Nineteen

11.1K 1.2K 21
                                    

Hayoloo mau jdi sider ya?!
Vote cepetan! Gue tungguin ini.

•••

Dua bulan berlalu. Tidak ada yg berubah didalam keluarga Lee. Jaehyun tetap seperti biasanya. Doyoung yg jarang pulang karena alpha cantik itu memilih menghabiskan waktunya bersama teman di luar. Lalu kembali larut malam dan langsung masuk kamar.

Mungkin doyoung berpikir tidak ada yg membutuhkannya juga bila dirumah sebab anaknya tidak terlalu suka dimanjakan. Dan mungkin juga doyoung lupa bahwa yg benar benar membutuhkannya adalah anaknya yg lain. Haechan.

Jaemin seorang alpha. Tentu saja secara sikap ia tidak menyukai perhatian berlebih. Alpha mandiri.

Namun berbeda dengan haechan yg notabenenya adalah omega. Kaum yg wajib dilindungi terlepas dari gender pria dan wanita. Omega tidak dibekali insting kuat untuk membela diri. Submisif yg sejatinya hanya bisa menurut ketika diperintah. Dilarang membantah, atau mereka dicampakkan. Dan Mamanya tidak mengerti akan posisi haechan.

Jauh dilubuk hatinya, Omega menginginkan kedua orang tua disisinya. Tidak memaksa, jika satu tak bisa maka ada salah satunya. Bukan?

Haechan menghembuskan nafas kemudian menaiki tangga keatas. Tidak ada yg bisa dirinya dapatkan disana. Suasana rumah hening. Layaknya bangunan tua yg ditinggal pemiliknya. Ada tapi tak berasa. Nyata tapi tak bisa diraba.

Menunda langsung kembali ke kamar, si manis memilih bersantai sebentar di rooftop. Untungnya cuaca bagus menunjukkan ramai cahaya cahaya kecil berhias kelamnya malam. Bintang. Haechan tersenyum menatap langit yg ternyata paham perasaannya.

Haechan itu sedari dulu sendiri. Jika menginginkan sesuatu, maka haechan sendirilah yg akan mengabulkannya juga. Jadi ia tidak pernah merasakan punya siapapun. Pernah berpikir juga bagaimana ya rasanya bila kau mau sesuatu lalu langsung dibelikan oleh orang yg kau harapkan. Sesenang apa ya kira kira?

Telunjuk mungil haechan menunjuk salah satu bintang berkilau terang diatas sana. Meskipun paling kecil tetapi sinarnya mengalahkan semua bintang disekitarnya.

“Aku juga ingin seperti dia. Walaupun tidak diharapkan, tetapi akan selalu dibutuhkan. Sinarnya yg membuat langit berkilau indah. Haechannie ingin seperti bintang kecil itu, mama...”

Si manis menghapus cucuran bulir bening yg terasa semakin deras jatuh. Bibirnya bergetar kuat.

Haechan tidak peduli pada setiap penilaian orang orang terhadapnya. Mau di benci, di kucilkan, dikatai macam apapun ia benar benar mati respon. Tapi akan menjadi paling sakit ketika mendengar kata kata yg diberikan jaehyun untuknya. Semua yg diucapkan Papa tidak pernah sungguh sungguh. Alpha itu seakan dipaksa menghidupi haechan. Semua palsu. Haechan tahu itu.

Mata jaehyun menjelaskan semuanya pada haechan. Dilahirkan menjadi omega sedikitnya tidak terlalu buruk juga. Jiwa omega haechan dapat merasakan sebuah tekanan batin dari kedua bola mata Papa. Setiap manik gelap milik jaehyun memandang kearahnya, yg bisa haechan tangkap hanyalah rasa keharusan karena sebuah tanggung jawab saja.

“Kau disini?”

Mendengar sebuah suara memasuki telinganya, cepat cepat haechan menghapus sisa air mata. Tidak ada yg boleh melihat sisi ini selain dirinya.

Haechan berbalik menghadap belakang. Ternyata Alpha menyebalkan itu lagi!

“Kenapa kemari?! Pergi sana. Aku tidak mood melihat wajahmu.” Omega bersidekap dada, mendengus sebal sembari memperhatikan Alpha yg berdiri di pintu rooftop.

PEPROMENO [NAHYUCK VERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang