya sambil menatap tubuhnya sendiri, ia pikir lebih baik menggigil kedinginan karena baju basah yang dipakainya, daripada harus membuka bajunya, meskipun ada selimut untuk membalut tubuh atasnya, ia tetap takut tubuhnya terlihat.

Anne dengan ragu menoleh ke arah Darkan, memperhatikan pria itu yang tampaknya tertidur dengan pulas, apakah tempat itu nyaman?

Anne yang merasa penasaran pun menghampiri Darkan, lalu dengan ragu duduk di sana, tetapi menjaga jarak darinya.

Anne menguap dan semakin mengeratkan selimut dan jaket Darkan yang masih melekat di tubuhnya, lalu ia menyamankan posisi duduknya, merasa tidak nyaman karena pakaiannya yang basah.

Perlahan Anne menutup matanya sambil berusaha mengalihkan ketakutannya dari banyak hal, mulai dari para pria di hutan tadi, suara guntur, dan kecowa.

Hingga akhirnya Anne yang sebelumnya berusaha tidur sambil mencari posisi yang nyaman, ia mulai terlelap tidur.
 

TBC

Jangan lupa apa?? Vote, komen, dan follow, makasih 🙇🏻‍♀️




(¹) 𝐙𝐈𝐎𝐍𝐍𝐄 || 𝐓𝐨 𝐁𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang