KA.HA 00.32

120 7 0
                                    

Sudah 2 Minggu aku tinggal di mesir, sudah banyak juga hal yang aku dapatkan termasuk keliling ke berbagai tempat bahkan kami pun kuliner makanan. Kami sudah berbicara dengan anak-anak bibi dan juga pihak yang lain dan kamu pun memutuskan untuk menetapkan terlebih dahulu di mesir perkiraan selama 5 bulan dan hal tersebut masih belum sepenuhnya yakin bisa saja berkurang atau lebih.

Hari ini kami akan kerumah sakit, hari pertama saka melakukan terapi, aku dan kak Hafiz sudah memberikan penjelasan sesuai dengan usia saka. Saka paham dan dia pun bilang mau, tetapi satu hal yang aku tidak bisa bayangkan hari ini pula hasil CT scan saka keluar, kami melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan hal itu menjadi tanda tanya besar bagaimana hasilnya.

"Nenek saka mau ke dokter mau periksa-periksa, doain saka ya nenek. Nanti kalau saka udah sembuh saka mau kue nenek ya" saka sedang asik memakan biskuit di meja makan dan sedang mengobrol dengan bibi dan juga paman.

"Iya nenek doakan ya saka nya sehat ya sayang, cepet pulang ya ke sini nenek kangen. Nanti nenek buatkan ya nak sakanya harus sembuh ya sayang" bibi sudah mulai menangis, pertama kali kami bilang kalau saka sakit dan akan berobat di sini pun bibi langsung menangis dan bilang bawa pulang saja berobat di Indonesia, setelah kami jelaskan dan memberikan pengertian akhirnya bibi pun paham dengan apa yang telah aku dan kak hafiz ambil.

"Bi, udah siap semua?" Aku sedari tadi sibuk mempersiapkan makan pagi untuk anak-anak dan kak hafiz sibuk membereskan barang-barang yang akan di bawa ke rumah sakit.

"Udah sayang, sebentar ini lagi masukin ke tas dulu"

"Tas umma aja yang tot bag biar gak banyak bawa barang bi" aku mulai menghampiri kak hafiz yang sedang memasukan berkas juga barang milik saka.

"Sayang, kenapa hey umma" kak hafiz mulai memelukku setelah tadi dia kaget tiba-tiba aku memeluknya dan mulai menangis.

"Bi, umma takut, takut hasil pemeriksaan saka umma takut nanti saat saka terapi" aku menangis meluapkan kesedihan yang aku rasakan semenjak semalam.

"Kita serahkan ya semuanya sama Allah, kita udah berdoa dan ikhtiar kan, gimana pun nanti hasilnya kita akan tetap memberikan pengobatan kepada saka, dan kasih sayang kita pada saka tidak akan berkurang. Jangan nangis kasian saka sayang kalau kita sedih dia akan sedih juga, kita berjuang ya, ini ujian untuk rumah tangga kita dan kita bisa melewati ini ya" aku mengangguk mendengar penjelasan dari kak hafiz aku sedikit lega akan hal apa yang akan terjadi kedepannya.

Setelah selesai aku mulai bergabung bersama anak-anak untuk sarapan, anak-anak semenjak aku sakit mereka tidak pulang ke asrama mereka tinggal bersama ku di penginapan.

Setelah selesai sarapan dan siap-siap kami mulai bergegas ke rumah sakit untuk melakukan terapi pertama saka. Anak-anak semua ikut nanti yang akan masuk ke dalam kak hafiz aku tidak akan masuk karena aku sedang hamil.

"Umma tunggu di sini ya sama abang dan kakak, adek ketemu dokternya sama abi ya nak, yang pinter ya sayang umma tunggu adek di sini cepet sembuh ya sayang" aku mulai mengelus rambut saka sebentar lagi saka akan masuk ke ruangan.

"Ikut dulu ya sayang, mau di lihat dulu hasil CT scan nya, kalau udah nanti kamu boleh keluar lagi" aku mengangguk dan mulai masuk ke dalam.

Saat sampai aku mulai mengobrol dengan dokter ternyata dokter sudah mengenal fauzan bahkan dia bisa tau aku ibu dari fauzan. Setelah mengobrol kami mulai membahas hasil yang ada dari ct scan.

Hasilnya di kepala saka ada darah yang membeku dan hal itu harus ada operasi, meskipun tidak banyak namun akan berakibat fatal jika saka tidak melakukan operasi. Mendengar hasil tersebut hati ibu mana yang tidak hancur anaknya harus menjalankan operasi. Rasanya aku sangat hancur kali ini mendengar saka yang akan melakukan terapi saja aku sangat takut apalagi operasi.

