Twenty Seven

11K 1K 67
                                    

•••

Nyatanya Alpha dominan tersebut tidak berniat langsung pulang. Jaemin memutuskan ke basecamp bertemu teman temannya.

Disinilah jaemin sekarang. Berteman sebatang nikotin dengan tampilan berantakkan. Jas yg dikenakan tadi sudah ia lempar entah kemana, dasi yg awalnya rapi pun juga sudah longgar kebawah. Jaemin memang definisi tidak mau repot dengan penampilan. Karena menurutnya kalau sekali tampan ya akan tetap seperti itu mau bagaimanapun bentuknya sekarang.

Di basecamp sendiri tidak banyak orang. Hanya ada beberapa beta dan jeno sebagai sahabat dekatnya. Barusan jeno mengatakan bahwa jisung tidak bisa datang karena alpha itu sedang ada keperluan diluar. Jaemin hanya mengangguk saja.

Menyesap rokok ditangan kemudian ia hembuskan. Berulang hingga tak sadar sudah menghabiskan batang ke tiga. Jeno dibuat cengo, tidak biasanya jaemin bertingkah sekacau ini. Biasanya Alpha itu akan menolak jika disuguhi sesuatu yg baginya berbahaya untuk dikomsumsi. Seperti soju dan beberapa wine kala itu. Jaemin menolak terang terangan, dan sekarang apa yg jeno saksikan didepan matanya?

Jaemin tidak mengucapkan apapun. Ia menyibukkan diri dengan menghisap puntung rokok diantara sela jari. Sampai pada keadaan yg mengharuskan sang sahabat menghentikan kegiatannya begitu jaemin terbatuk batuk karena memaksa menyesap semakin dalam.

Jeno merampas kasar benda itu dari jaemin lalu menghisapnya kuat.

Alpha yg lebih tua mendengus, membuang batang yg sudah habis kemudian menatap si adik tingkat. “Bunuh diri jangan didepanku dong. Jauh jauh sana, kalau perlu lompat dari jembatan mapo.”

Jaemin acuh. Setelahnya jeno dibuat terkejut kala Alpha tengil itu tiba tiba meninju sebuah meja dengan keras. Yg ajaibnya air muka jaemin tidak berubah sama sekali. Terlihat datar dengan nafas teratur, namun tetap menyebalkan dimata jeno.

Tidak berhenti disana saja, jaemin semakin berulah dengan menendang apapun yg matanya tangkap. Meluapkan emosinya pada barang barang yg ada di basecamp. Bahkan makian dari jeno tak mampu mengusiknya.

“Bajingan tengik! Aku bilang berhenti! Kau mau kuhajar ya?!”

Dan seperti diawal, ancamannya tidak berlaku sama sekali. Sampai pada akhirnya jeno memilih turun tangan. Alpha berwajah seram kata chenle itu berjalan ke arah jaemin dan langsung memberi satu pukulan keras di rahang si alpha. Jaemin tersentak seperkian detiknya, pikirannya kelabu membuatnya tak bisa membaca gerak gerik jeno.

Menarik kerah jaemin dan menuntun nya disalah satu sofa. “Pulang berbisnis kenapa jadi gila begini?! Kau kehilangan kolegamu, huh?! Brengsek. Lihatlah, kau menghancurkan seisi basecamp. Masih untung tidak ku hajar sampai mati.” Jejal Jeno ikut merasa kesal.

Tadinya ingin menemani bajingan ini tetapi malah berujung menahan emosi. Seharusnya jisung tidak meninggalkannya berdua dengan Alpha labil macam jaemin. Kalau seperti ini caranya Jeno bisa cepat tua!

Jaemin masih diam membisu. Menambah kekesalan teramat untuk jeno. Ingin sekali kembali menghajar jaemin yg sekarang terlihat layaknya mayat hidup. Tidak bersemangat, auranya pun kelam tidak tahu kenapa.

“Ceritalah jika memang kau butuh pendengar.” Jaemin akhirnya menoleh padanya, menatap jeno dengan alis berkerut.

“Cerita apa? Aku tidak punya dongeng.”

Jeno mengulas senyum pahit. Telapak tangannya terasa gatal bukan main mendengar kebodohan pemuda di sampingnya ini.

“Tidak ada juga yg mau mendengarmu mendongeng sialan. Maksudku kau pasti punya masalah, jadi ceritalah.” 

PEPROMENO [NAHYUCK VERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang