SAH
kalimat tersebut sudah keluar dari orang-orang yang ada di ruangan, aku resmi menjadi suami aqila malam ini. Tadi aku sempat meminta izin kepada anak-anak aqila juga kepada paman dan bibi karena ini salah satu jalan untuk aqila agar cepat di operasi.
Setelah akad aku mulai menyuruh haris dan hari membawa saka ke ruangannya beserta mba sisi dan mba nia. Sedangkan aku dan arya akan menunggu di ruang operasi paman dan bibi pun mereka akan menunggu di sana.
Aku segera bangkit menuju meja administrasi untuk menandatangani berkas yang akan aku tandatangani sebagai wali aqila. Setelah selesai aku kembali masuk untuk melihat keadaan aqila sebelum dia di bawa untuk operasi. Aqila mengalami cedera di bagian tulang kakinya dan itu mengharuskannya untuk operasi. Sampai saat ini dia belum sadar dan masih ads beberapa alat yang membantu dia untuk bernafas.
"Assalamualaikum, Humaira" aku mulai mengelus tangan yang ada sedikit goresan.
"Saya minta maaf menikahi kamu saat kamu tidak sadar dan tampa persetujuan mu, keadaan kamu sangat darurat dan saya tidak mau mengambil resiko. Saya mohon tolong cepat sadar dan tolong lewatin semua itu, kembali ya saya tau kamu wanita kuat" aku mulai mencium tangan aqila melihat ini semua aku sangat takut kehilangan dia. Dia perempuan dengan segala ketangguhan nya melawan semua yang menyakiti dirinya. Serta dia seorang perempuan yang berhati lembut dan juga sangat baik.
****
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, aku sudah menunggu aqila di ruang PICU, aku masih menunggu karena aqila masih dalam pengawasan tenaga medis. aqila akan di pindahkan keruangan setelah dia benar-benar stabil.
Aku mengucapkan syukur sebanyak mungkin aqila bisa melewati proses operasi dengan baik, meskipun hingga saat ini dia belum sadar tetapi aku sangat bersyukur.
"Om kak fauzan barusan menghubungi mba sisi dia bilang sudah sampai di Mesir" haris mulai memberitahu ku tentang keadaan fauzan.
"Alhamdulillah menanyakan umma ?" Aku masih memaklumi haris yang memanggilku om karena ini semua mendadak bagi mereka.
"Iya kak fauzan bilang kenapa umma gak bisa di hubungi dan juga no nya gak aktif" haris kembali menceritakan apa yang tadi fauzan katakan.
"Nanti kalau fauzan menghubungi lagi, bilang saja suruh hubungi om ya nak" aku mulai menenangkan haris kembali. Anak ini besok harus terbang ke Yaman dan aku tau tadi dia sempat bilang tidak mau dan akan menunggu aqila sampai sadar. Tetapi aku tetap memaksa aku tau aqila akan sangat marah ketika anak-anaknya tidak jadi pergi ke Yaman.
"Untuk wali pasien atas nama bu aqila kania Bahira kami akan memindahkan pasien ke ruangan mawar"
Setelah mendapatkan pengumuman tersebut aku mulai melangkah bersama haris, arya, paman dan bibi ke ruangan mawar. Aqila memiliki tunjangan yang sangat besar makanya setiap dia berpindah ruangan dia selalu masuk ke ruangan VIP aku tau pengaruh serta perkejaan aqila yang tidak main-main berbeda dengan diriku yang jauh di bawah dirinya.
"Wali pasien?" Salah satu perawat mulai menanyakan keberadaan wali.
"Saya sus, ada hal yang kurang baik?" Aku mulai bertanya terkait hal apa pun itu.
"Tidak, bu aqila sudah menjalani operasi dengan lancar ya pak, kemungkinan bu aqila sadar pagi ya pak sekarang masih dalam pengaruh obat bius. Dan juga untuk perkembangan hal yang lainnya sangat baik ya"
"Baik sus terima kasih banyak" allhamdulilah ya rabb.
"Baik kalau begitu saya permisi ya" ku lihat suster tersebut mulai melangkah keluar ruangan.
"Kalian besok berangkat saja ya nak, umma kalian sudah baik-baik saja. Tidak perlu khawatir ya bahkan kalau kalian tidak berangkat om takutnya umma kalian marah" aku mulai menasehati kembali haris dan juga revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KA.HA (Kania & Hafiz)
Ficción GeneralAku Kania Bahira Hari-hari ku penuh dengan warna abu-abu dan Hitam. jika kalian menanyakan kamu suka apa Kania aku suka hitam dan minuman favorit ku Americano. Namun, semua hal itu berubah setelah aku bertemu dengan 2 sosok yang menjadi kan hidupku...