Berkat saran juga hal yang di jelaskan oleh dokter kami terpaksa membawa saka ke Singapure untuk operasi sedangkan untuk terapi saka akan melihat dari hasil operasi. Tetapi untuk menyakinkan hal tersebut hari ini saka akan tetap melakukan terapi untuk proses pemeriksaan.

Setelah selesai mengetahui hal tersebut aku mulai keluar dari ruangan bersama kak hafiz. Saka dia akan mencoba terapi sendiri terlebih dahulu jika tidak bisa nanti kak hafiz akan masuk ke dalam.

Aku menangis di pelukan kak hafiz, putraku sekecil itu harus melakukan operasi, ya Allah aku sangat tidak mampu menyaksikan nya. aku sungguh tidak tega melihat saka yang harus terbaring di meja operasi, sembuhkan kah putra hamba ya Allah hamba tidak ingin melihatnya merasakan sakit.

"Abi titip umma dulu ya nak, abi mau ke dalam. Sayang saya ke dalam dulu ya" aku mengangguk dan mulai memperhatikan kak hafiz yang mulai melangkah ke dalam.

"Umma" aku mendengar suara anak-anak dan pelukan dari fauzan.

"Umma gak sanggup liat adek kalian kaya gini, umma gak mau liat saka harus merasakan operasi" aku kembali menangis bersama anak-anak. berita ini sangat membuatku terpukul dan juga merasa bersalah kepada saka.

Setelah 1 jam menunggu akhirnya saka keluar dari ruangan terapi, aku melihat anak tersebut masih ceria, dan sangat bawel bersama kak hafiz.

"Umma ayoo pulang" saka mulai memegang tanganku. "Abi kepala saka pucing" saka mulai memegang kepalanya.

"Bi... kenapa" aku mulai berdiri dan mulai memeriksa keadaan saka.

"Itu efek terapi sayang, gapapa nanti di bawa istirahat juga bakalan hilang pusingnya" aku mengangguk dan mulai melangkah bersama kak hafiz dan revan. Untuk rehan dan haris sedang ke apotek, fauzan dia mengambil mobil.

Kami melanjutkan perjalan ke rumah makan terlebih dahulu baru pulang ke penginapan.

****

Malam ini saka tidak terlalu banyak mengobrol dia malah asik bermanja-manja bersama ku, bahkan ketika kakak-kakaknya mengajak bermain dia tidak mau, ketika kak hafiz mendekatiku pun saka akan menangis dia tidak mau di ganggu hanya ingin berdua bersama dengan diriku.

"Mau cerita sama umma sayang?" Aku sedang mengelus rambut saka yang asik tiduran di pahaku.

"Umma...... Emm umma masih sayang gak sama saka? Saka kan sakit" degg kenapa saka bilang seperti itu.

"Sayang ko bilang gitu, umma tetap sayang sama saka sekarang bahkan sampai saka besar pun, kenapa kalau saka sakit? Saka tetap putra umma dan apa pun itu saka tetap anak umma yang paling Sholeh. Saka tetap anak umma dan abi saka itu kesayangan kita semua jangan bilang gitu lagi ya sayang umma sedih" aku mulai menciumi saka yang sudah melow di pangkuanku.

"Tapi saka sakit umma, umma kan masih ada dedek" kenapa dengan saka, aku sungguh tidak mengerti dengan tingkahnya apakah ini efek terapi atau bagaimana.

"Saka tetep putra umma, saka bakalan sembuh sayang kita berdoa ya sama Allah dan saka juga tetap berobat, saka tetap jadi abang buat dedek jadi sembuh ya sayang kita berobat sama umma dan abi ya" aku memeluk saka dengan kencang dan menangis kenapa saka sampai berpikir seperti itu terhadap ku. Aku tidak akan membeda-bedakan saka dengan putra ku sendiri nantinya.

Mendengar aku dan saka yang menangis kak hafiz langsung menghampiri kami dia sempat binggung dengan apa yang terjadi kepada kami, namun setelah saka tidur aku menceritakan semuanya kepada kak hafiz.

Setelah kak hafiz menjelaskan aku mulai paham saka masih dalam tahap penyesuaian dengan dirinya sendiri dia akan menanyakan hal sensitif kepada keluarganya sendiri.

Setelah membicarakan hal mengenai saka dengan anak-anak yang lain kami memutuskan bahwa lusa saka, aku dan kak hafiz akan ke Singapore. Kami akan melakukan operasi saka dua hari setelah sampai di Singapure. Anak-anak ingin ikut bersama kami ke Singapore tapi kami melarang biarkan anak-anak merasakan masa libur mereka untuk pertama kalinya setelah 2 Minggu ini mereka habiskan dengan liburan bersama kami dan ke rumah sakit pula.

KA.HA (Kania & Hafiz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang