KA.HA 00.06

156 10 2
                                    

Setelah tadi kami di antar oleh ustadz hafiz pengasuh zidan di pesantren, kami sudah melakukan istirahat dan setelah sholat magrib aku akan kembali ke rumah sakit. Aku akan mengecek kondisi zidan dan akan menghubungi orang yang bisa mencari asal usul zidan.

"Umma mau ketemu kak zidan" saka sudah duduk di kasur dengan tenang dia tidak akan aku bawa karena sudah malam dan aku takut nanti dia akan kedinginan.

"Iya sayang umma mau ketemu dulu, besok saka boleh ko ketemu sama kak zidan ya sayang" saka mulai mengangguk dan kembali merebahkan tubuhnya.

"Umma berangkat dulu ya sayang, tunggu sama mba sisi ya nanti om arya ke sini ya" aku mulai mencium pucuk kepala saka dan mulai melangkah keluar dari kamar.

Dredd

Ustadz Hafiz
"Bu Aqila, boleh segera ke rumah sakit ada hal yang darurat" 

Aku segera berangkat ke rumah sakit untuk segera mengecek kondisi zidan, ya Allah hamba mohon tolong angkat penyakit anak hamba ini.

****

"Bagaimana keadaan zidan ustadz? " Mulai duduk di ruang rawat ICU setelah barusan sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan tempat zidan di tangani.

"Zidan kritis" degg  ya Allah apa ini anakku kritis di dalam ya allah zidan umma mohon cepat sembuh dan mohon kembali ceria lagi.

"Permisi wali pasien atas nama zidan" ku lihat salah stu suster mulai memanggil dari sebuah ruangan. Aku mulai bangkit bersama ustadz hafiz dan mulai masuk ke dalam.

"Selamat malam dok" aku mulai bangkit dan menghampiri ruangan tersebut.

"Selamat malam ibu dan bapak, sebelumnya mohon maaf saya harus menyampaikan berita yang tidak baik kondisi zidan kritis dan mulai mengalami penurunan, saya dan yang lain sudah berusaha semampu kami dan mohon maaf pasien sudah meninggal tepat pukul 18.00, kami mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya"

Innalilahi wa innailaihi rojiun

Aku masih tetap diam dan memandangi sosok yang terbaring dengan semua alat medis yang sudah di lepas. Ya Allah anak ku dia dia sudah tidak ada, ya allah nak kamu baru beberapa minggu bertemu dengan umma nak, ya Allah ya Robbi. Sungguh aku tidak menyangka tadi aku sudah membayangkan akan melihat dia tersenyum. Ya Allah ya robb.

"Kami permisi dulu pak, bu "

Aku masih setia memandangi sosok yang terbaring kaku di sana, senyum itu yang sejak aku melihatnya sangat manis dan aku tidak dapat melihat senyum itu lagi. Apa yang harus aku katakan kepada saka aku sudah berjanji akan membawa saka menemui zidan.

"Bu aqila saya mau pamit keluar dulu, saya mau menghubungi pihak pesantren" aku hanya mengangguk dan kembali melanjutkan langkah ku ke arah zidan.

"Nak ini umma sayang, sayang maafkan umma ya, umma sudah tidak baik mengurus zidan, umma jarang menengok zidan umma minta maaf sayang umma banyak Kurangnya sama zidan. Nak sudah gak sakit ya sayang sudah sembuh ya, zidan anak baik anak sholeh umma tenang ya di sana sayang" aku mulai menciumi tangan dan juga wajah zidan ya Allah aku tak sanggup.

Aku mulai mengambil hp yang sedari tadi terus bergetar dan menyala, ternyata itu sisi yang menelpon pasti saka yang meminta.

"Assalamualaikum umma, mana kak Zidan nya um...umma nangis? Umma kenapa nangis?" Saka mulai mendekatkan wajahnya untuk lebih jelas melihat ku.

"Enggak sayang umma gak nangis, saka boleh kasih dulu hp nya ke mba sisi sayang" ku lihat anak tersebut mulai memberikan nya "iya bu kenapa?" Ah ini suara sisi.

"Tolong siap-siap ya tolong bawa saka juga ke pesantren, saya tunggu di pesantren. Kalau arya sudah ada tolong berangkat sama arya saja. Zidan sudah pulang dia mau di urus di pesantren" ku lihat sisi mulai menangis dan sempat terkejut dia tau apa yang aku maksud untuk pulang.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun, iya bu saya akan siap-siap" ku lihat sisi mulai menyerahkan kembali hp kepada saka.

