Thirty

13.5K 1.1K 35
                                        

•••

“Sepenting itukah haechan bagimu?”

“Apapun untuk omegaku.”

“Kau masih muda. Banyak omega maupun sub alpha didunia ini, nak. Dan bila kau ingin aku bisa berikan mereka untukmu.”

“Jangan mengalihkan topik pembicaraan, tuan Lee. Katakan apa yg mau kau katakan.”

“Putuskan benang takdir kalian dan biarkan haechan pergi.” Pria yg lebih tua menatap pemuda didepannya tegas. Mengamati perubahan ekspresi yg muncul dari raut sang putera.

“Bagaimana jika aku tidak mau?” Sosok angkuh tersebut langsung tertawa. Sesaat manik kelam miliknya berkilat kemerahan. “Ucapanku bahkan bukan sebuah pertanyaan yg mengharapkan jawaban darimu.”

Hembusan nafas menjadi jawaban paling memuakkan. “Bisa lakukan ini untukku.”

“Katakan.”

“Berubahlah untuknya, papa. Haechan hanya ingin perhatian dari kalian. Kau sudah terlalu membuatnya merasa menjadi anak yg menyedihkan selama ini. Jika dengan ini aku bisa membuatnya bahagia, aku akan benar benar melepasnya.”

“Kau serius?” Pemuda itu mengangguk mantap. Membuat sosok paruh baya yg berdiri berhadapan dengannya terperangah.

“Haechan punya impian terbesar dihidupnya. Ia menyukai pameran seni. Carikan haechan pameran terbesar disana.” Setelahnya kedua Alpha terdiam dalam pikiran masing masing.
.
.
.
.

Tubuh haechan memaku saat suara klakson mobil sang papa menyapa indera pendengarannya. Doyoung sudah masuk lebih dulu, sementara jaehyun menghilang entah kemana.

“Ayo masuk sayang. Nanti terlambat ke bandara, kita juga harus periksa riwayat kesehatan dirumah sakit.” Ujar sang mama menyentak lamunan omega tersebut. Pandangan haechan mengedar ke penjuru sekitar. “Papa dimana?”

Tak lama jaehyun muncul seraya memegang ponselnya. Berjalan menuju sang istri dan anaknya. Mengusap surai haechan, alpha itu menyuruh sang anak untuk segera menaiki mobil. Mereka akan berangkat sebentar lagi sesudah mengecheck riwayat kesehatan terlebih dahulu.

Memandang sendu rumah yg menjadi saksi tumbuh berkembangnya haechan sampai ia sebesar sekarang. Begitu banyak kenangan di rumah ini. Dari yg pahit hingga bahagia ada. Yg tidak akan bisa ia lupakan.

Pagi pagi sekali mama mengatakan bahwa jaemin sudah pergi kekediaman grandpa. Tanpa pamit padanya tentu saja. Alpha satu itu memang benar benar ingin melupakan semuanya dengan meminta haechan pergi dari hidupnya. Dalam hati haechan tertawa miris akan hal itu.

Begini rupanya akhir dari takdir mereka. Belum bersatu namun sudah dipisahkan. Konyol sekali bukan?

Akan tetapi yg berlalu biar saja berlalu. Haechan akan mencoba menjalani hidupnya dengan normal. Ingin Melanjutkan karirnya menjadi pelukis terkenal. Meskipun dalam lubuk hati yg terdalam semua tak berarti apa apa. Mau bagaimana lagi? Namanya bukan jodoh.

Lagian akhir cinta tidak harus saling bersama kan? Toh perasaan ini akan haechan simpan jauh di relung hati. Meletakkannya didasar paling dalam dimana jaemin menyentuhnya terlalu banyak. Haechan beserta cinta menyakitkannya akan tetap bersemi disana. Menyaru dengan kesakitan itu sendiri.

Mobil mewah itu akhirnya mulai melaju meninggalkan kediaman Lee. Menyisakan sejuta kesan beserta memori bersamaan dengan menjauhnya poros ban mobil yg terus memberi jarak. Haechan menunduk, air matanya tiba tiba saja menetes. Doyoung yg sadar anaknya tengah menumpahkan kesedihan langsung membawa sang putera kedekapannya.

PEPROMENO [NAHYUCK VERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang