Setelah kepergian kak hafiz aku mulai bermain dengan saka, anak ini masih tetap mau belajar membaca surah Al-Ikhlas, aku tau dia akan menunjukkan bacaannya kepada kakak-kakaknya.
"Umma saka besok boleh telpon kakak?" Nah kan anak ini sudah meminta ijin untuk menelpon kakaknya. Aku mendengar tadi sebelum revan dan haris pergi dia berpesan kepada saka untuk belajar menghafal Alquran agar bisa sekolah seperti mereka.
"Kak fauzan sama kak rehan aja ya nak, kak haris sama kak hari belum sampai ke sekolahnya" aku mulai memberikan pengertian kepada anak ini.
"Jauh ya umma jadi sampainya lama" ku lihat dia mulai sedih mendengar kakaknya bekum sampai.
"Assalamualaikum, kania astagfirullah ya Allah kania maafkan aku" dewi mulai muncul dari pintu dengan grasak-grusuk nya.
"Waalaikumussalam, ya allah dewi anak aku sampai kaget" aku masih setia memeluk saka yang masih kaget setelah mendengar suara pintu terbuka saka langsung memelukku.
"Ya Allah sayang maaf tante minta maaf ya" dewi mulai menghampiri saka namun aku memberikan kode agar jangan mengajaknya mengobrol anak ini pasti menangis. Tapi dewi tidak melihat kode yang ku buat.
"Huaaaa abiiiii, abii saka mau sama abi umma" dan benar saja saka mulai menangis saking terkejutnya. Dia mencari kak hafiz aku langsung melirik ke jam masih lama aku binggung menenangkan saka anak ini tidak bisa tenang.
"Umma huaaa saka mau sama abi umma" saka masih terus menangis aku binggung harus bagaimana kalau di berikan kepada dewi anak ini akan tambah menangis. Dewi sendiri sudah melongo di dekat brangkar.
"Cup cup udah ya nak, saka kaget ya enggak papa itu tante dewi" aku mulai menenangkan saka.
"Engak saka mau sama abi umma" saka mulai mengeratkan pelukannya.
"Assalamualaikum" ku lihat kak hafiz mulai masuk ke dalam ruangan.
"Abi huaaaa.... abi mau sama abi huaaa..." saka mulai menangis dengan kencang dan mulai merentangkan tangannya ke arah kak hafiz. Kak hafiz mulai menatapku dengan pandangan binggung.
"Kaget tadi pas dewi masuk" aku mulai menjelaskan dan sekarang saka sudah berada di gendongan abinya.
"Udah nangis nya nak, ikut abi mau?" Saka mulai mengangguk dan saat itu juga mulai di bawa oleh kak hafiz ke kursi tempat tadi saka tidur siang.
"Kan, sumpah aku minta maaf, tapi itu udah dulu ini ada apa? Aku gak ngerti?" Aku melihat muka aneh, binggung, kaget yang di tampilkan oleh dewi.
"Apa dew, itu kak hafiz? Dia suami aku dew ceritanya panjang dan aku males ceritainnya tanya aja lah sama sisi" aku mulai kembali melihat saka yang kini sedang belajar kembali melafalkan surah Al-Ikhlas.
"Yu udah, sekarang aku mau tanya kamu ko bisa kecelakaan? Maksudnya tunggal atau gimana?" Dewi mulai duduk di kursi dekat ranjang ku.
"Tabrakan beruntun, biasa mobil besar di depan" aku mulai menjelaskan kepada dewi.
"Maaf ya kemarin gue harus ke jambi dan gak bisa pulang gitu aja, gue juga ngehubungin paman lo yang di bandung buat bantu ustadz hafiz"
"Iya gapapa aku tau kamu pasti lagi sibuk, aku juga udah gapapa ko. Iya gak papa sih kalau gak ada kak hafiz sampai saat ini aku belum di operasi" aku kembali mendengarkan saka yang masih mencoba lagi melafalkan ayat ke 4.
"Aku udah kesel pengen pulang tadi siang tapi gak bisa-bisa tuh pak kemen banyak banget mau nya" kania mulai menceritakan kejadian dia susah pulang.
"Umma besok boleh ya? 10 menit aja" aku melihat saka memiringkan kepalanya dari pangkuan kak hafiz dengan salah satu pipinya terjepit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KA.HA (Kania & Hafiz)
General FictionAku Kania Bahira Hari-hari ku penuh dengan warna abu-abu dan Hitam. jika kalian menanyakan kamu suka apa Kania aku suka hitam dan minuman favorit ku Americano. Namun, semua hal itu berubah setelah aku bertemu dengan 2 sosok yang menjadi kan hidupku...