"Ummaaa.... Umma kak zidan pulang?" Aku sungguh tak kuasa menahan tangis kembali aku hanya mengangguk.

"Om haisss, om kak zidan pulang ya? Saka juga mau nyusul ke pesantren sama mba" aku terkejut dengan panggilan saka ternyata ustadz Hafiz dia ada di belakang ku.

"Hallo jagoan, iya kak zidan pulang sayang. Doin ya nanti kita ketemu di pesantren ya" ku lihat saka mulai mengangguk dan bersiap-siap. Dan kulihat juga telpon mulai dia matikan.

"Bu aqila, mari kita keluar dulu jenazah nya mau di bawa ke ruang jenazah atau langsung ke mobil ambulans?"

"Langsung ke mobil saja, boleh di mandikan di pesantren?" Jujur saja aku sangat binggung sekarang aku tidak mengenal siapa pun di sini. Zidan pun dulu hanya bilang kalau dia anak yatim piatu dan di bawa oleh orang untuk jadi pengemis.

"Boleh, nanti biar di mandikan dan di sholat kan di pesantren  saja" aku mengangguk dan mulai keluar dari ruangan zidan untuk mengurus berkas-berkas kepulangan.

****
Saat ini aku sedang di mobil ustadz hafiz, aku terpaksa ikut di mobilnya karena mobil ambulans penuh oleh anak santri yang sengaja ustad hafiz suruh dari pesantren.

"Kak ini minumnya" aku mulai menengok ke arah belakang melihat anak santri yang menyodorkan 1 botol minum kepada ku.

"Ah iya terima kasih" aku mulai menerima botol tersebut. Kami sedang di perjalanan mengikuti mobil ambulan yang berada persis di depan ku.

Mobil kini sudah berada di sekitar pesantren, ku lihat banyak sekali anak santri yang sudah berada di luar. Mereka sedang menyambut kedatangan almarhum. Mataku masih terus mencari keberadaan saka dimana anak tersebut aku takut anak tersebut akan menangis dan mengamuk.

Saat aku turun bertepatan dengan jenazah pun di turunkan, saat itu aku melihat saka yang sudah melotot melihat ke arah zidan. Sungguh aku tidak sanggup sekuat tenaga aku berusaha untuk menghampiri saka.

"Umma, umma bohong kenapa kak zidan di tutup, umma kak zidan kenapa masuk ke mobil itu ummaaa" ku kihat saka mulai menangis dengan kencang di gendongan mba sisi.

"Enggak enggak sini sama umma dulu, enggak sayang kak zidan nya udah sembuh sekarang gak sakit lagi" aku mulai menenangkan saka.

"Bohong umma bohong sama saka kak zidan mukanya di tutup, ummaaa umma bohong kak zidan di bawa ke sana" saka terus saja berontak di pelukanku.

"Hay jagoan mau ikut sama om gak, sini sama om dulu kasian itu umma saka" ustad hafiz mulai mengambil saka dari gendonganku dia mulai menenangkannya.

"Kak zidan nya sekarang udah gak sakit lagi, lihat kak zidan nya sekarang sembuh. Tapi kak zidan harus pulang ya ke surga, saka kan anak baik doin kak zidannya ya" saka masih saja berontak tetapi tidak sekencang tadi karena tenaga dia akan jauh berbeda dengan ustadz hafiz.

"Dewi dan anak-anak kapan ke sini mba?" Aku mulai menanyakan ke adan mereka. Rehan fauzan haris dan dari mereka memang akan ke sini, mereka tidak jadi ke Jakarta setelah mengetahui adiknya meninggal.

"Besok bu, mereka ke sini nya, katanya tiketnya sudah habis yang malam ini" aku kembali mengangguk dan tetap fokus memperhatikan saka yang mulai tenang anak tersebut masih sesenggukan.

Untuk zidan sendiri akan di makamkan malam ini juga, pihak pesantren mengatakan hal tersebut agar jenazah cepat di makamkan dan aku pun menyetujui nya. Sekarang posisinya sedang di mandikan oleh para pengurus dan juga santri di sini.

Setelah selesai memandikan kini jenazah zidan sedang di bawa ke mesjid untuk disholatkan. Saka masih dengan ustadz hafiz dia tidak mau lepas dengan alasan agar bisa lihat kak zidan. Setelah semua selesai di lanjutkan dengan pemakaman di belakang pesantren.

                                                      *****

KA.HA (Kania & Hafiz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang